Tekuk Der Panzer, Korea Selatan Merasakan Seperti Juara
A
A
A
KAZAN - KEMENANGAN 2-0 atas Jerman membuat Korea Selatan semringah layaknya juara dunia. Meski hasil itu tidak mampu mengantar Taeguk Warriors lolos ke babak 16 besar, menaklukkan tim sekelas Jerman memberikan kebanggaan tersendiri.
Jerman merupakan salah satu tim paling sukses di kompetisi internasional. Anak asuh Joachim Loew tersebut berhasil meraih 4 gelar Piala Dunia (1954, 1974, 1990, 2014), 3 gelar Piala Eropa (1972, 1980, 1996), dan 1 Piala Konfederasi pada 2017. Sampai 7 Juni lalu, Jerman dinobatkan sebagai tim terbaik dalam peringkat FIFA. Namun, reputasi memukau itu sirna setelah Jerman dipermalukan Korea Selatan di Kazan Arena, Rabu (27/6) malam. Kekalahan dari tim peringkat 57 dunia itu juga menjegal langkah Jerman lolos dari fase grup. Atas kemenangan itu, Korea Selatan sangat bangga dan seakan telah menjuarai Piala Dunia.
Gol yang dicetak Kim Young-gwon pada menit ke-93 disambut sorak-sorai, loncatan, dan selebrasi membahana oleh punggawa, pelatih, pemain cadangan, hingga suporter. Gol kedua yang dicetak Son Heung-min pada menit ke-95 jauh lebih meriah. Para pemain cadangan bahkan berlari masuk ke lapangan sambil berteriak “goal !”. Kebahagiaan mereka begitu luar biasa. Kemenangan itu menjadi head line di banyak surat kabar Korea Selatan. Sebelumnya, para punggawa Korea Selatan dikeluhkan suporter di negaranya karena dianggap tampil lembek. “Kritik mereka membuat saya menjadi lebih baik dan bekerja keras,” kata Young-gwon, dikutip theguardian.com .
Golnya sempat dianulir wasit karena dianggap offside oleh hakim garis. Namun, wasit Mark Geigner asal Amerika Serikat kemudian menggunakan fasilitas video assistant referre (VAR). Dari tayangan ulang, terlihat jika bola sempat mengenai kaki Toni Kross yang berusaha memblok tendangan sehingga posisi Young-gwon dinilai onside . Heung-min yang memulai debut di Bundesliga di usia 17 tahun pada 2010 mengaku sudah lama memimpikan dapat melawan Jerman. Meski impiannya tercapai dengan hasil memuaskan, dia tetap kecewa karena tak mampu membawa timnya lolos ke fase gugur.
“Secara keseluruhan, kami memang tidak puas karena tidak mampu lolos ke babak selanjutnya. Kami akan pulang dengan rasa penyesalan. Namun, kami tidak akan menyerah dan harus menjadi lebih baik pada Piala Dunia berikutnya untuk menjadi juara,” ujar KAZAN - Kemenangan 2-0 atas Jerman membuat Korea Selatan semringah layaknya juara dunia. Meski hasil itu tidak mampu mengantar Taeguk Warriors lolos ke babak 16 besar, menaklukkan tim sekelas Jerman memberikan kebanggaan tersendiri.
Jerman merupakan salah satu tim paling sukses di kompetisi internasional. Anak asuh Joachim Loew tersebut berhasil meraih 4 gelar Piala Dunia (1954, 1974, 1990, 2014), 3 gelar Piala Eropa (1972, 1980, 1996), dan 1 Piala Konfederasi pada 2017. Sampai 7 Juni lalu, Jerman dinobatkan sebagai tim terbaik dalam peringkat FIFA. Namun, reputasi memukau itu sirna setelah Jerman dipermalukan Korea Selatan di Kazan Arena, Rabu (27/6) malam. Kekalahan dari tim peringkat 57 dunia itu juga menjegal langkah Jerman lolos dari fase grup. Atas kemenangan itu, Korea Selatan sangat bangga dan seakan telah menjuarai Piala Dunia.
Gol yang dicetak Kim Young-gwon pada menit ke-93 disambut sorak-sorai, loncatan, dan selebrasi membahana oleh punggawa, pelatih, pemain cadangan, hingga suporter. Gol kedua yang dicetak Son Heung-min pada menit ke-95 jauh lebih meriah. Para pemain cadangan bahkan berlari masuk ke lapangan sambil berteriak “goal !”. Kebahagiaan mereka begitu luar biasa. Kemenangan itu menjadi head line di banyak surat kabar Korea Selatan. Sebelumnya, para punggawa Korea Selatan dikeluhkan suporter di negaranya karena dianggap tampil lembek. “Kritik mereka membuat saya menjadi lebih baik dan bekerja keras,” kata Young-gwon, dikutip theguardian.com .
Golnya sempat dianulir wasit karena dianggap offside oleh hakim garis. Namun, wasit Mark Geigner asal Amerika Serikat kemudian menggunakan fasilitas video assistant referre (VAR). Dari tayangan ulang, terlihat jika bola sempat mengenai kaki Toni Kross yang berusaha memblok tendangan sehingga posisi Young-gwon dinilai onside . Heung-min yang memulai debut di Bundesliga di usia 17 tahun pada 2010 mengaku sudah lama memimpikan dapat melawan Jerman. Meski impiannya tercapai dengan hasil memuaskan, dia tetap kecewa karena tak mampu membawa timnya lolos ke fase gugur.
“Secara keseluruhan, kami memang tidak puas karena tidak mampu lolos ke babak selanjutnya. Kami akan pulang dengan rasa penyesalan. Namun, kami tidak akan menyerah dan harus menjadi lebih baik pada Piala Dunia berikutnya untuk menjadi juara,” ujar Heung-min.
Jerman merupakan salah satu tim paling sukses di kompetisi internasional. Anak asuh Joachim Loew tersebut berhasil meraih 4 gelar Piala Dunia (1954, 1974, 1990, 2014), 3 gelar Piala Eropa (1972, 1980, 1996), dan 1 Piala Konfederasi pada 2017. Sampai 7 Juni lalu, Jerman dinobatkan sebagai tim terbaik dalam peringkat FIFA. Namun, reputasi memukau itu sirna setelah Jerman dipermalukan Korea Selatan di Kazan Arena, Rabu (27/6) malam. Kekalahan dari tim peringkat 57 dunia itu juga menjegal langkah Jerman lolos dari fase grup. Atas kemenangan itu, Korea Selatan sangat bangga dan seakan telah menjuarai Piala Dunia.
Gol yang dicetak Kim Young-gwon pada menit ke-93 disambut sorak-sorai, loncatan, dan selebrasi membahana oleh punggawa, pelatih, pemain cadangan, hingga suporter. Gol kedua yang dicetak Son Heung-min pada menit ke-95 jauh lebih meriah. Para pemain cadangan bahkan berlari masuk ke lapangan sambil berteriak “goal !”. Kebahagiaan mereka begitu luar biasa. Kemenangan itu menjadi head line di banyak surat kabar Korea Selatan. Sebelumnya, para punggawa Korea Selatan dikeluhkan suporter di negaranya karena dianggap tampil lembek. “Kritik mereka membuat saya menjadi lebih baik dan bekerja keras,” kata Young-gwon, dikutip theguardian.com .
Golnya sempat dianulir wasit karena dianggap offside oleh hakim garis. Namun, wasit Mark Geigner asal Amerika Serikat kemudian menggunakan fasilitas video assistant referre (VAR). Dari tayangan ulang, terlihat jika bola sempat mengenai kaki Toni Kross yang berusaha memblok tendangan sehingga posisi Young-gwon dinilai onside . Heung-min yang memulai debut di Bundesliga di usia 17 tahun pada 2010 mengaku sudah lama memimpikan dapat melawan Jerman. Meski impiannya tercapai dengan hasil memuaskan, dia tetap kecewa karena tak mampu membawa timnya lolos ke fase gugur.
“Secara keseluruhan, kami memang tidak puas karena tidak mampu lolos ke babak selanjutnya. Kami akan pulang dengan rasa penyesalan. Namun, kami tidak akan menyerah dan harus menjadi lebih baik pada Piala Dunia berikutnya untuk menjadi juara,” ujar KAZAN - Kemenangan 2-0 atas Jerman membuat Korea Selatan semringah layaknya juara dunia. Meski hasil itu tidak mampu mengantar Taeguk Warriors lolos ke babak 16 besar, menaklukkan tim sekelas Jerman memberikan kebanggaan tersendiri.
Jerman merupakan salah satu tim paling sukses di kompetisi internasional. Anak asuh Joachim Loew tersebut berhasil meraih 4 gelar Piala Dunia (1954, 1974, 1990, 2014), 3 gelar Piala Eropa (1972, 1980, 1996), dan 1 Piala Konfederasi pada 2017. Sampai 7 Juni lalu, Jerman dinobatkan sebagai tim terbaik dalam peringkat FIFA. Namun, reputasi memukau itu sirna setelah Jerman dipermalukan Korea Selatan di Kazan Arena, Rabu (27/6) malam. Kekalahan dari tim peringkat 57 dunia itu juga menjegal langkah Jerman lolos dari fase grup. Atas kemenangan itu, Korea Selatan sangat bangga dan seakan telah menjuarai Piala Dunia.
Gol yang dicetak Kim Young-gwon pada menit ke-93 disambut sorak-sorai, loncatan, dan selebrasi membahana oleh punggawa, pelatih, pemain cadangan, hingga suporter. Gol kedua yang dicetak Son Heung-min pada menit ke-95 jauh lebih meriah. Para pemain cadangan bahkan berlari masuk ke lapangan sambil berteriak “goal !”. Kebahagiaan mereka begitu luar biasa. Kemenangan itu menjadi head line di banyak surat kabar Korea Selatan. Sebelumnya, para punggawa Korea Selatan dikeluhkan suporter di negaranya karena dianggap tampil lembek. “Kritik mereka membuat saya menjadi lebih baik dan bekerja keras,” kata Young-gwon, dikutip theguardian.com .
Golnya sempat dianulir wasit karena dianggap offside oleh hakim garis. Namun, wasit Mark Geigner asal Amerika Serikat kemudian menggunakan fasilitas video assistant referre (VAR). Dari tayangan ulang, terlihat jika bola sempat mengenai kaki Toni Kross yang berusaha memblok tendangan sehingga posisi Young-gwon dinilai onside . Heung-min yang memulai debut di Bundesliga di usia 17 tahun pada 2010 mengaku sudah lama memimpikan dapat melawan Jerman. Meski impiannya tercapai dengan hasil memuaskan, dia tetap kecewa karena tak mampu membawa timnya lolos ke fase gugur.
“Secara keseluruhan, kami memang tidak puas karena tidak mampu lolos ke babak selanjutnya. Kami akan pulang dengan rasa penyesalan. Namun, kami tidak akan menyerah dan harus menjadi lebih baik pada Piala Dunia berikutnya untuk menjadi juara,” ujar Heung-min.
(don)