Marquee Player Buat Klub Liga 1 Terbelah
A
A
A
JAKARTA - Niat PSSI untuk menyemarakkan kompetisi Liga 1 dengan menelurkan regulasi marquee player malah membuat klub terbelah. Ada yang senang hati menerima aturan baru itu, ada pula yang melakukan penolakan.
Tercatat tiga klub yang bersuara lantang menolak rencana tersebut. Persija Jakarta, Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC (SFC) meminta PSSI mempertimbangkan kembali rencana tersebut. "Bagi kami belum jelas (regulasi marquee player ). Tapi kalau diterapkan tentu saja memberatkan," kata Direktur Utama PT Persija Gede Wideade kepada KORAN SINDO.
Menurutnya dalam kondisi perekonomian sedang sulit seperti sekarang, klub bisa mengikuti kompetisi tanpa ada kewajiban yang tertunda, seperti membayar gaji dan operasional tim sudah bagus. Untuk memenuhi kebutuhan dasar klub pengurus sudah harus memutar otak.
Jadi, menurut Gede, jangan heran jika sejauh ini tidak banyak klub berbicara marquee player , kecuali tim yang sudah mengontraknya. Gede juga membantah spekulasi yang menyebutkan jika Persija sedang melakukan pendekatan ke salah satu bintang asal Amerika Serikat, Freddy Adu. "Bagi klub, ini bukan adil atau tidak adil, tapi tepat atau enggak tepat. Bicara sekarang marquee player tidak tepat. Tanpa marquee player kompetisi sudah semarak kok,"tandasnya.
Beda dengan Perspura yang sudah melayangkan surat ke PSSI. Klub berjuluk Mutiara Hitam itu meminta PSSI mempertimbangkan kembali rencana tersebut karena dirasa memberatkan. "Alasan kami jelas, tidak semua klub memiliki kemampuan finansial yang bagus. Karena itu, kami mengusulkan kuota 2+1 itu sudah termasuk marquee player," tutur Sekretaris Tim Persipura Rocky Babena.
Dari hitungan Rocky, jika regulasi itu dipakasakan, hanya 30%klub peserta Liga 1 yang bisa memenuhi. Sisanya, termasuk Persipura, tidak bisa mendatangkan pemain bintang dengan bayaran selangit karena alasan keterbatasan finansial.
"Suara penolakan kemungkinan membesar saat temu manajer klub membahas Manual Liga. Bagi kami, regulasi marquee player itu justru ketidakadilan buat klub,"tuturnya.
Penolakan juga disampaikan SFC. Sekretaris PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Faisal Mursyid menyatakan, banyak klub mengeluh adanya regulasi 2+1+1. "Sebaiknya kembalikan ke regulasi normal seperti biasa 3+1 saja karena banyak persoalan yang memberatkan semua klub," kata Faisal.
"Mau pakai regulasi marquee player atau bagaimana bebaskan saja. Terpenting regulasi 3+1 agar semuanya normal tidak memberatkan klub lain," sambungnya. (Maruf/ Muhammad Moeslim)
Tercatat tiga klub yang bersuara lantang menolak rencana tersebut. Persija Jakarta, Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC (SFC) meminta PSSI mempertimbangkan kembali rencana tersebut. "Bagi kami belum jelas (regulasi marquee player ). Tapi kalau diterapkan tentu saja memberatkan," kata Direktur Utama PT Persija Gede Wideade kepada KORAN SINDO.
Menurutnya dalam kondisi perekonomian sedang sulit seperti sekarang, klub bisa mengikuti kompetisi tanpa ada kewajiban yang tertunda, seperti membayar gaji dan operasional tim sudah bagus. Untuk memenuhi kebutuhan dasar klub pengurus sudah harus memutar otak.
Jadi, menurut Gede, jangan heran jika sejauh ini tidak banyak klub berbicara marquee player , kecuali tim yang sudah mengontraknya. Gede juga membantah spekulasi yang menyebutkan jika Persija sedang melakukan pendekatan ke salah satu bintang asal Amerika Serikat, Freddy Adu. "Bagi klub, ini bukan adil atau tidak adil, tapi tepat atau enggak tepat. Bicara sekarang marquee player tidak tepat. Tanpa marquee player kompetisi sudah semarak kok,"tandasnya.
Beda dengan Perspura yang sudah melayangkan surat ke PSSI. Klub berjuluk Mutiara Hitam itu meminta PSSI mempertimbangkan kembali rencana tersebut karena dirasa memberatkan. "Alasan kami jelas, tidak semua klub memiliki kemampuan finansial yang bagus. Karena itu, kami mengusulkan kuota 2+1 itu sudah termasuk marquee player," tutur Sekretaris Tim Persipura Rocky Babena.
Dari hitungan Rocky, jika regulasi itu dipakasakan, hanya 30%klub peserta Liga 1 yang bisa memenuhi. Sisanya, termasuk Persipura, tidak bisa mendatangkan pemain bintang dengan bayaran selangit karena alasan keterbatasan finansial.
"Suara penolakan kemungkinan membesar saat temu manajer klub membahas Manual Liga. Bagi kami, regulasi marquee player itu justru ketidakadilan buat klub,"tuturnya.
Penolakan juga disampaikan SFC. Sekretaris PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Faisal Mursyid menyatakan, banyak klub mengeluh adanya regulasi 2+1+1. "Sebaiknya kembalikan ke regulasi normal seperti biasa 3+1 saja karena banyak persoalan yang memberatkan semua klub," kata Faisal.
"Mau pakai regulasi marquee player atau bagaimana bebaskan saja. Terpenting regulasi 3+1 agar semuanya normal tidak memberatkan klub lain," sambungnya. (Maruf/ Muhammad Moeslim)
(bbk)