Ikhsan Alami Kram, Tunggal Putra Rontok di Kejuaraan Asia Junior 2017
A
A
A
JAKARTA - Sektor tunggal putra Indonesia akhirnya tak menyisakan wakil di Kejuaraan Asia Junior 2017. Satu-satunya pemain yang bertahan hingga perempat final, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, akhirnya menyerah kalah. Ikhsan mundur di akhir game ketiga setelah mengalami kram di kedua kakinya.
Ikhsan tak dapat menyelesaikan pertandingannya dengan Chen Chi Ting, Taiwan, dan memutuskan retired pada skor 21-15, 9-21 dan 8-20.
"Memang barusan ini, satu poin tidak didapatkan dengan mudah. Satu kali reli bisa sampai 10 kali pukulan ke atas. Memang dibutuhkan daya tahan fisik dan daya tahan otot yang lebih tahan. Selama ini saya lihat pada persiapan memang terjadi peningkatan, cuma untuk ketemu lawan yang dari Taiwan ini, dia dominan main reli, jadi dibutuhkan fisik yang lebih kuat lagi. Ini menjadi salah satu evaluasi juga menuju Kejuaraan Dunia Junior nanti," kata Harry Hartono, pelatih tunggal putra pratama Pelatnas PBSI.
Selain masalah fisik dan daya tahan di lapangan, Harry juga mengevaluasi teknik pukulan Ikhsan yang dinilainya masih kurang efisien. Hal ini menyebabkan Ikhsan menguras banyak tenaga dalam pertandingan.
"Kedepannya yang tidak kalah penting adalah bagaimana Ikhsan harus bisa membentuk suatu stroke atau suatu teknik yang lebih efisien. Karena bukan berarti setiap pukulan harus menggunakan tenaga. Namun dengan pukulan kecil yang ibaratnya tidak membutuhkan tenaga, tapi arah dan akurasinya lebih bagus. Itu yang harus ditingkatkan lagi oleh Ikhsan," lanjut Harry.
Tanpa wakil di semifinal, Harry juga mengevaluasi penampilan tunggal putra secara keseluruhan. Sebelumnya Indonesia menurunkan enam atlet untuk bertanding di Jaya Raya Sports Hall Training Center, Jakarta, ini. Namun akhirnya semua harus pulang lebih awal.
"Beberapa pemain banyak yang kalah di poin tua atau poin kritis. Jadi masalah pengalaman dan jam terbang mungkin harus lebih ditingkatkan lagi. Kedua, masalah power dan daya tahan harus lebih ditingkatkan lagi," ujar Harry.
"Pemain tunggal putra ini belum masuk Pelatnas. Tapi baru tim yang dibentuk untuk turnamen ini, sekitar 3-4 bulan latihan. Sementara tim lain sudah dibentuk lebih lama dan jam terbangnya lebih bagus. Jadi kalau dengan persiapan waktu 4 bulan ini, bukan kurang, tapi butuh yang lebih panjang lagi," tutup Harry.
Ikhsan tak dapat menyelesaikan pertandingannya dengan Chen Chi Ting, Taiwan, dan memutuskan retired pada skor 21-15, 9-21 dan 8-20.
"Memang barusan ini, satu poin tidak didapatkan dengan mudah. Satu kali reli bisa sampai 10 kali pukulan ke atas. Memang dibutuhkan daya tahan fisik dan daya tahan otot yang lebih tahan. Selama ini saya lihat pada persiapan memang terjadi peningkatan, cuma untuk ketemu lawan yang dari Taiwan ini, dia dominan main reli, jadi dibutuhkan fisik yang lebih kuat lagi. Ini menjadi salah satu evaluasi juga menuju Kejuaraan Dunia Junior nanti," kata Harry Hartono, pelatih tunggal putra pratama Pelatnas PBSI.
Selain masalah fisik dan daya tahan di lapangan, Harry juga mengevaluasi teknik pukulan Ikhsan yang dinilainya masih kurang efisien. Hal ini menyebabkan Ikhsan menguras banyak tenaga dalam pertandingan.
"Kedepannya yang tidak kalah penting adalah bagaimana Ikhsan harus bisa membentuk suatu stroke atau suatu teknik yang lebih efisien. Karena bukan berarti setiap pukulan harus menggunakan tenaga. Namun dengan pukulan kecil yang ibaratnya tidak membutuhkan tenaga, tapi arah dan akurasinya lebih bagus. Itu yang harus ditingkatkan lagi oleh Ikhsan," lanjut Harry.
Tanpa wakil di semifinal, Harry juga mengevaluasi penampilan tunggal putra secara keseluruhan. Sebelumnya Indonesia menurunkan enam atlet untuk bertanding di Jaya Raya Sports Hall Training Center, Jakarta, ini. Namun akhirnya semua harus pulang lebih awal.
"Beberapa pemain banyak yang kalah di poin tua atau poin kritis. Jadi masalah pengalaman dan jam terbang mungkin harus lebih ditingkatkan lagi. Kedua, masalah power dan daya tahan harus lebih ditingkatkan lagi," ujar Harry.
"Pemain tunggal putra ini belum masuk Pelatnas. Tapi baru tim yang dibentuk untuk turnamen ini, sekitar 3-4 bulan latihan. Sementara tim lain sudah dibentuk lebih lama dan jam terbangnya lebih bagus. Jadi kalau dengan persiapan waktu 4 bulan ini, bukan kurang, tapi butuh yang lebih panjang lagi," tutup Harry.
(bbk)