Lolos ke Piala Dunia 2018, Ternyata Ini Kunci Sukses Islandia
A
A
A
Paraguay hanya berpopulasi sekitar 850.000 orang saat diundang ke Piala Dunia 1930. Pada 2006, Trinidad dan Tobago menjadi negara terkecil yang pernah tampil di pesta sepak bola terbesar dunia tersebut dengan populasi lebih dari 1,2 juta.
Selasa (10/10), Islandia menghancurkan catatan mereka. Setelah membuat kejutan di Piala Eropa setahun lalu, kini tim kurcaci ini siap mengguncang Piala Dunia. Apa rahasia Islandia? Mampukah Indonesia ‘mencontoh’ Islandia agar bisa bertarung di pentas internasional? Islandia mengalahkan Kosovo 2-0 untuk menguasai puncak klasemen Grup I kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa dan membuat mereka menjadi negeri terkecil yang pernah berpartisipasi di Piala Dunia.
Perkiraan terakhir populasi Islandia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 334.252 jiwa. “Kami pantas mendapatkan hak berada di Rusia, sama seperti yang lain. Kami telah mengalahkan negara-negara besar untuk berada di Piala Dunia, jadi mengapa kami tidak bisa mencapai sesuatu seperti orang lain? Kita berada di sana seperti semua orang, dan mengapa kami tidak punya kesempatan menang?” kata Pelatih Heimir Hallgrimsson, dikutip The Guardian.
Islandia mendapatkan tiket ke Piala Dunia 2018 saat banyak orang belum lupa dengan keajaiban yang mereka lakukan di Piala Eropa 2016. Tidak banyak dibicarakan orang, mereka sukses melangkah ke perempat final dengan menyingkirkan Inggris 1-2. Langkah mereka baru terhenti saat bertemu tuan rumah Prancis dan menyerah 5-2.
Berada di Grup I, Islandia bersaing dengan Ukraina, Turki, Kroasia, dan Finlandia. Hasilnya, dari 10 laga yang dijalani, tim berjuluk Strakarnir Okkar tersebut berhasil mengoleksi 7 menang, 1 imbang, dan 2 kali kalah. Dua kekalahan tersebut diderita saat menghadapi Kroasia.
“Bisa mengungguli mereka jelas sangat luar biasa,” ujar Hallgrimsson. Namun, keberhasilan Islandia bukanlah kebetulan. Mereka sangat serius membangun sepak bola sehingga bisa bersaing dengan negara lain. Bahkan, mungkin tidak ada negara yang melatih pemain sepak bola seserius Islandia.
Negara ini memiliki lebih dari 20.000 pemain sepak bola terdaftar, yang berarti 5% dari seluruh penduduk Islandia. Satu dari 500 orang Islandia memiliki lisensi UEFA B atau bisa jadi lebih banyak, yang berarti beberapa pemain memulai pelatihan dengan pelatih profesional berusia 5 tahun.
Padahal tantangan mereka bukan saja jumlah penduduk, tapi juga alam dan sistem kompetisi yang tidak bisa dibilang profesional. Tantangan alam karena Islandia didominasi salju hampir sepanjang tahun lantaran hanya berjarak 300 km dari Greenland.
Namun, situasi tersebut membuat asosiasi sepak bola Islandia (KSI) berpikir keras. Satu-satunya cara agar bisa bersaing dengan negara-negara maju sepak bola adalah memperbaiki infrastruktur olah raga dan kualitas pelatih. Gagasan indoor Football House digarap. Lapangan sepak bola yang dilengkapi berbagai fasilitas, seperti ruang loker, fasilitas pelatihan medis, tempat konsesi, dan bangku penonton. Beberapa di antaranya bahkan bisa menampung ribuan penonton.
Menggeliatnya pembangunan indoor Football House tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Mereka mendukung bank-bank nasional yang memberikan kemudahan pinjaman uang. Masuknya investor dari luar negeri membuat program KSI berkembang sangat pesat. Antara 2002 dan 2009 pasar saham Islandia naik menjadi 900%. Pada 2007, aset perbankan Islandia naik tujuh kali lipat.
Menurut Direktur Pemasaran KSI, Omar Smarason, meningkatnya pemasukan negara membuat semua kebutuhan mereka terpenuhi. “Ini merupakan dorongan besar bagi kami dalam membangun fasilitas olah raga. Sumber uang kami mengalir tanpa henti. Pemerintah memiliki akses pinjaman yang relatif mudah,” kata Smarason dilansir Guardian.
Hasilnya, hingga 2016, Islandia telah memiliki 11 indoor house yang terdiri atas tujuh lapangan penuh dan empat lapangan ukuran setengah. Ke depannya, proyek akan dikembangkan. Direncanakan akan dibangun 100 lapangan mini dan 22 lapangan berukuran penuh. Bukan hanya lapangan, KSI juga fokus menciptakan pelatih-pelatih berkualitas sebagai penunjang. Berdasarkan laporan terbaru, Islandia kini telah memiliki 184 pelatih berlisensi UEFA A dan 500 pelatih B.
Sinergi dan kerja keras pemerintah dengan KSI berdampak positif terhadap tim sepak bolanya. Kejutan pertama Islandia adalah ketika mereka lolos ke Piala Eropa 2016. Berstatus sebagai tim non-unggulan, Strakarnir Okkar mematahkan berbagai prediksi dengan melenggang hingga babak perempat final.
Menurut Direktur Teknik Timnas Indonesia Danur windo, keajaiban Islandia bukan tanpa proses. Aspek paling penting jika ingin memiliki timnas yang sukses adalah football development harus lancar. Danur menjelaskan, tidak ada pemain bagus yang tiba-tiba bagus, pasti ada proses. Pemain seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Cristiano Ronaldo datang nya tidak tiba-tiba. Mereka setidaknya memiliki 10.000 jam latihan bagus dan berkualitas.
“Tidak mungkin tiba-tiba negara kecil menjadi bagus. Mereka pasti memiliki dasar yang kuat, youth development, taktik strategi jelas dan taktik bermain di top level,” ujar Danur.
Mantan pelatih timnas Indonesia itu kemudian membandingkannya dengan situasi di Indonesia. Di sini dengan jumlah penduduk 250 juta lebih, punya talenta, tapi tidak bisa bersaing jangankan dunia, di Asia saja belum bisa. Problemnya, karena Indonesia belum memiliki standar baku untuk youth develop, filosofi bermain sepak bola serta kurikulum yang jelas.
Standarisasi itulah yang sekarang disusun dalam sebuah bentuk kurikulum yang disebut Indonesian Way yang membuat filosofi dan cara bermain sepak bola yang cocok buat pemain Indonesia yang sudah diajarkan sejak usia dini tapi bisa dipakai sampai top level.
Filosofi ini didasarkan pada kelebihan dan kekurangan talenta pemain Indonesia. PSSI juga sedang menggalakkan kursi kepelatihan, dari D, C, B, dan A AFC. “Karena pendidikan pelatih itu penting. Di mana pun tidak ada yang datang tiba. Talenta jika tidak dilatih yang hanya sekadar talenta,” ujar Danur.(Alimansyah)
Selasa (10/10), Islandia menghancurkan catatan mereka. Setelah membuat kejutan di Piala Eropa setahun lalu, kini tim kurcaci ini siap mengguncang Piala Dunia. Apa rahasia Islandia? Mampukah Indonesia ‘mencontoh’ Islandia agar bisa bertarung di pentas internasional? Islandia mengalahkan Kosovo 2-0 untuk menguasai puncak klasemen Grup I kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa dan membuat mereka menjadi negeri terkecil yang pernah berpartisipasi di Piala Dunia.
Perkiraan terakhir populasi Islandia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 334.252 jiwa. “Kami pantas mendapatkan hak berada di Rusia, sama seperti yang lain. Kami telah mengalahkan negara-negara besar untuk berada di Piala Dunia, jadi mengapa kami tidak bisa mencapai sesuatu seperti orang lain? Kita berada di sana seperti semua orang, dan mengapa kami tidak punya kesempatan menang?” kata Pelatih Heimir Hallgrimsson, dikutip The Guardian.
Islandia mendapatkan tiket ke Piala Dunia 2018 saat banyak orang belum lupa dengan keajaiban yang mereka lakukan di Piala Eropa 2016. Tidak banyak dibicarakan orang, mereka sukses melangkah ke perempat final dengan menyingkirkan Inggris 1-2. Langkah mereka baru terhenti saat bertemu tuan rumah Prancis dan menyerah 5-2.
Berada di Grup I, Islandia bersaing dengan Ukraina, Turki, Kroasia, dan Finlandia. Hasilnya, dari 10 laga yang dijalani, tim berjuluk Strakarnir Okkar tersebut berhasil mengoleksi 7 menang, 1 imbang, dan 2 kali kalah. Dua kekalahan tersebut diderita saat menghadapi Kroasia.
“Bisa mengungguli mereka jelas sangat luar biasa,” ujar Hallgrimsson. Namun, keberhasilan Islandia bukanlah kebetulan. Mereka sangat serius membangun sepak bola sehingga bisa bersaing dengan negara lain. Bahkan, mungkin tidak ada negara yang melatih pemain sepak bola seserius Islandia.
Negara ini memiliki lebih dari 20.000 pemain sepak bola terdaftar, yang berarti 5% dari seluruh penduduk Islandia. Satu dari 500 orang Islandia memiliki lisensi UEFA B atau bisa jadi lebih banyak, yang berarti beberapa pemain memulai pelatihan dengan pelatih profesional berusia 5 tahun.
Padahal tantangan mereka bukan saja jumlah penduduk, tapi juga alam dan sistem kompetisi yang tidak bisa dibilang profesional. Tantangan alam karena Islandia didominasi salju hampir sepanjang tahun lantaran hanya berjarak 300 km dari Greenland.
Namun, situasi tersebut membuat asosiasi sepak bola Islandia (KSI) berpikir keras. Satu-satunya cara agar bisa bersaing dengan negara-negara maju sepak bola adalah memperbaiki infrastruktur olah raga dan kualitas pelatih. Gagasan indoor Football House digarap. Lapangan sepak bola yang dilengkapi berbagai fasilitas, seperti ruang loker, fasilitas pelatihan medis, tempat konsesi, dan bangku penonton. Beberapa di antaranya bahkan bisa menampung ribuan penonton.
Menggeliatnya pembangunan indoor Football House tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Mereka mendukung bank-bank nasional yang memberikan kemudahan pinjaman uang. Masuknya investor dari luar negeri membuat program KSI berkembang sangat pesat. Antara 2002 dan 2009 pasar saham Islandia naik menjadi 900%. Pada 2007, aset perbankan Islandia naik tujuh kali lipat.
Menurut Direktur Pemasaran KSI, Omar Smarason, meningkatnya pemasukan negara membuat semua kebutuhan mereka terpenuhi. “Ini merupakan dorongan besar bagi kami dalam membangun fasilitas olah raga. Sumber uang kami mengalir tanpa henti. Pemerintah memiliki akses pinjaman yang relatif mudah,” kata Smarason dilansir Guardian.
Hasilnya, hingga 2016, Islandia telah memiliki 11 indoor house yang terdiri atas tujuh lapangan penuh dan empat lapangan ukuran setengah. Ke depannya, proyek akan dikembangkan. Direncanakan akan dibangun 100 lapangan mini dan 22 lapangan berukuran penuh. Bukan hanya lapangan, KSI juga fokus menciptakan pelatih-pelatih berkualitas sebagai penunjang. Berdasarkan laporan terbaru, Islandia kini telah memiliki 184 pelatih berlisensi UEFA A dan 500 pelatih B.
Sinergi dan kerja keras pemerintah dengan KSI berdampak positif terhadap tim sepak bolanya. Kejutan pertama Islandia adalah ketika mereka lolos ke Piala Eropa 2016. Berstatus sebagai tim non-unggulan, Strakarnir Okkar mematahkan berbagai prediksi dengan melenggang hingga babak perempat final.
Menurut Direktur Teknik Timnas Indonesia Danur windo, keajaiban Islandia bukan tanpa proses. Aspek paling penting jika ingin memiliki timnas yang sukses adalah football development harus lancar. Danur menjelaskan, tidak ada pemain bagus yang tiba-tiba bagus, pasti ada proses. Pemain seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Cristiano Ronaldo datang nya tidak tiba-tiba. Mereka setidaknya memiliki 10.000 jam latihan bagus dan berkualitas.
“Tidak mungkin tiba-tiba negara kecil menjadi bagus. Mereka pasti memiliki dasar yang kuat, youth development, taktik strategi jelas dan taktik bermain di top level,” ujar Danur.
Mantan pelatih timnas Indonesia itu kemudian membandingkannya dengan situasi di Indonesia. Di sini dengan jumlah penduduk 250 juta lebih, punya talenta, tapi tidak bisa bersaing jangankan dunia, di Asia saja belum bisa. Problemnya, karena Indonesia belum memiliki standar baku untuk youth develop, filosofi bermain sepak bola serta kurikulum yang jelas.
Standarisasi itulah yang sekarang disusun dalam sebuah bentuk kurikulum yang disebut Indonesian Way yang membuat filosofi dan cara bermain sepak bola yang cocok buat pemain Indonesia yang sudah diajarkan sejak usia dini tapi bisa dipakai sampai top level.
Filosofi ini didasarkan pada kelebihan dan kekurangan talenta pemain Indonesia. PSSI juga sedang menggalakkan kursi kepelatihan, dari D, C, B, dan A AFC. “Karena pendidikan pelatih itu penting. Di mana pun tidak ada yang datang tiba. Talenta jika tidak dilatih yang hanya sekadar talenta,” ujar Danur.(Alimansyah)
(amm)