Minarti Timur Minta Tunggal Putri Benahi Mental
A
A
A
TOKYO - Pelatih tunggal putri Pelatnas PBSI 2017 Minarti Timur buka suara soal prestasi atlet putri Indonesia di Jepang Terbuka 2017. Peraih perak Olimpiade Sydney 2000 itu mengungkap ada kendala mental pada pebulu tangkis putri nasional saat bertanding.
Tunggal putri Indonesia tak bisa bicara banyak di Jepang Terbuka 2017. Dua wakil Pelatnas PBSI, Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung, menyerah di babak awal.
Fitriani ditekuk wakil Thailand Ratchanok Intanon, 20-22 dan 12-21. Sedangkan Gregoria tak berkutik di tangan Pai Yu Po (Taiwan) pada babak pertama kualifikasi dengan skor 17-21, 21-17 dan 19-21.
“Problem mental mereka saat ini kurang berani mencoba. Mereka harus berani, kalaupun setelah dicoba tidak bisa, ya tidak apa-apa, tapi yang penting mereka harus berani buat mencoba," jelas Minarti seperti dilansir laman badmintonindonesia.org.
Minarti membandingkan dengan pemain putri Jepang yang dinilai tidak punya kualitas sebagus pemain Indonesia, namun punya prestasi lebih. "Pemain Jepang mana sih yang bagus tekniknya, hampir tidak ada. Teknik mereka tak seberapa bagus. Beda dengan kita yang punya banyak variasi," katanya
"Cuma ya itu, pemain kita ngototnya masih kurang dan kurang berani main di lapangan. Memang pasti tegang. Tapi di waktu tegangnya itu, motivasi tidak mau kalahnya itu harus ada. Pantang menyerahnya ada. Itu yang kurang di pemain kita. Saya inginnya anak-anak walaupun kalah mereka berusaha dengan baik dan mati-matian di lapangan,” papar Minarti.
Minarti mengatakan akan memberikan sejumlah program demi meningkatkan kualitas pemain tunggal putri Indonesia. Menurutnya, tunggal putri Indonesia masih harus melengkapi semua hal, dari segi mental, pola pikir, dan cara main harus seperti apa.
"Mereka tak bisa hanya mengandalkan satu cara main yang sama. Jadi, harus ada dua atau tiga pola yang harus mereka kuasai untuk bisa mengatasi lawan yang berbeda,” tegas juara Jepang Terbuka 2001 itu.
Tunggal putri Indonesia tak bisa bicara banyak di Jepang Terbuka 2017. Dua wakil Pelatnas PBSI, Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung, menyerah di babak awal.
Fitriani ditekuk wakil Thailand Ratchanok Intanon, 20-22 dan 12-21. Sedangkan Gregoria tak berkutik di tangan Pai Yu Po (Taiwan) pada babak pertama kualifikasi dengan skor 17-21, 21-17 dan 19-21.
“Problem mental mereka saat ini kurang berani mencoba. Mereka harus berani, kalaupun setelah dicoba tidak bisa, ya tidak apa-apa, tapi yang penting mereka harus berani buat mencoba," jelas Minarti seperti dilansir laman badmintonindonesia.org.
Minarti membandingkan dengan pemain putri Jepang yang dinilai tidak punya kualitas sebagus pemain Indonesia, namun punya prestasi lebih. "Pemain Jepang mana sih yang bagus tekniknya, hampir tidak ada. Teknik mereka tak seberapa bagus. Beda dengan kita yang punya banyak variasi," katanya
"Cuma ya itu, pemain kita ngototnya masih kurang dan kurang berani main di lapangan. Memang pasti tegang. Tapi di waktu tegangnya itu, motivasi tidak mau kalahnya itu harus ada. Pantang menyerahnya ada. Itu yang kurang di pemain kita. Saya inginnya anak-anak walaupun kalah mereka berusaha dengan baik dan mati-matian di lapangan,” papar Minarti.
Minarti mengatakan akan memberikan sejumlah program demi meningkatkan kualitas pemain tunggal putri Indonesia. Menurutnya, tunggal putri Indonesia masih harus melengkapi semua hal, dari segi mental, pola pikir, dan cara main harus seperti apa.
"Mereka tak bisa hanya mengandalkan satu cara main yang sama. Jadi, harus ada dua atau tiga pola yang harus mereka kuasai untuk bisa mengatasi lawan yang berbeda,” tegas juara Jepang Terbuka 2001 itu.
(sha)