Johann Zarco, Penerus Legenda MotoGP
A
A
A
MOTOGP terus melahirkan penerus legenda MotoGP. Setelah Marc Marquez dan Maverick Vinales, kini dari Prancis hadir sosok muda bernama Johann Zarco. Seperti apa kiprahnya di MotoGP?
Johann Zarco tidak akan pernah lupa dengan musim dingin yang terjadi di 2007. Di usianya yang saat itu masih muda, 17 tahun, Johann Zarco berada di persimpangan jalan. Pada satu titik dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya yang ingin dia melanjutkan sekolah. Di titik lainnya, dia justru semakin terpesona dengan dunia balap motor.
Johann Zarco muda saat itu berada dalam sebuah dilema berkepanjangan. Dia sadar umurnya tidak muda lagi untuk memulai balap motor. Dia melihat orang-orang sebaya dengannya Jorge Lorenzo di usia yang tidak jauh berbeda malah sudah mendominasi balap motor 250 cc. Begitu juga dengan Marc Marquez yang tiga tahun lebih muda dari dirinya justru sudah menguasai balap motor 125 cc.
Berbeda dengan pebalap-pebalap Spanyol dan Italia yang sudah berkenalan dengan motor di usia dini, Johann Zarco justru baru bersentuhan dengan motor di usia remaja. Perkenalan itulah membuat dia jatuh cinta dengan balap motor. Pada saat yang sama dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa karena meninggalkan pendidikan. Dia memang sempat mencoba-coba balapan motor yang hasilnya malah mengecewakan.
Di tengah dilema tersebut, pada musim dingin 2007, Johann Zarco memutuskan mengendarai motor skuter dari rumah orang tuanya di Cannes menuju Avignon. Selama 6 jam dan 250 kilometer, dia pergi ke kota tersebut hanya dengan satu tujuan bertemu Laurent Felon.
Johann Zarco mengenal Laurent Felon dari teman-temannya yang mengatakan sosok Laurent Felon adalah sosok ajaib. Mantan tentara dan penerjun payung tersebut memiliki metode yang kuat dalam menggembleng atlet. Laurent Felon terbilang otoriter dan tidak kenal kata mundur. Sekali sudah mengutarakan keinginan, maka harus diwujudkan.
Inilah yang terjadi pada Johann Zarco saat mengetuk pintu rumah Laurent Felon. Seketika Johann Zarco langsung tinggal di rumahnya. "Selama 5 sampai 6 tahun, saya tinggal bersamanya. Tiada hari tanpa latihan motor," kenang Johann Zarco.
Laurent Felon bukanlah sosok yang percaya bahwa prestasi dan kualitas bisa diraih dengan instan. Dia mendidik Johann Zarco perlahan-lahan. Meski teman-teman sebayanya sudah bersinar di ajang balapan dunia, Laurent Felon tidak menginginkan Johann Zarco mengejar mereka.
Bersama Laurent Felon, Johan Zarco akhirnya mencoba balapan di ajang Red Bull Rookies Cup pada 2007. Hasilnya menggembirakan karena dia jadi juara umum dengan memenangi tiga balapan. "Saat itu saya berpikir untuk segera masuk ke level profesional. Tapi Laurent meminta saya menunggu dan latihan lagi," kata Johann Zarco.
Setelah mengubur keinginan tersebut, Zarco diajak Laurent Felon pindah ke Hungaria. Di sinilah dia diajak bertemu dengan mantan juara dunia balap motor asal Hungaria, Gabor Talmacsi. Selama dua tahun Johann Zarco berlatih serius dengan Gabor Talmacsi. Dua tahun setelahnya, tiba-tiba Laurent Fellon menggadaikan rumahnya. Dia diam-diam mendaftarkan Johann Zarco di ajang lomba balap motor 125 cc. Selama tiga tahun, Johann Zarco berkiprah di ajang balap motor 125cc.
Puncak prestasinya terjadi tahun 2011 karena dia berhasil meraih juara 2 balap motor 125 cc. Setahun setelahnya, Laurent Felon membawa Johann Zarco ke tingkat lebih tinggi lagi, Moto2. Di usia mencapai kepala dua, Johann Zarco terlihat telat berlomba di ajang Moto2, tapi usia tersebut membuatnya menjadi lebih matang dan tenang.
Kematangan tersebut semakin terasa ketika Johann Zarco berhasil menjadi juara dunia Moto2 dua kali, yakni 2015 dan 2016. "Butuh waktu untuk saya mengerti menjadi seorang pebalap. Bagi saya memang ini yang terbaik, mempelajarinya perlahan-lahan dan mengenalnya lebih dalam. Nikmati saja waktu pembelajaran tersebut," kata Johann Zarco.
Hal sama dia lakukan ketika dipinang Yamaha Tech 3 untuk bersaing dengan legenda-legenda MotoGP, seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, hingga Jorge Lorenzo. Dia melihat musim pertamanya sebagai musim pembelajaran. Meski demikian, dia selalu mendengarkan kata Laurent Felon sebagai orang paling dia dengar di ajang balap motor. Setelah melihat balapan perdana Johann Zarco di MotoGP 2017, Laurent Felon mengatakan, dirinya harus lebih percaya diri.
"Saya bisa bersaing di barisan terdepan. Saya bisa mencapai top 6 di setiap balapan," ucap Johann Zarco. Inilah mengapa pebalap motor Prancis tersebut begitu trengginas saat balapan. Dia percaya dengan kemampuannya, dia bisa melewati siapa saja tidak hanya Valentino Rossi, tapi juga sang juara dunia MotoGP 2017, Marc Marquez.
Kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dia dikritik Valentino Rossi. Dia mengatakan, gaya balap Johann Zarco masih seperti gaya balap Moto2. Padahal sebagai tim satelit dari Yamaha, bisa saja Johann Zarco menahan diri. Hanya saja hal itu tidak akan ada dalam kamus Johann Zarco. Kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dia berhasil menjadi rookie terbaik MotoGP 2017. Dia bahkan mengakhiri musim balap MotoGP 2017 di posisi 6 sesuai dengan Laurent Felon katakan padanya bahwa dia bisa berada di 6 terbaik.
Tahun ini Johann Zarco hanya sedikit mengirimkan sinyal kepada lawan-lawannya di MotoGP. MotoGP musim depan bisa jadi kita akan melihat talenta baru yang bisa menjadi penerus legenda MotoGP.
Johann Zarco tidak akan pernah lupa dengan musim dingin yang terjadi di 2007. Di usianya yang saat itu masih muda, 17 tahun, Johann Zarco berada di persimpangan jalan. Pada satu titik dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya yang ingin dia melanjutkan sekolah. Di titik lainnya, dia justru semakin terpesona dengan dunia balap motor.
Johann Zarco muda saat itu berada dalam sebuah dilema berkepanjangan. Dia sadar umurnya tidak muda lagi untuk memulai balap motor. Dia melihat orang-orang sebaya dengannya Jorge Lorenzo di usia yang tidak jauh berbeda malah sudah mendominasi balap motor 250 cc. Begitu juga dengan Marc Marquez yang tiga tahun lebih muda dari dirinya justru sudah menguasai balap motor 125 cc.
Berbeda dengan pebalap-pebalap Spanyol dan Italia yang sudah berkenalan dengan motor di usia dini, Johann Zarco justru baru bersentuhan dengan motor di usia remaja. Perkenalan itulah membuat dia jatuh cinta dengan balap motor. Pada saat yang sama dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa karena meninggalkan pendidikan. Dia memang sempat mencoba-coba balapan motor yang hasilnya malah mengecewakan.
Di tengah dilema tersebut, pada musim dingin 2007, Johann Zarco memutuskan mengendarai motor skuter dari rumah orang tuanya di Cannes menuju Avignon. Selama 6 jam dan 250 kilometer, dia pergi ke kota tersebut hanya dengan satu tujuan bertemu Laurent Felon.
Johann Zarco mengenal Laurent Felon dari teman-temannya yang mengatakan sosok Laurent Felon adalah sosok ajaib. Mantan tentara dan penerjun payung tersebut memiliki metode yang kuat dalam menggembleng atlet. Laurent Felon terbilang otoriter dan tidak kenal kata mundur. Sekali sudah mengutarakan keinginan, maka harus diwujudkan.
Inilah yang terjadi pada Johann Zarco saat mengetuk pintu rumah Laurent Felon. Seketika Johann Zarco langsung tinggal di rumahnya. "Selama 5 sampai 6 tahun, saya tinggal bersamanya. Tiada hari tanpa latihan motor," kenang Johann Zarco.
Laurent Felon bukanlah sosok yang percaya bahwa prestasi dan kualitas bisa diraih dengan instan. Dia mendidik Johann Zarco perlahan-lahan. Meski teman-teman sebayanya sudah bersinar di ajang balapan dunia, Laurent Felon tidak menginginkan Johann Zarco mengejar mereka.
Bersama Laurent Felon, Johan Zarco akhirnya mencoba balapan di ajang Red Bull Rookies Cup pada 2007. Hasilnya menggembirakan karena dia jadi juara umum dengan memenangi tiga balapan. "Saat itu saya berpikir untuk segera masuk ke level profesional. Tapi Laurent meminta saya menunggu dan latihan lagi," kata Johann Zarco.
Setelah mengubur keinginan tersebut, Zarco diajak Laurent Felon pindah ke Hungaria. Di sinilah dia diajak bertemu dengan mantan juara dunia balap motor asal Hungaria, Gabor Talmacsi. Selama dua tahun Johann Zarco berlatih serius dengan Gabor Talmacsi. Dua tahun setelahnya, tiba-tiba Laurent Fellon menggadaikan rumahnya. Dia diam-diam mendaftarkan Johann Zarco di ajang lomba balap motor 125 cc. Selama tiga tahun, Johann Zarco berkiprah di ajang balap motor 125cc.
Puncak prestasinya terjadi tahun 2011 karena dia berhasil meraih juara 2 balap motor 125 cc. Setahun setelahnya, Laurent Felon membawa Johann Zarco ke tingkat lebih tinggi lagi, Moto2. Di usia mencapai kepala dua, Johann Zarco terlihat telat berlomba di ajang Moto2, tapi usia tersebut membuatnya menjadi lebih matang dan tenang.
Kematangan tersebut semakin terasa ketika Johann Zarco berhasil menjadi juara dunia Moto2 dua kali, yakni 2015 dan 2016. "Butuh waktu untuk saya mengerti menjadi seorang pebalap. Bagi saya memang ini yang terbaik, mempelajarinya perlahan-lahan dan mengenalnya lebih dalam. Nikmati saja waktu pembelajaran tersebut," kata Johann Zarco.
Hal sama dia lakukan ketika dipinang Yamaha Tech 3 untuk bersaing dengan legenda-legenda MotoGP, seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, hingga Jorge Lorenzo. Dia melihat musim pertamanya sebagai musim pembelajaran. Meski demikian, dia selalu mendengarkan kata Laurent Felon sebagai orang paling dia dengar di ajang balap motor. Setelah melihat balapan perdana Johann Zarco di MotoGP 2017, Laurent Felon mengatakan, dirinya harus lebih percaya diri.
"Saya bisa bersaing di barisan terdepan. Saya bisa mencapai top 6 di setiap balapan," ucap Johann Zarco. Inilah mengapa pebalap motor Prancis tersebut begitu trengginas saat balapan. Dia percaya dengan kemampuannya, dia bisa melewati siapa saja tidak hanya Valentino Rossi, tapi juga sang juara dunia MotoGP 2017, Marc Marquez.
Kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dia dikritik Valentino Rossi. Dia mengatakan, gaya balap Johann Zarco masih seperti gaya balap Moto2. Padahal sebagai tim satelit dari Yamaha, bisa saja Johann Zarco menahan diri. Hanya saja hal itu tidak akan ada dalam kamus Johann Zarco. Kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dia berhasil menjadi rookie terbaik MotoGP 2017. Dia bahkan mengakhiri musim balap MotoGP 2017 di posisi 6 sesuai dengan Laurent Felon katakan padanya bahwa dia bisa berada di 6 terbaik.
Tahun ini Johann Zarco hanya sedikit mengirimkan sinyal kepada lawan-lawannya di MotoGP. MotoGP musim depan bisa jadi kita akan melihat talenta baru yang bisa menjadi penerus legenda MotoGP.
(amm)