Demi poin, Patah Kaki Tak Surutkan Ambisi Cheetah
A
A
A
BURIRAM - Wajahnya semrigah. Sambil terus melempar senyum ke arah orang- orang yang menyalaminya, Gerry Salim terus diburu awak media dan offisial tim untuk berfoto.Ya, Sirkuit Buriram Thailand menjadi saksi kedigdayaan pembalap asal Surabaya itu setelah dirinya mampu mengunci gelar kelas bergengsi Asia Production (AP) 250 cc, Sabtu (2/12/2017).
Sosok Gerry memang istimewa. Di usianya yang baru menginjak 20 tahun, sederet prestasi sudah tertulis di curriculum vitae-nya. Prestasi mengkilap pembalap yang dijuluki "Cheetah" itu antara lain runner up Asia Dream Cup 2013, posisi 5 All Japan Championship GP3 2015, urutan 6 Asia Talent Cup 2015, dan urutan 5 Asia Talent Cup 2016.
Darah pembalap memang mengalir deras di tubuh Gerry dari sang ayah Gunawan Salim yang dikenal sebagai pembalap era 80- an. Sang kakak Tommy Salim juga mengikuti jejak sang ayah dengan mengeluti olahraga" laki laki" tersebut. Meski awalnya sempat khawatir namun sang ibu Hamna Sofyan akhirnya merestui keinginan Gerry meniti karier sebagai pembalap.
"Saya sempat mengkhawatirkanya terutama pas dia mengalami patah tulang di usia 14 tahun. Tapi karena bapaknya juga pembalap ya sudah akhirnya saya mendung saja," cerita Hamna yang ikut menyaksikan Gerry menjuarai Asia Road Racing Championship 2017 di Sirkuit Buriram, Thailand (2/12).
Hamna mengungkapkan, selain keinginan kuat Gerry menekuni balap, duku gan penuh kepada anak bungsunya itu juga didorong oleh komitmen tim dalam hal ini Astra Honda yang menurutnya bisa menunjang masa depan pembalap yang selalu menggunakan helm I'm Bonex itu.
"Ini khan balapan profesional, jadi sudah terjamin termasuk pendidikan juga," tambahnya.
Gerry mengatakan dirinya belum mengetahui sampai kapan dirinya menekuni dunia balapan. "Penginya sih bisa ke jenjang lebih tinggi lagi dibanding sekarang, tetapi semuanya tergantung tim sih," tukas pemuda murah senyum ini.
Gerry menceritakan, dirinya sangat berkeinginan meniti karier lebih tinggi bahkan kalau memungkinkan di Motor GP. Ada pengalaman menarik tentang sifatnya yang pantang menyerah di dunia balap.
"Saat itu tangan saya patah abis balapan di India tapi saya tidak ngomong ke tim kalau patah karena kalau saya absen balapan saya bisa kehilangan poin. Pas pulang ke Surabaya terus rongsen baru tim tahu kalau tangan saya patah dan disuruh operasi," ujar Gerry mengenang hal itu.
Menurut Gerry dirinya menyerahkan perjalanan kariernya di dunia balap usai dirinya menjuarai Asia Road Racing Champhionship 2017. Karena bagaimana pun kalau tidak ada suport dari tim maka dirunya juga tidak akan menjadi pembalap seperti sekarang.
Sosok Gerry memang istimewa. Di usianya yang baru menginjak 20 tahun, sederet prestasi sudah tertulis di curriculum vitae-nya. Prestasi mengkilap pembalap yang dijuluki "Cheetah" itu antara lain runner up Asia Dream Cup 2013, posisi 5 All Japan Championship GP3 2015, urutan 6 Asia Talent Cup 2015, dan urutan 5 Asia Talent Cup 2016.
Darah pembalap memang mengalir deras di tubuh Gerry dari sang ayah Gunawan Salim yang dikenal sebagai pembalap era 80- an. Sang kakak Tommy Salim juga mengikuti jejak sang ayah dengan mengeluti olahraga" laki laki" tersebut. Meski awalnya sempat khawatir namun sang ibu Hamna Sofyan akhirnya merestui keinginan Gerry meniti karier sebagai pembalap.
"Saya sempat mengkhawatirkanya terutama pas dia mengalami patah tulang di usia 14 tahun. Tapi karena bapaknya juga pembalap ya sudah akhirnya saya mendung saja," cerita Hamna yang ikut menyaksikan Gerry menjuarai Asia Road Racing Championship 2017 di Sirkuit Buriram, Thailand (2/12).
Hamna mengungkapkan, selain keinginan kuat Gerry menekuni balap, duku gan penuh kepada anak bungsunya itu juga didorong oleh komitmen tim dalam hal ini Astra Honda yang menurutnya bisa menunjang masa depan pembalap yang selalu menggunakan helm I'm Bonex itu.
"Ini khan balapan profesional, jadi sudah terjamin termasuk pendidikan juga," tambahnya.
Gerry mengatakan dirinya belum mengetahui sampai kapan dirinya menekuni dunia balapan. "Penginya sih bisa ke jenjang lebih tinggi lagi dibanding sekarang, tetapi semuanya tergantung tim sih," tukas pemuda murah senyum ini.
Gerry menceritakan, dirinya sangat berkeinginan meniti karier lebih tinggi bahkan kalau memungkinkan di Motor GP. Ada pengalaman menarik tentang sifatnya yang pantang menyerah di dunia balap.
"Saat itu tangan saya patah abis balapan di India tapi saya tidak ngomong ke tim kalau patah karena kalau saya absen balapan saya bisa kehilangan poin. Pas pulang ke Surabaya terus rongsen baru tim tahu kalau tangan saya patah dan disuruh operasi," ujar Gerry mengenang hal itu.
Menurut Gerry dirinya menyerahkan perjalanan kariernya di dunia balap usai dirinya menjuarai Asia Road Racing Champhionship 2017. Karena bagaimana pun kalau tidak ada suport dari tim maka dirunya juga tidak akan menjadi pembalap seperti sekarang.
(bep)