Kemenpora Prihatin dengan Nasib Rio Haryanto
A
A
A
JAKARTA - Kepala Komunikasi Publik Kemenpora, Gatot S Dewa Broto menyayangkan sikap terburu-buru yang ditunjukkan tim Sauber tentang nasib Rio Haryanto di ajang Formula 1 tahun ini. Akibatnya, pembalap kelahiran Solo, Jawa Tengah, 22 Januari 1993 itu kehilangan kursi.
Pernyataan itu muncul lantaran banyak media yang mempertanyakan mengenai kelanjutan masa depan Rio sebagai pilot jet darat di musim ini. Pasalnya, beberapa kabar menyebut jika pemilik nomor kramat 88 sedang mencari sponsor yang ingin mendanainya selama mengaspal di Formula 1.
Namun takdir berkata lain. Tepat dua hari jelang perayaan malam Natal, tim Sauber mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan melanjutkan komunikasi setelah manajemen Rio tidak mampu memberikan keputusan yang telah diberikan oleh tim tersebut.
"Kami tentu saja turut prihatin saat mendengar info bahwa Rio tidak bisa berlaga lagi di F1. Awalnya Pertamina didekati Sauber dan memang sejak semula Pertamina sudah komit mau bantu Rio asal tidak dengan Manor. Sauber kan lebih baik, tetapi dengan harga sama," ungkap Gatot dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (4/1/2017).
"Namun karena Sauber minta buru-buru, ya akhirnya lepas seat-nya tepat dua hari jelang malam Natal. Kami tidak bisa maksa Pertamina karena menyangkut anggaran yang tidak kecil. Apalagi APBN tidak memungkinkan kecuali tempo hari dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebanyak Rp 3 miliar (tapi saya enggak tahu apa tim Rio sudah terima dana tersebut)," sambungnya.
Gatot pun berharap agar nasib Rio tidak berhenti di tengah jalan cuma gara-gara terkendala masalah dana. "Harapan kami karier Rio tidak berhenti hanya gara-gara soal dana, meski kami akui itu faktor utama," tutup Gatot.
Pernyataan itu muncul lantaran banyak media yang mempertanyakan mengenai kelanjutan masa depan Rio sebagai pilot jet darat di musim ini. Pasalnya, beberapa kabar menyebut jika pemilik nomor kramat 88 sedang mencari sponsor yang ingin mendanainya selama mengaspal di Formula 1.
Namun takdir berkata lain. Tepat dua hari jelang perayaan malam Natal, tim Sauber mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan melanjutkan komunikasi setelah manajemen Rio tidak mampu memberikan keputusan yang telah diberikan oleh tim tersebut.
"Kami tentu saja turut prihatin saat mendengar info bahwa Rio tidak bisa berlaga lagi di F1. Awalnya Pertamina didekati Sauber dan memang sejak semula Pertamina sudah komit mau bantu Rio asal tidak dengan Manor. Sauber kan lebih baik, tetapi dengan harga sama," ungkap Gatot dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (4/1/2017).
"Namun karena Sauber minta buru-buru, ya akhirnya lepas seat-nya tepat dua hari jelang malam Natal. Kami tidak bisa maksa Pertamina karena menyangkut anggaran yang tidak kecil. Apalagi APBN tidak memungkinkan kecuali tempo hari dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebanyak Rp 3 miliar (tapi saya enggak tahu apa tim Rio sudah terima dana tersebut)," sambungnya.
Gatot pun berharap agar nasib Rio tidak berhenti di tengah jalan cuma gara-gara terkendala masalah dana. "Harapan kami karier Rio tidak berhenti hanya gara-gara soal dana, meski kami akui itu faktor utama," tutup Gatot.
(sbn)