Selecao Tepis Sial, Belgia Bukan Sekadar Pelengkap Derita

Jum'at, 06 Juli 2018 - 11:07 WIB
Selecao Tepis Sial,...
Selecao Tepis Sial, Belgia Bukan Sekadar Pelengkap Derita
A A A
KAZAN - Brasil disebut sial ketika harus bersua Belgia di perempat final Piala Dunia 2018 di Kazan Arena, Kazan, Sabtu (7/7) dini hari WIB. Selecao –julukan Brasil- mempertaruhkan statusnya sebagai favorit pesta sepakbola terakbar ini kala berhadapan pasukan perang Roberto Martinez. Apalagi Belgia menegaskan mereka bukan sekadar pelengkap derita tim besar.

Di semua kompetisi sepakbola Brasil pasti selalu diunggulkan tak terkecuali di Rusia. Bahkan di Rusia, armada Tite difavoritkan untuk merebut gelar juara dunia keenam. Terakhir Selecao berkuasa adalah saat Piala Dunia Korea Selatan–Jepang 2002. Apalagi dengan tersingkirnya Jerman, Spanyol, Argentina serta juara Eropa Portugal makin optimistislah Thiago Silva dkk.

Tapi, Belgia adalah ancaman besar. Tangan dingin Martinez dibantu salah satu legenda sepakbola Prancis, Thierry Henry, The Red Devils –julukan Belgia- menjelma menjadi raksasa rakus kemenangan. "Kreativitas dalam membangun serangan adalah kekuatan Belgia. Ini akan menjadi pertandingan yang sangat bagus. Belgia dan Brasil adalah tim yang menampilkan permainan paling cantik di Piala Dunia ini," ungkap Tite.

Pemilik nama lengkap Adenor Leonardo Bacchi menegaskan, Belgia bukan hanya Romelu Lukaku, Eden Hazard, atau Kevin de Bruyne. "Ini tim yang sangat agresif dalam menyerang, dan bermain secara kolektif dengan amat baik. Mereka memiliki sejumlah pemain berbakat dan berbahaya. Tapi, kami bukan hanya melawan satu-dua pemain, tapi meladeni tim yang sangat hebat," imbuh Tite.

Komentar Tite diamini sang kapten Thiago Silva. "Mereka sangat kuat secara fisik dan juga teknik. Melawan mereka merupakan laga yang amat penting. Saya rasa Brasil selalu menjadi favorit di (kompetisi) mana pun. Tapi itu tidaklah cukup. Kami harus membuktikannya dan mengalahkan mereka. Ini akan menjadi salah satu laga tersulit," ujar Silva di sela-sela latihan sebelum meladeni The Red Devils.

Belgia merupakan salah satu tim tersubur di panggung Piala Dunia 2018. Mereka melesakkan 9 gol di babak grup dan merobek gawang Jepang tiga kali di 16 besar. Jala Thibaut Courtois jebol empat kali. Sedangkan Brasil total menciptakan tujuh gol dan kebobolan sekali.

Sementara itu, akting dan drama Neymar Jr masih menjadi isu hangat di konferensi pers resmi jelang pertandingan perempat final di Kazan Arena. Philippe Coutinho tersenyum ketika mendengar pertanyaan yang diajukan wartawan kepada Tite. Sang nakhoda memang diserang beberapa kali terkait akting Neymar di Piala Dunia 2018. Bahkan, para penggawa Selecao lainnya juga sudah familiar dengan tingkah sang penyerang. Saat berguling-guling drama ketika menyingkirkan Meksiko di 16 besar, Coutinho dan Felipe Luis hanya tersenyum. Tite tak pernah menanggapi. Pria berusia 57 tahun tersebut lebih memilih untuk melayangkan pujian untuk sang anak asuh. Hingga 16 besar, Neymar menghabiskan 14 menit untuk terbaring di lapangan, berpura-pura dikasari lawan.

"Saya sudah bilang berkali-kali, dan sangat spesifik tentang itu. Saya melihat partisipasi dia sebagai pemain yang menjadi bagian dari tim, bukan hal itu yang saya perhitungkan," tegas Tite.

Dia bahkan, melarang Neymar menjawab komentar yang menyerang aksi diving-nya. Masyarakat Brasil amat menyanjung Neymar. Namun di dunia internasional, bintang Paris Saint-Germain itu diejek habis-habisan. "Saya tidak peduli dengan kritikan. Saya juga tidak merespons pujian, karena hal-hal tersebut dapat memengaruhi konsentrasi," tegas Neymar selepas laga kontra El Tri –julukan Meksiko-. "Saya ada di sini untuk menang, untuk membawa tim saya menang, dan membantu rekan-rekan saya," sambung eks andalan Barcelona itu.

Dahulu Tite dikenal sebagai salah satu pengkritik Neymar. "Menang atau kalah adalah bagian dari pertandingan. Tapi, berpura-pura untuk mendapat keuntungan bukan bagian dari pertandingan," ujar Tite, pada 2012 saat Neymar masih berkostum Santos. "Apa yang dia tunjukkan buruk bagi anak-anak yang menyaksikan pertandingan, mereka akan menilai bahwa tidak apa-apa mengambil keuntungan dari orang lain," imbuhnya kala itu.

Sementara itu, fans Belgia menyebut perempat final Piala Dunia kontra Brasil adalah final prematur. Sepanjang Piala Dunia, pasukan Roberto Martinez digadang-gadang bisa menghadirkan sepakbola yang menghibur, dengan mengedepankan agresivitas, serta tidak menampilkan drama. Duel versus Selecao menjadi tes kekuatan Belgia yang sebenarnya. "Tanpa meremehkan kekuatan Panama, Inggris dan Tunisia di babak grup, saya rasa Belgia yang terbaik di sana," ujar Maryan Mahieu pengamat sepakbola kepada SINDO. "Brasil akan menjadi lawan sepadan Belgia, harusnya ini kita saksikan di final," imbuhnya.

Namun, saat meladeni Selecao, Mahieu menilai Martinez harus berhati-hati agar petaka kala bersua Jepang tak terulang. The Blue Samurai –julukan Jepang- secara mengejutkan mampu unggul 2-0, sebelum menyerah 2-3. "Saya rasa mereka (Belgia) terlalu meremehkan Jepang, terlalu merasa di atas angin. Itu berbahaya. Gol Jan Vertonghen yang mengubah permainan, dan mengembalikan Belgia ke trek yang benar," imbuhnya. Di Piala Dunia 2018, Belgia naik status, mereka disebut sebagai salah satu favorit. Apalagi setelah Jerman, Spanyol, dan juara Eropa Portugal rontok.

"Kita semua tahu bagimana Brasil, tapi bukan berarti kami tak memiliki kesempatan. Saya percaya kepada tim ini, saya bangga pada mereka," ujar Martinez.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5286 seconds (0.1#10.140)