Rahasia Rea-Kawasaki Raup Hasil Sempurna di 2 Ronde Awal WSBK 2017
A
A
A
BURIRAM - Meraup hasil sempurna, empat kemenangan dari empat balapan yang tersedia dari dua ronde awal Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) 2017 di Australia dan Thailand. Jonathan Rea membuka musim ini dengan raihan terbaik. Dan ada empat faktor pula di balik start sempurna dari sang juara dunia bertahan itu.
Mungkin terlalu dini, dan mengingat balapan masih panjang. Tapi sulit dipungkiri bahwa Rea berada di posisi paling nyaman dibandingkan para pembalap lainnya. Selain kini memuncaki klasemen sementara dengan torehan 100 poin, pembalap tim Kawasaki Racing itu juga tengah dilingkupi momentum tinggi.
“Start terbaik untuk musim yang pernah ada dalam karier saya. Penting untuk memaksimalkan poin ini ketika kami bisa, karena inilah bagaimana saya membangun kejuaraan di masa lalu,” tukas Rea usai balapan WSBK Thailand 2017 seperti dilaporkan Motorsport. “Ketika kami bisa menang, pastikan kami menang, dan lalu kami mencoba dan mengkonsolidasikan. Empat kemenangan ini hampir setengah dari jumlah kemenangan saya tahun lalu!” imbuhnya.
Apa yang membuat Rea begitu superior di awal musim? Setidaknya, ada empat faktor yang bisa menjawab. Pertama, kemampuan Kawasaki dalam membangun paket motor kompetitif Ninja ZX-10RR. Dominasi itu mulai terlihat sejak sesi Free Practice (FP1) atau latihan bebas I WSBK Australia 2017. Bahkan, saat sesi kualifikasi, Rea berhasil merebut pole position dan mencetak rekor sirkuit dengan 1 menit 29,573 detik – yang sekaligus mematahkan catatan waktu milik rekan setimnya Tom Sykes pada 2016, yakni 1 menit 30,020 detik.
Kedua, kuatnya ikatan antara Rea dengan tunggangannya. Terdengar aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Pembalap Inggris itu sangat menyatu dengan bagaimana motor Kawasaki berperforma di lintasan. “Ini adalah start yang baik. Saya merasa nyaman di atas motor. Kami menggunakan set-up dari Phillip Island untuk balapan di sini (Thailand), dan bekerja cukup baik,” terangnya.
“Saya memiliki ikatan baik dengan motor. Tapi masih ada beberapa area yang perlu kami tingkatkan untuk balapan yang akan datang, dan KHI (Kawasaki Heavy Industries Ltd.) sedang bekerja keras. Kami berharap untuk meningkatkan motor lagi di balapan berikutnya,” urai Rea.
Faktor ketiga adalah ketakutan yang dirasakan sang pembalap. Rupanya, perasaan takut karena tidak dapat memenangi kejuaraan, justru membuat Rea semakin termotivasi merebut titel WSBK.
“Sebenarnya berbeda untuk merebut gelar juara yang ketiga. Jawaban sederhana adalah bahwa saya telah mencapai mimpi dan target ketika menjadi juara dunia pertama kalinya. Gelar kedua karena saya punya banyak motivasi. Kawasaki membawa motor baru dan ada semacam rasa lapar untuk membuat motor itu memenangi kejuaraan dan meraih kesuksesan,” kata pembalap 30 tahun itu menjelaskan.
“Sekarang tahun ini, rasa hampir takut untuk tidak menang yang memotivasi saya. Jelas itu karena kami sangat bermuatan laki-laki. Ini adalah olahraga yang dipenuhi hormon testosteron, jadi Anda tidak ingin kalah. Dan ada semacam dorongan yang membuat saya lebih mempersiapkan diri dari tahun sebelumnya,” kata pembalap dari Irlandia Utara itu.
Dan faktor keempat adalah dominasi duet Davies-Ducati pada paruh kedua musim lalu, dengan tujuh kemenangan dari delapan balapan terakhir. Davies bahkan juga muncul sebagai rival terkuat Rea pada dua balapan di Phillip Island.
“Pada akhir musim lalu, kami harus memenangi kejuaraan, tapi Chaz tampil dominan. Apa yang dilakukan itu luar biasa. Saya mengambil banyak motivasi dari libur musim. Saya benar-benar mempersiapkan fisik dan merasa dalam kondisi terbaik yang pernah ada. Saya merasa siap, tapi saya tidak meremehkan tantangan apapun,” kata Rea lagi. Nah, dari empat faktor di atas, tak pelak Rea masih menjadi kandidat favorit juara dunia WSBK 2017.
Mungkin terlalu dini, dan mengingat balapan masih panjang. Tapi sulit dipungkiri bahwa Rea berada di posisi paling nyaman dibandingkan para pembalap lainnya. Selain kini memuncaki klasemen sementara dengan torehan 100 poin, pembalap tim Kawasaki Racing itu juga tengah dilingkupi momentum tinggi.
“Start terbaik untuk musim yang pernah ada dalam karier saya. Penting untuk memaksimalkan poin ini ketika kami bisa, karena inilah bagaimana saya membangun kejuaraan di masa lalu,” tukas Rea usai balapan WSBK Thailand 2017 seperti dilaporkan Motorsport. “Ketika kami bisa menang, pastikan kami menang, dan lalu kami mencoba dan mengkonsolidasikan. Empat kemenangan ini hampir setengah dari jumlah kemenangan saya tahun lalu!” imbuhnya.
Apa yang membuat Rea begitu superior di awal musim? Setidaknya, ada empat faktor yang bisa menjawab. Pertama, kemampuan Kawasaki dalam membangun paket motor kompetitif Ninja ZX-10RR. Dominasi itu mulai terlihat sejak sesi Free Practice (FP1) atau latihan bebas I WSBK Australia 2017. Bahkan, saat sesi kualifikasi, Rea berhasil merebut pole position dan mencetak rekor sirkuit dengan 1 menit 29,573 detik – yang sekaligus mematahkan catatan waktu milik rekan setimnya Tom Sykes pada 2016, yakni 1 menit 30,020 detik.
Kedua, kuatnya ikatan antara Rea dengan tunggangannya. Terdengar aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Pembalap Inggris itu sangat menyatu dengan bagaimana motor Kawasaki berperforma di lintasan. “Ini adalah start yang baik. Saya merasa nyaman di atas motor. Kami menggunakan set-up dari Phillip Island untuk balapan di sini (Thailand), dan bekerja cukup baik,” terangnya.
“Saya memiliki ikatan baik dengan motor. Tapi masih ada beberapa area yang perlu kami tingkatkan untuk balapan yang akan datang, dan KHI (Kawasaki Heavy Industries Ltd.) sedang bekerja keras. Kami berharap untuk meningkatkan motor lagi di balapan berikutnya,” urai Rea.
Faktor ketiga adalah ketakutan yang dirasakan sang pembalap. Rupanya, perasaan takut karena tidak dapat memenangi kejuaraan, justru membuat Rea semakin termotivasi merebut titel WSBK.
“Sebenarnya berbeda untuk merebut gelar juara yang ketiga. Jawaban sederhana adalah bahwa saya telah mencapai mimpi dan target ketika menjadi juara dunia pertama kalinya. Gelar kedua karena saya punya banyak motivasi. Kawasaki membawa motor baru dan ada semacam rasa lapar untuk membuat motor itu memenangi kejuaraan dan meraih kesuksesan,” kata pembalap 30 tahun itu menjelaskan.
“Sekarang tahun ini, rasa hampir takut untuk tidak menang yang memotivasi saya. Jelas itu karena kami sangat bermuatan laki-laki. Ini adalah olahraga yang dipenuhi hormon testosteron, jadi Anda tidak ingin kalah. Dan ada semacam dorongan yang membuat saya lebih mempersiapkan diri dari tahun sebelumnya,” kata pembalap dari Irlandia Utara itu.
Dan faktor keempat adalah dominasi duet Davies-Ducati pada paruh kedua musim lalu, dengan tujuh kemenangan dari delapan balapan terakhir. Davies bahkan juga muncul sebagai rival terkuat Rea pada dua balapan di Phillip Island.
“Pada akhir musim lalu, kami harus memenangi kejuaraan, tapi Chaz tampil dominan. Apa yang dilakukan itu luar biasa. Saya mengambil banyak motivasi dari libur musim. Saya benar-benar mempersiapkan fisik dan merasa dalam kondisi terbaik yang pernah ada. Saya merasa siap, tapi saya tidak meremehkan tantangan apapun,” kata Rea lagi. Nah, dari empat faktor di atas, tak pelak Rea masih menjadi kandidat favorit juara dunia WSBK 2017.
(sbn)