Pengakuan Wasit Terkait Ancaman Pembunuhan di Laga Chelsea vs Barcelona
A
A
A
OSLO - Laga seru bakal tersaji pada leg pertama 16 besar Liga Champions saat mempertemukan Chelsea versus Barcelona di Stamford Bridge, Rabu (21/2/2018) dini hari WIB. Pertemuan ini seperti mengingatkan luka penggemar The Blues saat mereka menyaksikan tim kesayangannya terhenti di semifinal Liga Champions pada 2009 lalu.
Kekalahan yang menimpa Chelsea terjadi setelah tim besutan Guus Hiddink (saat itu) hanya mampu bermain imbang 1-1 di leg kedua. Barcelona pun sukses mengeliminasi Chelsea setelah unggul agretivitas gol tandang usai bermain imbang 0-0 di Camp Nou.
Keberhasilan Barcelona lolos ke final sedikit tercoreng oleh sikap atau keputusan wasit Tom Henning Ovrebo. Betapa tidak, saat memimpin laga leg kedua, juru pengadil di lapangan hijau itu tidak memberikan empat hadiah penalti kepada Chelsea, yang saat itu berstatus sebagai tim tuan rumah, sehingga membuat pelatih sementara Chelsea, Guus Hiddink, marah.
Ibarat pepatah mengatakan, satu kesalahan menghapus seribu kebaikan. Itulah yang terus menghantui Ovrebo. Wasit asal Norwegia itu bercerita bagaimana emosi penggemar Chelsea saat mengetahui timnya gagal lolos ke final.
Ovrebo pun setelah pertandingan memutuskan untuk pindah hotel demi keselamatan. Karena dia sempat menerima beberapa ancaman, termasuk upaya pembunuhan yang dilakukan penggemar Chelsea. Ketakutan yang terjadi sembilan tahun lalu itu masih menggelayuti pikirannya hingga saat ini.
"Itu bukan hari terbaik saya, itu pasti. Tapi wasit bisa saja membuat kesalahan itu. Terkadang pemain atau pelatih juga bisa. Saya bangga memiliki karier yang panjang dan pernah berada di antara elite Eropa untuk sementara waktu, dan di antara yang terbaik di negara saya, setidaknya. Itulah mengapa Anda tidak dapat mengingat karier saya hanya untuk pertandingan itu," tutur Ovrebo seperti dikutip dari Soccerway, Senin (19/2/2018).
"Setelah pertandingan, saya tidak berbicara dengan pemain manapun, saya meninggalkan lapangan dengan bermartabat. Saya pergi ke ruang ganti, dan memang begitu. Tentu saja, saya ingat ketika kami harus mengubah hotel dan ada banyak orang yang bersikap bermusuhan dengan kami. Kami harus berhati-hati hari itu dan hari berikutnya," tambahnya.
"Kami punya beberapa detik untuk memutuskan, lalu Anda melihatnya di TV dan Anda berkata: 'Ya Tuhan, saya salah dengan hukuman atau kartu merah itu!' Ini adalah hal yang normal. Saya bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat dan kami dapat membantah bahwa jika saya telah membuat orang lain, mungkin Chelsea akan mencapai final. Kami tidak akan pernah tahu," tukas Ovrebo.
Kekalahan yang menimpa Chelsea terjadi setelah tim besutan Guus Hiddink (saat itu) hanya mampu bermain imbang 1-1 di leg kedua. Barcelona pun sukses mengeliminasi Chelsea setelah unggul agretivitas gol tandang usai bermain imbang 0-0 di Camp Nou.
Keberhasilan Barcelona lolos ke final sedikit tercoreng oleh sikap atau keputusan wasit Tom Henning Ovrebo. Betapa tidak, saat memimpin laga leg kedua, juru pengadil di lapangan hijau itu tidak memberikan empat hadiah penalti kepada Chelsea, yang saat itu berstatus sebagai tim tuan rumah, sehingga membuat pelatih sementara Chelsea, Guus Hiddink, marah.
Ibarat pepatah mengatakan, satu kesalahan menghapus seribu kebaikan. Itulah yang terus menghantui Ovrebo. Wasit asal Norwegia itu bercerita bagaimana emosi penggemar Chelsea saat mengetahui timnya gagal lolos ke final.
Ovrebo pun setelah pertandingan memutuskan untuk pindah hotel demi keselamatan. Karena dia sempat menerima beberapa ancaman, termasuk upaya pembunuhan yang dilakukan penggemar Chelsea. Ketakutan yang terjadi sembilan tahun lalu itu masih menggelayuti pikirannya hingga saat ini.
"Itu bukan hari terbaik saya, itu pasti. Tapi wasit bisa saja membuat kesalahan itu. Terkadang pemain atau pelatih juga bisa. Saya bangga memiliki karier yang panjang dan pernah berada di antara elite Eropa untuk sementara waktu, dan di antara yang terbaik di negara saya, setidaknya. Itulah mengapa Anda tidak dapat mengingat karier saya hanya untuk pertandingan itu," tutur Ovrebo seperti dikutip dari Soccerway, Senin (19/2/2018).
"Setelah pertandingan, saya tidak berbicara dengan pemain manapun, saya meninggalkan lapangan dengan bermartabat. Saya pergi ke ruang ganti, dan memang begitu. Tentu saja, saya ingat ketika kami harus mengubah hotel dan ada banyak orang yang bersikap bermusuhan dengan kami. Kami harus berhati-hati hari itu dan hari berikutnya," tambahnya.
"Kami punya beberapa detik untuk memutuskan, lalu Anda melihatnya di TV dan Anda berkata: 'Ya Tuhan, saya salah dengan hukuman atau kartu merah itu!' Ini adalah hal yang normal. Saya bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat dan kami dapat membantah bahwa jika saya telah membuat orang lain, mungkin Chelsea akan mencapai final. Kami tidak akan pernah tahu," tukas Ovrebo.
(sha)