GM Catur Indonesia Meninggal Dunia, Utut Bantah Pemerintah Lalai
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia), Utut Adianto membenarkan kabar meninggalnya grand master catur Indonesia, Ardiansyah.
Pecatur senior yang berjaya merebut medali emas di Olimpiade Catur 1982 di Lucerne, Swiss itu mengembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (28/10/2017), setelah didiagnosa menderita kanker hati sejak dua bulan lalu.
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya almarhum Ardiansyah. Saya juga ikut memberikan penghormatan di peristirahatan terakhirnya," kata Utut Adianto saat dikonfirmasi SINDOnews, Senin.
Ardiansyah merupakan grand master tertua yang dimiliki Indonesia. Anggota DPR Komisi 10 itu mengenal sosok almarhum sebagai orang yang sederhana. Meskipun semasa hidupnya mengandalkan profesi olahraga catur sebagai mata pencahariannya, namun Utut membantah jika seniornya itu merasa hidupnya kekurangan.
"Tidak benar kabar yang menyebut jika Ardiansyah hidup serba kekurangan. Karena berbicara tentang peran pemerintah itu sangat luas, dan Anda harus objektif dengan kemampuan pemerintah," ungkap Utut, menanggapi kabar bahwa almarhum semasa hidupnya ditelantarkan pemerintah.
Terakhir, almarhum sempat mengikuti kejuaraan catur di Jawa Timur pada Juli 2017. Sejak itu kondisinya terus menurun hingga tepat peringatan Sumpah Pemuda, Sabtu lalu, dia mengembuskan nafas terakhirnya di usia 65 tahun.
Utut punya kenangan manis sebelum Ardiansyah meninggalkan pecinta catur Indonesia untuk selamanya. Dikatakannya, dia sempat berniat mengajak Ardiansyah untuk bergabung di PB Percasi.
"Terakhir ketemu saya berdiskusi dengannya dan beliau punya keinginan untuk masuk ke PB Percasi, dan saya langsung meresponsnya dengan memfasilitasi untuk menjadi pelatih catur di daerah. Namun Tuhan berkehendak lain dan Ardiansyah sudah meninggalkan kita semua," pungkas Utut.
Pecatur senior yang berjaya merebut medali emas di Olimpiade Catur 1982 di Lucerne, Swiss itu mengembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (28/10/2017), setelah didiagnosa menderita kanker hati sejak dua bulan lalu.
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya almarhum Ardiansyah. Saya juga ikut memberikan penghormatan di peristirahatan terakhirnya," kata Utut Adianto saat dikonfirmasi SINDOnews, Senin.
Ardiansyah merupakan grand master tertua yang dimiliki Indonesia. Anggota DPR Komisi 10 itu mengenal sosok almarhum sebagai orang yang sederhana. Meskipun semasa hidupnya mengandalkan profesi olahraga catur sebagai mata pencahariannya, namun Utut membantah jika seniornya itu merasa hidupnya kekurangan.
"Tidak benar kabar yang menyebut jika Ardiansyah hidup serba kekurangan. Karena berbicara tentang peran pemerintah itu sangat luas, dan Anda harus objektif dengan kemampuan pemerintah," ungkap Utut, menanggapi kabar bahwa almarhum semasa hidupnya ditelantarkan pemerintah.
Terakhir, almarhum sempat mengikuti kejuaraan catur di Jawa Timur pada Juli 2017. Sejak itu kondisinya terus menurun hingga tepat peringatan Sumpah Pemuda, Sabtu lalu, dia mengembuskan nafas terakhirnya di usia 65 tahun.
Utut punya kenangan manis sebelum Ardiansyah meninggalkan pecinta catur Indonesia untuk selamanya. Dikatakannya, dia sempat berniat mengajak Ardiansyah untuk bergabung di PB Percasi.
"Terakhir ketemu saya berdiskusi dengannya dan beliau punya keinginan untuk masuk ke PB Percasi, dan saya langsung meresponsnya dengan memfasilitasi untuk menjadi pelatih catur di daerah. Namun Tuhan berkehendak lain dan Ardiansyah sudah meninggalkan kita semua," pungkas Utut.
(nug)