Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Indonesia Dapat Dukungan ASEAN
A
A
A
JAKARTA - Keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia bisa jadi bukan hal baru. Setidaknya keinginan tersebut sudah pernah disampaikan ketika PSSI masih di bawah kendali Nurdin Halid sebagai ketua umum.
PSSI bahkan menggelar acara resmi untuk mengumumkan kesiapan menjadi tuan rumah pesta sepak bola sejagat tersebut. Bertempat di Hotel Ritz Carlton, SCBD Jakarta, 9 Februari 2009, Nurdin menyatakan akan bersaing dengan negara lain untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Mengusung tema 'Green World Cup', saat itu Nurdin mengatakan apa yang dilakukannya bukan ide gila atau mimpi di siang bolong. "Ini sebuah ide yang terukur dan terencana sebagai perwujudan visi PSSI 2020," kata Nurdin saat itu. Namun, keinginan PSSI kandas karena ada penolakan dari pemerintah.
Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, pemerintah saat ini masih harus mengkaji ulang banyak hal, apalagi yang menjadi prioritas adalah pengembangan prestasi. Menurut dia, semuanya butuh pengkajian dan persiapan harus matang.
"Kami sementara memberi prioritas pada pembinaan prestasi dan untuk menjadi host Piala Dunia kami sedang mengkaji lebih jauh," kata Agung, 11 Februari 2010. Ambisi kemudian layu sebelum berkembang. Padahal, kabar santer menyebutkan bahwa pemerintah memberikan dukungan, Indonesia berpeluang jadi tuan rumah. FIFA kemudian menunjuk Qatar sebagai tuan rumah.
Keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia kembali muncul saat isu suap FIFA muncul ke permukaan. Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mengatakan, Indonesia siap menggantikan Qatar sebagai tuan rumah. Roy juga mengaku telah berkomunikasi dengan beberapa negara Asia Tenggara lain untuk menjadi tuan rumah bersama. Namun, FIFA kemudian tetap menunjuk Qatar sebagai tuan rumah. Sabtu (23/9), setelah launching yang dilakukan PSSI era Nurdin, di Nusa Dua, Bali, PSSI mendapat dukungan dari ASEAN Football Federation (AFF) untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 bersama Thailand.
"Kami pikir ini langkah yang hebat untuk sepak bola di kawasan ASEAN. Sudah saatnya kami maju bersama dan menggelar hajatan besar Piala Dunia 2034," ungkap Dato Sri Azzudin Ahmad, mengutip dari laman resmi AFF. Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha menjelaskan, pihaknya semakin yakin melangkah karena sudah mendapat dukungan dari AFF dan pemerintah. "Kami sudah menerima surat dukungan dari Setneg pada Jumat (22/9)," kata Ratu kepada KORAN SINDO.
Menurut Tisha, dukungan itu membuat langkah PSSI kini menjadi lebih ringan dalam bergerak. Sebab, apa pun yang akan dilakukan PSSI terkait pencalonan sebagai tuan rumah akan mentah tanpa dukungan dari pemerintah. Dia menampik kekhawatiran tentang apa yang terjadi pada 2009, ketika pemerintah tiba-tiba menolak keinginan PSSI menjadi tuan rumah. Menurut Tisha, kondisi PSSI sekarang dengan era saat itu berbeda. Penolakan pemerintah kala itu lebih karena kondisi federasi yang tidak stabil. Ini berbeda dengan situasi sekarang yang sudah mapan. Tisha juga tak merasa khawatir terkait kemungkinan adanya perubahan situasi instabilitas politik yang terjadi di Indonesia.
"Tidak ada alasan khawatir. Jika yang masih merasa khawatir berarti mereka masih terjebak masa lalu. justru sepak bola yang akan menyatukan bangsa ini," tandasnya.
Dia lebih suka berbicara tentang besar Indonesia menjadi tuan rumah dibanding hambatan, meskipun diakuinya masih akan ada proses yang sangat panjang untuk mewujudkan keinginan menjadi tuan rumah.
"Kalau bicara jatah mana, memang belum ada. Tapi hitung-hitungannya akan kembali ke Asia, lebih tepatnya Asia Tenggara. Peluang itu yang berusaha akan kami kejar," ujarnya.
Karena itu, Tisha belum bisa merinci negara mana yang akan menjadi pesaing Indonesia dan Thailand. Yang pasti, seluruh negara Asia Tenggara akan di belakang Indonesia dan Thailand untuk menjadi tuan rumah. Penegasan ini menampik spekulasi yang menyebutkan bahwa Australia juga tertarik menjadi tuan rumah.
Indonesia dan Thailand memang menjadi tuan rumah utama, tapi tak menutup keinginan beberapa pertandingan akan digelar di negara lain. Ini untuk menunjukkan persatuan dan solidaritas negara Asia Tenggara. Terkait launching, Tisha belum bisa memastikan. Alasannya, acara itu akan digelar pemerintah.
"Sekarang kami menunggu. Tapi, kami akan terus berkomunikasi setelah dukungan tersebut,” ujarnya. Sesmenpora Gatot S Dewa Broto menegaskan bahwa pemerintah memberi dukungan sepenuhnya kepada PSSI. Hanya, pihaknya belum bisa memberi keterangan rinci langkah-langkah lanjutan. "Kami menunggu laporan dulu dari PSSI," kata Gatot. (Ma’ruf)
PSSI bahkan menggelar acara resmi untuk mengumumkan kesiapan menjadi tuan rumah pesta sepak bola sejagat tersebut. Bertempat di Hotel Ritz Carlton, SCBD Jakarta, 9 Februari 2009, Nurdin menyatakan akan bersaing dengan negara lain untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Mengusung tema 'Green World Cup', saat itu Nurdin mengatakan apa yang dilakukannya bukan ide gila atau mimpi di siang bolong. "Ini sebuah ide yang terukur dan terencana sebagai perwujudan visi PSSI 2020," kata Nurdin saat itu. Namun, keinginan PSSI kandas karena ada penolakan dari pemerintah.
Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, pemerintah saat ini masih harus mengkaji ulang banyak hal, apalagi yang menjadi prioritas adalah pengembangan prestasi. Menurut dia, semuanya butuh pengkajian dan persiapan harus matang.
"Kami sementara memberi prioritas pada pembinaan prestasi dan untuk menjadi host Piala Dunia kami sedang mengkaji lebih jauh," kata Agung, 11 Februari 2010. Ambisi kemudian layu sebelum berkembang. Padahal, kabar santer menyebutkan bahwa pemerintah memberikan dukungan, Indonesia berpeluang jadi tuan rumah. FIFA kemudian menunjuk Qatar sebagai tuan rumah.
Keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia kembali muncul saat isu suap FIFA muncul ke permukaan. Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mengatakan, Indonesia siap menggantikan Qatar sebagai tuan rumah. Roy juga mengaku telah berkomunikasi dengan beberapa negara Asia Tenggara lain untuk menjadi tuan rumah bersama. Namun, FIFA kemudian tetap menunjuk Qatar sebagai tuan rumah. Sabtu (23/9), setelah launching yang dilakukan PSSI era Nurdin, di Nusa Dua, Bali, PSSI mendapat dukungan dari ASEAN Football Federation (AFF) untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 bersama Thailand.
"Kami pikir ini langkah yang hebat untuk sepak bola di kawasan ASEAN. Sudah saatnya kami maju bersama dan menggelar hajatan besar Piala Dunia 2034," ungkap Dato Sri Azzudin Ahmad, mengutip dari laman resmi AFF. Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha menjelaskan, pihaknya semakin yakin melangkah karena sudah mendapat dukungan dari AFF dan pemerintah. "Kami sudah menerima surat dukungan dari Setneg pada Jumat (22/9)," kata Ratu kepada KORAN SINDO.
Menurut Tisha, dukungan itu membuat langkah PSSI kini menjadi lebih ringan dalam bergerak. Sebab, apa pun yang akan dilakukan PSSI terkait pencalonan sebagai tuan rumah akan mentah tanpa dukungan dari pemerintah. Dia menampik kekhawatiran tentang apa yang terjadi pada 2009, ketika pemerintah tiba-tiba menolak keinginan PSSI menjadi tuan rumah. Menurut Tisha, kondisi PSSI sekarang dengan era saat itu berbeda. Penolakan pemerintah kala itu lebih karena kondisi federasi yang tidak stabil. Ini berbeda dengan situasi sekarang yang sudah mapan. Tisha juga tak merasa khawatir terkait kemungkinan adanya perubahan situasi instabilitas politik yang terjadi di Indonesia.
"Tidak ada alasan khawatir. Jika yang masih merasa khawatir berarti mereka masih terjebak masa lalu. justru sepak bola yang akan menyatukan bangsa ini," tandasnya.
Dia lebih suka berbicara tentang besar Indonesia menjadi tuan rumah dibanding hambatan, meskipun diakuinya masih akan ada proses yang sangat panjang untuk mewujudkan keinginan menjadi tuan rumah.
"Kalau bicara jatah mana, memang belum ada. Tapi hitung-hitungannya akan kembali ke Asia, lebih tepatnya Asia Tenggara. Peluang itu yang berusaha akan kami kejar," ujarnya.
Karena itu, Tisha belum bisa merinci negara mana yang akan menjadi pesaing Indonesia dan Thailand. Yang pasti, seluruh negara Asia Tenggara akan di belakang Indonesia dan Thailand untuk menjadi tuan rumah. Penegasan ini menampik spekulasi yang menyebutkan bahwa Australia juga tertarik menjadi tuan rumah.
Indonesia dan Thailand memang menjadi tuan rumah utama, tapi tak menutup keinginan beberapa pertandingan akan digelar di negara lain. Ini untuk menunjukkan persatuan dan solidaritas negara Asia Tenggara. Terkait launching, Tisha belum bisa memastikan. Alasannya, acara itu akan digelar pemerintah.
"Sekarang kami menunggu. Tapi, kami akan terus berkomunikasi setelah dukungan tersebut,” ujarnya. Sesmenpora Gatot S Dewa Broto menegaskan bahwa pemerintah memberi dukungan sepenuhnya kepada PSSI. Hanya, pihaknya belum bisa memberi keterangan rinci langkah-langkah lanjutan. "Kami menunggu laporan dulu dari PSSI," kata Gatot. (Ma’ruf)
(bbk)