Prendelli pelajari kelemahan Spanyol
A
A
A
Sindonews.com - Cesare Prandelli mengaku puas Italia bisa mengalahkan Jerman 2-1 pada hari Kamis, satu langkah lagi untuk merebut gelar jago Eropa 2012 dengan berhadapan dengan juara bertahan Spanyol di Kiev Ukraina, Senin 2 Juli mendatang. Pelatih asal Italia menegaskan dia akan mencoba mengeksploitasi kelemahan Spanyol dalam waktu singkat.
"Kami akan mengidentifikasi titik lemah Spanyol, dan itu tak akan mudah mereka adalah juara dunia dan Eropa, Permainan mereka adalah titik referensi dalam berbagai cara, tetapi kita juga telah ditingkatkan dengan waktu," tuturnya seperti yang dikutip the sun Sabtu (30/6/2012)
Mengambil kursi kepelatihan Marcello Lippi selepas Piala Dunia 2010 tak ada yang mengetahui pasti bagaimana platform tim yang bakal diusung Cesare Prandelli. Publik sepak bola Italia memprediksi Prandelli tak berbeda dengan pendahulu-pendahulunya.
Bahkan, hingga jelang Piala Eropa 2012, Italia belum dipandang sebagai kekuatan dengan nuansa baru. Semua pengamat sepak bola Eropa memperkirakan Gli Azzurri masih setia dengan Catenaccio, strategi kebanggaan sepak bola Negeri Piza. Bermain menunggu bola, menumpuk pemain di sekitar kotak penalti, baru menyerang setelah melihat kelengahan lawan.
Sepak bola yang dianggap sangat membosankan karena tempo menjadi sangat pelan, dan tentu saja minim gol. Strategi defensif itu sudah mendarah daging di sepak bola Italia dan mereka bangga dengan itu. Formasi nyleneh seperti 1-3-3- 3, dengan menempatkan pemain belakang tengah (center back) berada pada posisi belakang pemain bertahan lainnya. Pemain ini biasa disebut libero.
Atau 1-4-4- 1 yang terinspirasi dari sukses Inter Milan pada 1964. Namun, di tangan Prandelli, filosofi strategi Italia dirombak total. Italia direkayasa menjadi sebuah tim ”pengambil kesempatan”, bukan hanya sekadar ”penunggu kesempatan” yang selalu identik dengan catenaccio. Mantan pelatih Fiorentina ini membuka mata publik Italia bahwa taktik menyerang lebih banyak mendatangkan kesempatan.
Selama Piala Eropa 2012, Prandelli memang masih terlihat memakai gaya khas Italia, misalnya formasi 3-5-2. Namun, itu bukan strategi bertahan karena dua wing back lebih sering berada di daerah pertahanan lawan daripada membantu pertahanan. Prandelli juga fleksibel mengubah strategi menjadi 4-3-1-2 dengan sama bagusnya.
Dua strategi itu terbukti tak sampai membuat penikmat sepak bola mengantuk, seperti saat Italia saat menyingkirkan Jerman di semifinal. ”Apakah kami melakukan revolusi taktik? Ini baru permulaan. Tapi, kami mempunyai tanggung jawab untuk melakukan revolusi itu. Jika tidak ingin melihat Piala Dunia atau Piala Eropa dari televisi, kami harus proaktif.Tanpa memikirkan hasil sejak menit pertama,” ucap Prandelli.
”Saya rasa kami mempunyai potensi untuk bermain lebih menyerang. Saya mempunyai pemain yang kapabel untuk melakukan itu. Mereka mempunyai kemampuan bermain lebih dari sekadar menahan lawan,” ujarnya, dilansir Football Italia.
"Kami akan mengidentifikasi titik lemah Spanyol, dan itu tak akan mudah mereka adalah juara dunia dan Eropa, Permainan mereka adalah titik referensi dalam berbagai cara, tetapi kita juga telah ditingkatkan dengan waktu," tuturnya seperti yang dikutip the sun Sabtu (30/6/2012)
Mengambil kursi kepelatihan Marcello Lippi selepas Piala Dunia 2010 tak ada yang mengetahui pasti bagaimana platform tim yang bakal diusung Cesare Prandelli. Publik sepak bola Italia memprediksi Prandelli tak berbeda dengan pendahulu-pendahulunya.
Bahkan, hingga jelang Piala Eropa 2012, Italia belum dipandang sebagai kekuatan dengan nuansa baru. Semua pengamat sepak bola Eropa memperkirakan Gli Azzurri masih setia dengan Catenaccio, strategi kebanggaan sepak bola Negeri Piza. Bermain menunggu bola, menumpuk pemain di sekitar kotak penalti, baru menyerang setelah melihat kelengahan lawan.
Sepak bola yang dianggap sangat membosankan karena tempo menjadi sangat pelan, dan tentu saja minim gol. Strategi defensif itu sudah mendarah daging di sepak bola Italia dan mereka bangga dengan itu. Formasi nyleneh seperti 1-3-3- 3, dengan menempatkan pemain belakang tengah (center back) berada pada posisi belakang pemain bertahan lainnya. Pemain ini biasa disebut libero.
Atau 1-4-4- 1 yang terinspirasi dari sukses Inter Milan pada 1964. Namun, di tangan Prandelli, filosofi strategi Italia dirombak total. Italia direkayasa menjadi sebuah tim ”pengambil kesempatan”, bukan hanya sekadar ”penunggu kesempatan” yang selalu identik dengan catenaccio. Mantan pelatih Fiorentina ini membuka mata publik Italia bahwa taktik menyerang lebih banyak mendatangkan kesempatan.
Selama Piala Eropa 2012, Prandelli memang masih terlihat memakai gaya khas Italia, misalnya formasi 3-5-2. Namun, itu bukan strategi bertahan karena dua wing back lebih sering berada di daerah pertahanan lawan daripada membantu pertahanan. Prandelli juga fleksibel mengubah strategi menjadi 4-3-1-2 dengan sama bagusnya.
Dua strategi itu terbukti tak sampai membuat penikmat sepak bola mengantuk, seperti saat Italia saat menyingkirkan Jerman di semifinal. ”Apakah kami melakukan revolusi taktik? Ini baru permulaan. Tapi, kami mempunyai tanggung jawab untuk melakukan revolusi itu. Jika tidak ingin melihat Piala Dunia atau Piala Eropa dari televisi, kami harus proaktif.Tanpa memikirkan hasil sejak menit pertama,” ucap Prandelli.
”Saya rasa kami mempunyai potensi untuk bermain lebih menyerang. Saya mempunyai pemain yang kapabel untuk melakukan itu. Mereka mempunyai kemampuan bermain lebih dari sekadar menahan lawan,” ujarnya, dilansir Football Italia.
(wbs)