Transformasi Petenis Rock & Roll asal Rusia, Marat Safin

Kamis, 31 Mei 2018 - 10:14 WIB
Transformasi Petenis...
Transformasi Petenis Rock & Roll asal Rusia, Marat Safin
A A A
MANTAN petenis nomor satu dunia, Marat Safin, menjalani hidup yang luar biasa glamor pada usia muda. Menjelang usia 40 tahun, pria yang juga politikus Rusia ini ingin memulai lembaran baru yang bertolak belakang dengan kehidupan sebelumnya. Apa yang menyebabkan perubahan tersebut?

Sekitar 21 tahun silam, dunia tenis digemparkan dengan sosok anak muda bertubuh tinggi dari Rusia. Anak muda kelahiran Moskow, 27 Januari 1980, tersebut begitu berbeda dengan petenis lain yang ada saat itu. Dia tidak sekalem Pete Sampras dan tidak semisterius Andre Agassi. Dia sangat bertolak belakang dengan petenis-petenis tersebut. Anak muda yang memiliki nama lengkap Marat Mubinovich Safin ini begitu agresif, ekspresif, bahkan brutal.

Untungnya, dia memiliki bakat yang eksplosif. Sabetan raketnya membuat lawan tercengang. Smash kerasnya melesatkan bola dengan cepat bak bom terlontar dari meriam. Jarang ada lawan yang mampu mengembalikannya. "Setiap ada nama Marat Safin, saya selalu ingin duduk di kursi paling depan. Saya sangat menikmati dia bermain," ujar legenda tenis dunia asal Amerika Serikat, Jim Courrier.

Berbekal postur tubuh tinggi dan kemampuan trengginas, tidak butuh waktu lama bagi Marat Safin berada di kasta tertinggi petenis dunia. Pada usia 20 tahun, dia memenangi ajang Amerika Terbuka 2000.

Nama Marat Safin pun bak magnet kekayaan dan ketenaran. "Uang datang dengan cepat. Saya rasa dia tidak siap dengan semua itu. Dia malah semakin lupa diri dan lebih banyak berhura-hura," kata Dinara Safina, adik kandung Marat Safin. "Saya punya banyak rumah saat itu. Mobil mewah ada lima, satu di antaranya Ferrari. Apa lagi yang kurang buat anak berumur 20 tahun?" ucap Marat Safin.

Gaya Marat Safin memang membuat semua orang geleng-geleng kepala. Dia pernah membuat banyak orang hampir jantungan ketika dia hendak memelorotkan celananya saat berlaga di Prancis Terbuka 2004. Dia juga pernah menyebabkan banyak orang terheran-heran ketika dia membawa tiga wanita berambut pirang dan berbaju seksi duduk di player box, jatah Marat Safin di ajang Australian Open 2002.

Namun, yang paling dikenal banyak orang dari Marat Safin adalah emosinya yang meledak-ledak. Dia tidak segan mematahkan raket yang dia mainkan jika tidak tampil bagus. "Mungkin ada 300 raket yang saya patahkan selama berkarier di tenis," ungkap Safin.

Itu baru di lapangan tenis. Di luar lapangan tenis, jumlah wanita cantik yang mendampinginya mencapai delapan orang. Dia juga selalu berpesta tanpa perhitungan. Bahkan, sehari sebelum bertanding, dia masih bisa berpesta dengan teman-temannya. Tidak mengherankan jika banyak orang mengatakan Marat Safin bukanlah seorang petenis, melainkan bintang rock dunia.

Namun, gaya rock & roll tersebut ada akhirnya juga. Perlahan-lahan banyak petenis yang mulai memanfaatkan labilnya emosi Marat Safin. Sisi emosional yang seharusnya bisa diarahkan dengan lebih baik justru dimanfaatkan lawan untuk melemahkan kemampuan petenis dengan tinggi 1,93 meter tersebut. Alhasil, Marat Safin terus-menerus kalah.

Dia yang dulunya masuk jajaran petenis elite dunia malah terlempar jauh ke peringkat 86 dunia. Saat itulah Marat Safin akhirnya menurunkan kakinya dari langit ke bumi. "Banyak orang mulai mengatakan kalau saya memang tidak layak. Saat berada di bawah, kita jadi lebih mendengar apa yang mereka bicarakan tentang kita," tutur Marat Safin.

Untungnya, Safin mencoba mendengar yang memang sesuai kenyataannya, termasuk soal pemahamannya tentang agama yang dia anut, Islam. "Awalnya saya berpikir, saya orang Rusia dan muslim, 100% orang muslim itu gampang panas," katanya.

Nyatanya tidak demikian menurutnya. Dia kemudian mencoba memahami lebih dalam soal Islam. Dari situlah dia mulai mengenali dirinya lebih baik lagi, termasuk kenyataan bahwa dia bukanlah figur materialistis yang terus-menerus mengumpulkan kekayaan dan berhura-hura. "Saya menjual semua mobil yang saya miliki saat itu. Saya tidak ingin ketika karier saya usai, saya tidak melakukan apa yang seharusnya," ujar Safin.Berbekal mental yang lebih stabil, Marat Safin memulai kembali perjuangannya menjadi petenis elite. Satu per satu kehidupan lama mulai dia tinggalkan. Dia tidak lagi diiringi gadis-gadis cantik berbaju seksi. Dia menggantinya dengan beberapa tenaga ahli yang setiap saat menjaga tubuhnya tetap prima, mulai pelatih fitness, strategi, hingga chiropractor, termasuk mempekerjakan pelatih baru, Peter Lungdren, yang juga pernah melatih Roger Federer.
Tidak butuh waktu lama, Marat Safin berhasil menembus jajaran petenis elite dunia. Dia berhasil memenangi lima kompetisi prestisius. Saat akhirnya memutuskan pensiun, Marat Safin masuk empat besar petenis terbaik dunia.

Setelah pensiun, dia memulai hidup baru. Pria keturunan Muslim Tatar ini banting setir menjadi politikus. Dia terpilih menjadi anggota parlemen dari partai berkuasa, Partai Rusia Bersatu, pada Desember 2011. Di mata banyak orang, Safin telah memberikan semangat muda di antara para penjaga tua Negeri Beruang Merah itu.

"Saya bisa menjadi orang paling ganteng di Duma, parlemen Rusia. Tetapi, itu hanya karena semua orang di sini (Duma) berusia di atas 60 tahun," kata Safin tertawa.

Sejak menjadi politikus, Safin kembali mengenakan identitasnya sebagai keturunan Muslim Tatar. Para penggemar tenis yang selama ini mengenalnya sebagai sosok yang temperamental dan suka pesta mewah, tidak akan melihatnya lagi. Kini dia hidup sederhana. Dia hidup sebagai muslim yang taat. Tidak jarang dia pergi ke masjid dengan busana khas Tatar.

Safin juga menegaskan bahwa keyakinan dan identitas etnis menjadi bagian integral dalam hidupnya, bahkan saat masih menjalani "kehidupan neraka" saat masih jaya sebagai petenis dunia. "Anda tidak bisa melawan gen Anda. Saya orang Rusia, tapi saya 100% muslim," kata Safin mengulang pernyataannya dulu.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0858 seconds (0.1#10.140)