Karateka SMA Rebut Lima Medali di Kejuaraan Karate Dunia
A
A
A
TANGERANG - Karateka SMA berhasil menempatkan Indonesia di posisi keempat kejuaraan dunia karate di Belgia. Total ada lima medali yang dipersembahkan karateka berbakat yang berlaga di 2nd Open International De La Province De Liege 2017.
Muhammad Zidan Bagaskara dari SMAN 70 Jakarta mempersembahkan emas di kelas Kata perorangan. Lalu, Nadya Baharudin (SMA 5 Makasar) juga meraih emas di Kata perorangan. Sementara perak dipersembahkan Gaby Dara Ayu (SMAN 4 Sidoarjo) di kelas Kumite, dan perunggu dipersembahkan dari kelas Kumite oleh Muhammad Naufal (SMA 67 Jakarta) dan Annisa Nabila Rezki (SMA 1 PKL Riau).
Kasubdit Peserta Didik SMA Kemendikbud, Suharlan mengatakan, kejuaraan karate ini terbilang elit sebab diikuti oleh 87 tim dari 19 negara Eropa, Asia dan Afrika. Dia menjelaskan, pemerintah sangat bangga atas keberhasilan tim sebab mereka mampu tampil perkasa dan bisa menerobos jajaran puncak dengan mengalahkan pelajar dari belahan dunia lain.
"Meski harus melawan suhu 4 derajat namun semangat juang mereka sangat tinggi. Mereka mampu meraih banyak medali dan mengibarkan bendera Merah Putih diantara negara lain," katanya saat penjemputan tim di Bandara Soekarno Hatta.
Dia menjelaskan, karateka yang dikirim ke Belgia merupakan seleksi dari Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Meski menghadapi karateka lain yang posturnya lebih tinggi, mereka tidak gentar. Hasilnya tim karate pelajar SMA Indonesia secara keseluruhan menempatkan Indonesia di klasemen empat perolehan medali. Urutan pertama ditempati Belgia, lalu diikuti Prancis, Jerman, Indonesia, Belanda, Luxemburg, Iran, Inggris, Polandia dan Portugal.
"Hasil ini membuktikan Indonesia selalu diperhitungkan di mata internasional. Ke depan kita harap bisa mengirim lebih banyak kelas karate di tingkat internasional. Sebab semangat juang anak didik sangat tinggi," harapnya.
Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud, Purwadi Sutanto mengatakan, pemerintah akan terus melakukan pembinaan untuk masa depan karateka pelajar ini. Penjaringan karateka mulai dari O2SN hingga meraih kemenangan di gala internasional ini sangat membantu PB Forki. "PB sangat terbantu sekali. Mereka tinggal ambil dan seleksi saja asset bangsa berharga ini," jelasnya.
Sementara, peraih emas Nadya Baharuddin mengaku saingan terberat ialah dari karateka tuan rumah Belgia, serta Prancis dan Belanda. Nadya mengungkapkan, keunggulan mereka adalah dari tenaga yang sangat kuat. Namun, Nadya memiliki trik sehingga bisa menang yakni harus bisa menguasai irama gerakan yang cantik sehingga di kelas Kata pun akhirnya dia meraih emas.
Nadya mengaku suka karate karena melihat piala-piala ayahnya yang kerap menang di kejuaraan karate. Hingga dia pun menekuni olahraga beladiri itu sejak kelas sekolah dasar.
Nadya mengaku ini bukan kejuaraan internasional pertamanya. Gadis berambut panjang ini pernah menang di kejuaraan karate Asia, Vietnam Open, Malaysia Open dan Thailand Open. "Kejuaraan yang paling berkesan itu yang di Asia sebab pertama kalinya saya juara. Lalu di Belgia ini karena ada banyak karate Eropa yang ikut," kata gadis yang bercita-cita menjadi Polwan ini.
Muhammad Zidan Bagaskara dari SMAN 70 Jakarta mempersembahkan emas di kelas Kata perorangan. Lalu, Nadya Baharudin (SMA 5 Makasar) juga meraih emas di Kata perorangan. Sementara perak dipersembahkan Gaby Dara Ayu (SMAN 4 Sidoarjo) di kelas Kumite, dan perunggu dipersembahkan dari kelas Kumite oleh Muhammad Naufal (SMA 67 Jakarta) dan Annisa Nabila Rezki (SMA 1 PKL Riau).
Kasubdit Peserta Didik SMA Kemendikbud, Suharlan mengatakan, kejuaraan karate ini terbilang elit sebab diikuti oleh 87 tim dari 19 negara Eropa, Asia dan Afrika. Dia menjelaskan, pemerintah sangat bangga atas keberhasilan tim sebab mereka mampu tampil perkasa dan bisa menerobos jajaran puncak dengan mengalahkan pelajar dari belahan dunia lain.
"Meski harus melawan suhu 4 derajat namun semangat juang mereka sangat tinggi. Mereka mampu meraih banyak medali dan mengibarkan bendera Merah Putih diantara negara lain," katanya saat penjemputan tim di Bandara Soekarno Hatta.
Dia menjelaskan, karateka yang dikirim ke Belgia merupakan seleksi dari Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Meski menghadapi karateka lain yang posturnya lebih tinggi, mereka tidak gentar. Hasilnya tim karate pelajar SMA Indonesia secara keseluruhan menempatkan Indonesia di klasemen empat perolehan medali. Urutan pertama ditempati Belgia, lalu diikuti Prancis, Jerman, Indonesia, Belanda, Luxemburg, Iran, Inggris, Polandia dan Portugal.
"Hasil ini membuktikan Indonesia selalu diperhitungkan di mata internasional. Ke depan kita harap bisa mengirim lebih banyak kelas karate di tingkat internasional. Sebab semangat juang anak didik sangat tinggi," harapnya.
Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud, Purwadi Sutanto mengatakan, pemerintah akan terus melakukan pembinaan untuk masa depan karateka pelajar ini. Penjaringan karateka mulai dari O2SN hingga meraih kemenangan di gala internasional ini sangat membantu PB Forki. "PB sangat terbantu sekali. Mereka tinggal ambil dan seleksi saja asset bangsa berharga ini," jelasnya.
Sementara, peraih emas Nadya Baharuddin mengaku saingan terberat ialah dari karateka tuan rumah Belgia, serta Prancis dan Belanda. Nadya mengungkapkan, keunggulan mereka adalah dari tenaga yang sangat kuat. Namun, Nadya memiliki trik sehingga bisa menang yakni harus bisa menguasai irama gerakan yang cantik sehingga di kelas Kata pun akhirnya dia meraih emas.
Nadya mengaku suka karate karena melihat piala-piala ayahnya yang kerap menang di kejuaraan karate. Hingga dia pun menekuni olahraga beladiri itu sejak kelas sekolah dasar.
Nadya mengaku ini bukan kejuaraan internasional pertamanya. Gadis berambut panjang ini pernah menang di kejuaraan karate Asia, Vietnam Open, Malaysia Open dan Thailand Open. "Kejuaraan yang paling berkesan itu yang di Asia sebab pertama kalinya saya juara. Lalu di Belgia ini karena ada banyak karate Eropa yang ikut," kata gadis yang bercita-cita menjadi Polwan ini.
(nug)