Kuda Tuli Chess Club Gelar Turnamen Catur Nonmaster
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 118 peserta berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam turnamen catur nonmaster yang memperebutkan Piala Kuda Tuli. Para peserta yang kebanyakan aktivis itu turut dalam ajang asah otak yang digelar di Resto Pempek Kita, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (14/1).
Salah satu pendiri Kuda Tuli Chess Club, M Hatta Taliwang mengatakan, pertandingan catur ini selain untuk memperingati hari jadi kelima Kuda Tuli Chess Club, juga untuk ajang silaturrahim, terutama memasuki tahun politik 2018.
Setidaknya, kata dia, melalui pertandingan catur, tahun politik 2018 tidak penuh ketegangan dan aroma sportivitas dan kekeluargaan tetap terjaga.
"Jadi tahun politik disambut dengan pertarungan catur, biar tidak terlalu tegang karena dalam urusan catur tetap bersaudara, tetap merawat sportivitas di tahun politik ini," terang aktivis senior yang juga mantan anggota DPR RI ini di sela-sela turnamen.
Menurutnya, dunia catur bisa menjadi percontohan sekaligus inspirasi yang perlu dibawa ke dalam dunia politik. "Dunia catur ikut mewarnai tatakrama, etika, dalam dunia politik, karena di catur itu prinsipnya bersaudara, satu keluarga. Jadi tahun politik ini kita isi dengan semangat kekeluargaan lah, jangan saling meniadakan," jelasnya.
Tujuan lain digelarnya pertandingan ini adalah untuk meningkatkan gairah para aktivis dalam dunia catur. "Tujuan pertandingan ini untuk membangun persaudaraan antar pecatur-pecatur yang nonmaster. Selain itu juga untuk memberi gairah pada pecatur-pecatur aktivis khususnya, agar aktivis juga menaruh minat serius di dunia catur, walaupun pada akhirnya kita berkiprah di catur umumnya, bersaing ada yang dengan master, ada juga yang nonmaster," ungkap Hatta Taliwang.
"Yang kedua, supaya catur non-master ini bergairah karena hadiah-hadiahnya menarik. Selama ini hadiah itu direbut oleh para master. Jadi kalau kita adakan khusus nonmaster, kan istilahnya rejeki kecipratan-lah sampai ke yang nonmaster. Jangan hanya master-master saja yang dapat duit," tambahnya.
Dalam turnamen ini akan diambil 30 peserta terbaik. Mereka akan memperebutkan hadiah total Rp14.000.000, yang juara I akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp3.000.000, juara II sebesar Rp2.000.000, dan juara III sebesar Rp1.500.000.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Hatta Taliwang juga menceritakan kisah awal dibentuknya Kuda Tuli Chess Club. Menurutnya, klub catur ini dibentuk secara spontan oleh beberapa aktivis, di antaranya Syahganda Nainggolan dan Bursah Zarnubi.
Klub ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan gairah aktivis di dunia catur. Sebab, aktivis memiliki banyak potensi, termasuk di dunia olah akal dan strategi seperti catur.
"Kuda Tuli Chess Club dibentuk spontan antara aktivis, antara lain Syahganda, Pak Bursah, saya, Madya Haki, dan seterusnya. Itu sejarah awalnya catur aktivis. Lalu kita menjadi agak serius, sehingga ikut kompetisi pertama dalam Persatuan Catur Jakarta (Percaja). Saat itu kita dapat ranking 7 Divisi Utama. Setelah itu naik ke peringkat 5 Divisi Utama," paparnya.
"Nah, pemain kita rata-rata nonmaster, tapi lumayan, karena di Percaja itu banyak grand master juga. jadi lumayanlah."
Salah satu pendiri Kuda Tuli Chess Club, M Hatta Taliwang mengatakan, pertandingan catur ini selain untuk memperingati hari jadi kelima Kuda Tuli Chess Club, juga untuk ajang silaturrahim, terutama memasuki tahun politik 2018.
Setidaknya, kata dia, melalui pertandingan catur, tahun politik 2018 tidak penuh ketegangan dan aroma sportivitas dan kekeluargaan tetap terjaga.
"Jadi tahun politik disambut dengan pertarungan catur, biar tidak terlalu tegang karena dalam urusan catur tetap bersaudara, tetap merawat sportivitas di tahun politik ini," terang aktivis senior yang juga mantan anggota DPR RI ini di sela-sela turnamen.
Menurutnya, dunia catur bisa menjadi percontohan sekaligus inspirasi yang perlu dibawa ke dalam dunia politik. "Dunia catur ikut mewarnai tatakrama, etika, dalam dunia politik, karena di catur itu prinsipnya bersaudara, satu keluarga. Jadi tahun politik ini kita isi dengan semangat kekeluargaan lah, jangan saling meniadakan," jelasnya.
Tujuan lain digelarnya pertandingan ini adalah untuk meningkatkan gairah para aktivis dalam dunia catur. "Tujuan pertandingan ini untuk membangun persaudaraan antar pecatur-pecatur yang nonmaster. Selain itu juga untuk memberi gairah pada pecatur-pecatur aktivis khususnya, agar aktivis juga menaruh minat serius di dunia catur, walaupun pada akhirnya kita berkiprah di catur umumnya, bersaing ada yang dengan master, ada juga yang nonmaster," ungkap Hatta Taliwang.
"Yang kedua, supaya catur non-master ini bergairah karena hadiah-hadiahnya menarik. Selama ini hadiah itu direbut oleh para master. Jadi kalau kita adakan khusus nonmaster, kan istilahnya rejeki kecipratan-lah sampai ke yang nonmaster. Jangan hanya master-master saja yang dapat duit," tambahnya.
Dalam turnamen ini akan diambil 30 peserta terbaik. Mereka akan memperebutkan hadiah total Rp14.000.000, yang juara I akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp3.000.000, juara II sebesar Rp2.000.000, dan juara III sebesar Rp1.500.000.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Hatta Taliwang juga menceritakan kisah awal dibentuknya Kuda Tuli Chess Club. Menurutnya, klub catur ini dibentuk secara spontan oleh beberapa aktivis, di antaranya Syahganda Nainggolan dan Bursah Zarnubi.
Klub ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan gairah aktivis di dunia catur. Sebab, aktivis memiliki banyak potensi, termasuk di dunia olah akal dan strategi seperti catur.
"Kuda Tuli Chess Club dibentuk spontan antara aktivis, antara lain Syahganda, Pak Bursah, saya, Madya Haki, dan seterusnya. Itu sejarah awalnya catur aktivis. Lalu kita menjadi agak serius, sehingga ikut kompetisi pertama dalam Persatuan Catur Jakarta (Percaja). Saat itu kita dapat ranking 7 Divisi Utama. Setelah itu naik ke peringkat 5 Divisi Utama," paparnya.
"Nah, pemain kita rata-rata nonmaster, tapi lumayan, karena di Percaja itu banyak grand master juga. jadi lumayanlah."
(nug)