Ampuhnya sentuhan revolusi Prandelli

Sabtu, 30 Juni 2012 - 06:16 WIB
Ampuhnya sentuhan revolusi Prandelli
Ampuhnya sentuhan revolusi Prandelli
A A A
Sindonews.com - Mengambil kursi kepelatihan Marcello Lippi selepas Piala Dunia 2010 tak ada yang mengetahui pasti bagaimana platform tim yang bakal diusung Cesare Prandelli. Publik sepak bola Italia memprediksi Prandelli tak berbeda dengan pendahulu-pendahulunya.

Bahkan, hingga jelang Piala Eropa 2012, Italia belum dipandang sebagai kekuatan dengan nuansa baru. Semua pengamat sepak bola Eropa memperkirakan Gli Azzurri masih setia dengan Catenaccio, strategi kebanggaan sepak bola Negeri Piza. Bermain menunggu bola, menumpuk pemain di sekitar kotak penalti, baru menyerang setelah melihat kelengahan lawan.

Sepak bola yang dianggap sangat membosankan karena tempo menjadi sangat pelan, dan tentu saja minim gol. Strategi defensif itu sudah mendarah daging di sepak bola Italia dan mereka bangga dengan itu. Formasi nyleneh seperti 1-3-3- 3, dengan menempatkan pemain belakang tengah (center back) berada pada posisi belakang pemain bertahan lainnya. Pemain ini biasa disebut libero.

Atau 1-4-4- 1 yang terinspirasi dari sukses Inter Milan pada 1964. Namun, di tangan Prandelli, filosofi strategi Italia dirombak total. Italia direkayasa menjadi sebuah tim ”pengambil kesempatan”, bukan hanya sekadar ”penunggu kesempatan” yang selalu identik dengan catenaccio. Mantan pelatih Fiorentina ini membuka mata publik Italia bahwa taktik menyerang lebih banyak mendatangkan kesempatan.

Selama Piala Eropa 2012, Prandelli memang masih terlihat memakai gaya khas Italia, misalnya formasi 3-5-2. Namun, itu bukan strategi bertahan karena dua wing back lebih sering berada di daerah pertahanan lawan daripada membantu pertahanan. Prandelli juga fleksibel mengubah strategi menjadi 4-3-1-2 dengan sama bagusnya.

Dua strategi itu terbukti tak sampai membuat penikmat sepak bola mengantuk, seperti saat Italia saat menyingkirkan Jerman di semifinal. ”Apakah kami melakukan revolusi taktik? Ini baru permulaan. Tapi, kami mempunyai tanggung jawab untuk melakukan revolusi itu. Jika tidak ingin melihat Piala Dunia atau Piala Eropa dari televisi, kami harus proaktif.Tanpa memikirkan hasil sejak menit pertama,” ucap Prandelli.

”Saya rasa kami mempunyai potensi untuk bermain lebih menyerang. Saya mempunyai pemain yang kapabel untuk melakukan itu. Mereka mempunyai kemampuan bermain lebih dari sekadar menahan lawan,” ujarnya, dilansir Football Italia.

Mungkin pelatih seperti Dino Zoff, Otto Rehhagel, Azeglio Vicini, dan Heleno Herrera sukses dengan taktik ultradefensif, baik di level klub maupun internasional. Namun, ”mode” di dunia sepak bola tidak stagnan dan kini telah berubah menjadi semakin agresif. Prandelli merespons dengan baik perubahan itu. Seakan dia tak mau tertinggal dari Spanyol yang telah mengawali sepak bola atraktif dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Piala Eropa 2008.

Bahkan, pemain sekelas Andres Iniesta pun memberikan apresiasi untuk Italia. ”Publik sangat salah ketika mereka menilai Italia selalu berhubungan dengan sepak bola bertahan. Italia sangat paham bagaimana memainkan sepak bola cantik,” ucap Iniesta, yang bakal bertarung kontra Italia di partai puncak Piala Eropa 2012. Perubahan Italia juga diwakili dari sisi statistik.

Sepanjang gelaran Piala Eropa 2012, Gli Azzurri tercatat sebagai tim paling agresif. Melakukan lebih dari 87 kali tendangan ke gawang, 49 di antaranya menemui target. Itu angka tertinggi dibanding kontestan lain di Polandia-Ukraina.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8497 seconds (0.1#10.140)