Lepas Tukik Jadi 'Ritual' Pembalap Sebelum Arungi ITdBI 2017
A
A
A
BANYUWANGI - Ajang balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2017 akan berlangsung empat hari, mulai Rabu hingga Sabtu (27-30 September). Sehari sebelum berlaga, 95 pembalap dari 29 negara diajak melepaskan tukik (anak penyu) dan city tour mengelilingi Banyuwangi, Selasa sore (26/9/2017).
Semua pembalap melepaskan anak penyu di Pantai Cacalan, Kalipuro. Ada 80 tukik berusia tiga bulan yang dilepas ke pantai. Pelepasan tukik merupakan simbol Pemkab Banyuwangi untuk melestarikan salah satu hewan purba tersebut.
Pelepasan penyu bukan tanpa alasan. Banyuwangi yang memiliki garis pantai sepanjang 175 KM, menjadi tempat favorit pendaratan penyu untuk bertelur. Dari 7 jenis tukik yang ada di dunia, 6 diantaranya ada di Indonesia. Dan, 4 jenis diantaranya mendarat di pantai Banyuwangi. Yakni, Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Blimbing, dan Penyu Sisik.
"Ini memang kami acarakan untuk mengkampanyekan konservasi penyu di Banyuwangi," terang Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar anas secara terpisah. .
Ajang ini digelar tidak hanya menonjolkan sisi olahraga, namun juga sebagai cara Banyuwangi mengenalkan pesona wisatanya. Selain rute balapan yang akan menyusuri keindahan alam Banyuwangi dan sejumlah destinasi wisata.
Sementara itu sejumlah pembalap merasa antusias dengan gimmick yang diberikan panitia lewat acara lepas tukik. Salah satunya diungkapkan Jai Crawford. "Saya bisa melihat bayi penyu dengan sangat dekat, fantastik. Ini jadi pengalaman yang luar biasa," kata Jai yang merupakan pembalap dari Australia yang tergabung dalam tim Kinan Cycling Team.
Selama lima tahun penyelenggaraan, ITdBI mendapat predikat excellence selama dua tahun terakhir berturut-turut dari UCI. Ini menjadikan ITdBI masuk dalam tujuh kejuaraan balap sepeda terbaik di Asia, dan terbaik di Indonesia. Excellent level merupakan poin tinggi di kejuaraan balap sepeda internasional. Peringkat ini nilainya di atas 90 poin.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan, ITDBI tahun ini kembali menyuguhkan empat etape sepanjang 533 KM. Di empat etape ini, pembalap akan melewati rute yang menyusuri bentang alam Banyuwangi. Mulai susur sungai dan pantai, melintasi perkebunan, hingga menikmati pusat kota Banyuwangi.
"Sesuai taglinenya, di etape ketiga pembalap akan finish di Gunung Ijen. Para pembalap akan saling beradu membuktikan ketangguhannya menaklukkan rute tanjakan ekstrem di Lereng Ijen," pungkas Wawan. Tanjakan menuju Gunung Ijen di Banyuwangi dikenal sebagai salah satu yang terekstrem di Asia karena ketinggiannya melampaui tanjakan di Genting Highland dalam Tour de Langkawi Malaysia yang berada di ketinggian sekitar 1.500 mdpl.
Selain melepas tukik, para pembalap juga diajak city tour. Mereka melintasi jalan-jalan utama di Kota Banyuwangi. Dari Pantai Cacalan, mereka melintasi jalan protokol hingga ke perempatan Patung Kuda. Kemudian melewati Jalan Kepiting ke arah Utara dan finish di Pendopo Sabha Swagata Blambangan. "City tour ini untuk mengenalkan Banyuwangi kepada pembalap sekaligus mengenalkan pebalap kepada masyarakat Banyuwangi," papar Wawan.
Semua pembalap melepaskan anak penyu di Pantai Cacalan, Kalipuro. Ada 80 tukik berusia tiga bulan yang dilepas ke pantai. Pelepasan tukik merupakan simbol Pemkab Banyuwangi untuk melestarikan salah satu hewan purba tersebut.
Pelepasan penyu bukan tanpa alasan. Banyuwangi yang memiliki garis pantai sepanjang 175 KM, menjadi tempat favorit pendaratan penyu untuk bertelur. Dari 7 jenis tukik yang ada di dunia, 6 diantaranya ada di Indonesia. Dan, 4 jenis diantaranya mendarat di pantai Banyuwangi. Yakni, Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Blimbing, dan Penyu Sisik.
"Ini memang kami acarakan untuk mengkampanyekan konservasi penyu di Banyuwangi," terang Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar anas secara terpisah. .
Ajang ini digelar tidak hanya menonjolkan sisi olahraga, namun juga sebagai cara Banyuwangi mengenalkan pesona wisatanya. Selain rute balapan yang akan menyusuri keindahan alam Banyuwangi dan sejumlah destinasi wisata.
Sementara itu sejumlah pembalap merasa antusias dengan gimmick yang diberikan panitia lewat acara lepas tukik. Salah satunya diungkapkan Jai Crawford. "Saya bisa melihat bayi penyu dengan sangat dekat, fantastik. Ini jadi pengalaman yang luar biasa," kata Jai yang merupakan pembalap dari Australia yang tergabung dalam tim Kinan Cycling Team.
Selama lima tahun penyelenggaraan, ITdBI mendapat predikat excellence selama dua tahun terakhir berturut-turut dari UCI. Ini menjadikan ITdBI masuk dalam tujuh kejuaraan balap sepeda terbaik di Asia, dan terbaik di Indonesia. Excellent level merupakan poin tinggi di kejuaraan balap sepeda internasional. Peringkat ini nilainya di atas 90 poin.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan, ITDBI tahun ini kembali menyuguhkan empat etape sepanjang 533 KM. Di empat etape ini, pembalap akan melewati rute yang menyusuri bentang alam Banyuwangi. Mulai susur sungai dan pantai, melintasi perkebunan, hingga menikmati pusat kota Banyuwangi.
"Sesuai taglinenya, di etape ketiga pembalap akan finish di Gunung Ijen. Para pembalap akan saling beradu membuktikan ketangguhannya menaklukkan rute tanjakan ekstrem di Lereng Ijen," pungkas Wawan. Tanjakan menuju Gunung Ijen di Banyuwangi dikenal sebagai salah satu yang terekstrem di Asia karena ketinggiannya melampaui tanjakan di Genting Highland dalam Tour de Langkawi Malaysia yang berada di ketinggian sekitar 1.500 mdpl.
Selain melepas tukik, para pembalap juga diajak city tour. Mereka melintasi jalan-jalan utama di Kota Banyuwangi. Dari Pantai Cacalan, mereka melintasi jalan protokol hingga ke perempatan Patung Kuda. Kemudian melewati Jalan Kepiting ke arah Utara dan finish di Pendopo Sabha Swagata Blambangan. "City tour ini untuk mengenalkan Banyuwangi kepada pembalap sekaligus mengenalkan pebalap kepada masyarakat Banyuwangi," papar Wawan.
(bbk)