Kisah Tragis Ayah Obi Mikel, Diculik dan Disiksa Selama Seminggu
A
A
A
SAINT PETERSBURG - Kapten Nigeria, John Obi Mikel menceritakan hal yang kurang menyenangkan jelang laga penyisihan Grup D Piala Dunia 2018 melawan Argentina di Saint Petersburg Stadium. Dia mengatakan saat itu ia mendapatkan kabar jika ayahnya diculik penjahat dan akan dibunuh jika dia melaporkan peristiwa ini kepada siapa pun.
Kabar mengejutkan itu datang saat dia melakukan perjalanan menggunakan bus tim ke stadion di Saints Petersburg, Rabu (27/6/2018) minggu lalu. Seorang anggota keluarga memanggilnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia harus menelepon para penculik dengan nomor yang ditentukan.
Ketika Mikel melakukannya, dia diperintahkan untuk membayar uang tebusan. Dikutip dari irishtimes, Selasa (3/7/2018), Mikel mengatakan bahwa saat kejadian, dia tidak bisa cerita kepada Federasi Sepakbola Nigeria. Mikel berusaha menutupi itu mengingat nyawa ayahnya tengah terancam.
Mikel juga tidak ingin membuat konsentrasi pelatih dan rekannya pecah. Beruntung, masalah ini bisa diselesaikan setelah pihak kepolisian berhasil membebaskan Pa Michael Obi yang berada di Nigeria tenggara saat sedang melakukan perjalanan ke pemakaman di sepanjang jalan tol Makurdi-Enugu dari Jos.
Kendati berhasil membebaskan ayah Mikel, namun dari pengakuan Pa Michael Obi, dia mengatakan telah disiksa selama seminggu. Saat ini sang ayah menerima perawatan darurat di rumah sakit. Ini adalah kedua kalinya dia diculik, setelah sebelumnya terjadi pada Agustus 2011.
Mikel mencoba untuk menempatkan trauma atas insiden itu disaat dia memimpin rekan-rekannya dalam laga hiudp mati di babak penyisihan Grup D. Tapi takdir tak bisa diubah mengingat Nigeria kalah 1-2 dari Argentina setelah pemain belakang, Marcus Rojo mencetak gol kemenangan Argentina di menit ke 86.
Nigeria pun terpaksa menyerahkan tiket 16 besar Piala Dunia 2018 kepada Argentina. "Saya bermain ketika ayah saya berada di tangan bandit. Saya harus menekan trauma. Saya menerima telepon empat jam sebelum kick-off untuk memberi tahu saya apa yang telah terjadi," Kata Mikel.
“Saya mengalami gangguan emosi dan saya harus membuat keputusan tentang apakah saya siap secara mental untuk bermain. Saya bingung. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan tetapi, pada akhirnya, saya tahu bahwa saya tidak bisa membiarkan 180 juta penduduk Nigeria kecewa," bebernya.
Kabar mengejutkan itu datang saat dia melakukan perjalanan menggunakan bus tim ke stadion di Saints Petersburg, Rabu (27/6/2018) minggu lalu. Seorang anggota keluarga memanggilnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia harus menelepon para penculik dengan nomor yang ditentukan.
Ketika Mikel melakukannya, dia diperintahkan untuk membayar uang tebusan. Dikutip dari irishtimes, Selasa (3/7/2018), Mikel mengatakan bahwa saat kejadian, dia tidak bisa cerita kepada Federasi Sepakbola Nigeria. Mikel berusaha menutupi itu mengingat nyawa ayahnya tengah terancam.
Mikel juga tidak ingin membuat konsentrasi pelatih dan rekannya pecah. Beruntung, masalah ini bisa diselesaikan setelah pihak kepolisian berhasil membebaskan Pa Michael Obi yang berada di Nigeria tenggara saat sedang melakukan perjalanan ke pemakaman di sepanjang jalan tol Makurdi-Enugu dari Jos.
Kendati berhasil membebaskan ayah Mikel, namun dari pengakuan Pa Michael Obi, dia mengatakan telah disiksa selama seminggu. Saat ini sang ayah menerima perawatan darurat di rumah sakit. Ini adalah kedua kalinya dia diculik, setelah sebelumnya terjadi pada Agustus 2011.
Mikel mencoba untuk menempatkan trauma atas insiden itu disaat dia memimpin rekan-rekannya dalam laga hiudp mati di babak penyisihan Grup D. Tapi takdir tak bisa diubah mengingat Nigeria kalah 1-2 dari Argentina setelah pemain belakang, Marcus Rojo mencetak gol kemenangan Argentina di menit ke 86.
Nigeria pun terpaksa menyerahkan tiket 16 besar Piala Dunia 2018 kepada Argentina. "Saya bermain ketika ayah saya berada di tangan bandit. Saya harus menekan trauma. Saya menerima telepon empat jam sebelum kick-off untuk memberi tahu saya apa yang telah terjadi," Kata Mikel.
“Saya mengalami gangguan emosi dan saya harus membuat keputusan tentang apakah saya siap secara mental untuk bermain. Saya bingung. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan tetapi, pada akhirnya, saya tahu bahwa saya tidak bisa membiarkan 180 juta penduduk Nigeria kecewa," bebernya.
(sha)