Kroasia Bukan Hanya Modric
A
A
A
SAINT PETERSBURG - Untuk kali pertama sejak Piala Dunia 1990, Inggris kembali menginjakkan kaki di semifinal panggung sepak bola terakbar. Armada Gareth Southgate pun ingin mencapai hasil yang lebih baik, alias juara dunia. Apalagi, slogan It’s Coming Home, merujuk pada sepak bola yang berasal dari Inggris kembali pulang, kian kencang didengungkan.
Catatan impresif The Three Lions – julukan Inggris- membuat Ashley Young dkk optimistis bisa mengulang sukses masa kejayaan Inggris 52 tahun lalu. Saat itu pada Piala Dunia 1966, Inggris untuk pertama kali dan terakhir membawa pulang trofi supremasi sepakbola ke bumi Ratu Elizabeth II. Sejak itu, prestasi Inggris dilanda kemaraKai Pfaffenbachu panjang.
Catatan terbaik setelah itu adalah adalah menyentuh semifinal Piala Dunia 1990. Di Italia, 28 tahun lalu Inggris merintis asa bisa kembali merasakan manisnya gear juara dunia. Tapi, di semifinal mereka tak berdaya menghadapi Jerman Barat. Sedangkan di perebutan tempat ketiga, tuan rumah Italia yang berkuasa.
Sedangkan di semua kompetisi sepak bola, laga semifinal terakhir yang dirasakan The Three Lions adalah Piala Eropa 1996, yang digelar di hadapan publik mereka sendiri. Namun ternyata, football hanya mampir, karena mimpi Inggris lantas dihancurkan Jerman di semifinal.
Kini, seluruh pemain memiliki satu fokus, yakni menaklukkan Kroasia pada semifinal Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, dini hari nanti. Walau Kroasia menyadari Luka Modric dkk meruapakan tim yang amat berbahaya, penggawa The Three Lions yakin bisa melangkah ke babak puncak.
Bagaimana persiapan Inggris, strategi apa yang disiapkan untuk meredam Kroasia, berikut petikan wawancara dengan gelandang tangguh Ashley Young yang dilakukan di Cronwell Park Hotel Pepino, Saint Petersburg.
Slogan It’s coming home terus kencang terdengar. Apakah di dalam tim, kalian seoptimistis ini?
Kami memiliki peluang bagus untuk memenangkan Piala Dunia. Mood kami bagus, semua pemain bersemangat, dan itu suatu hal yang sangat berharga. Para pendukung yang datang ke stadion ataupun yang di Inggris juga menjadi pelecut semangat yang amat besar. Saya yakin dengan tim ini, kami semua yakin.
Skuad Inggris banyak dihuni pemain muda yang brilian. Ini sangat bagus karena kami optimistis sepak bola memiliki masa depan. Tapi, Kroasia adalah tim yang amat tangguh.
Ya, mereka luar biasa. Kami menyaksikan semua pertandingan mereka, dan saya yakin mereka juga mempelajari kami. Banyak yang menyebut Luka Modric setiap berbicara soal Kroasia. Modrid memang luar biasa, kami harus fokus 100% untuk meladeni pemain seperti dia.
Tapi, Kroasia lebih dari itu. Mereka memiliki banyak sekali pemain hebat di semua lini. Kami menghadapi satu tim, satu tim yang berbahaya. Mereka sampai ke semifinal bukan tanpa usaha dan kerja keras.
Kroasia lebih siap menghadapi laga ini karena mereka sudah dua kali melakoni adu penalti di babak 16 besar (melawan Denmark) dan di perempat final (kontra Rusia). Apakah Inggris meningkatkan latihan set piece?
Persiapan besar dilakukan Inggris. Sebetulnya kami selalu melakukan latihan set piece dan juga penalti, tapi karena kami belum pernah melaju ke babak berikutnya dengan melalui adu penalti maka itu tak terlihat. Saya rasa setiap tim di Piala Dunia selalu melakukan latihan ini, dan terus meningkatkan persiapan ketika di babak gugur.
Banyak yang menilai lolosnya Inggris ke semifinal cukup mengejutkan. Apalagi terakhir Inggris merasakan semifinal sudah lama sekali pada Piala Dunia 1990 dan Piala Erop 1996. (Dalam lima Piala Dunia terakhir, langkah terjauh The Three Lions adalah perempat final yakni pada 2002 di Korea Selatan – Jepang dan 2006 di Jerman. Sedangkan pada 2014 di Brasil, Inggris tak mampu maju ke babak gugur).
Kami berbicara dengan beberapa pemain yang yang berlaga 22 tahun lalu (Piala Eropa 1996). Hanya untuk merasakan feel-nya. Ada ulang tahun kemarin (9 Juli). Apa kado terbaik?
Ke final. Tapi, kami harus konsentrasi dulu melawan Kroasia. Waktu masih menjadi pemain muda saya bermimpi ingin tampil di Piala Dunia, dan itu terwujud. Lalu, dengan tim yang amat percaya diri, bermain dengan high intensity, semua bersemangat saya bermimpi kembali untuk memenangkan Piala Dunia.
Catatan impresif The Three Lions – julukan Inggris- membuat Ashley Young dkk optimistis bisa mengulang sukses masa kejayaan Inggris 52 tahun lalu. Saat itu pada Piala Dunia 1966, Inggris untuk pertama kali dan terakhir membawa pulang trofi supremasi sepakbola ke bumi Ratu Elizabeth II. Sejak itu, prestasi Inggris dilanda kemaraKai Pfaffenbachu panjang.
Catatan terbaik setelah itu adalah adalah menyentuh semifinal Piala Dunia 1990. Di Italia, 28 tahun lalu Inggris merintis asa bisa kembali merasakan manisnya gear juara dunia. Tapi, di semifinal mereka tak berdaya menghadapi Jerman Barat. Sedangkan di perebutan tempat ketiga, tuan rumah Italia yang berkuasa.
Sedangkan di semua kompetisi sepak bola, laga semifinal terakhir yang dirasakan The Three Lions adalah Piala Eropa 1996, yang digelar di hadapan publik mereka sendiri. Namun ternyata, football hanya mampir, karena mimpi Inggris lantas dihancurkan Jerman di semifinal.
Kini, seluruh pemain memiliki satu fokus, yakni menaklukkan Kroasia pada semifinal Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, dini hari nanti. Walau Kroasia menyadari Luka Modric dkk meruapakan tim yang amat berbahaya, penggawa The Three Lions yakin bisa melangkah ke babak puncak.
Bagaimana persiapan Inggris, strategi apa yang disiapkan untuk meredam Kroasia, berikut petikan wawancara dengan gelandang tangguh Ashley Young yang dilakukan di Cronwell Park Hotel Pepino, Saint Petersburg.
Slogan It’s coming home terus kencang terdengar. Apakah di dalam tim, kalian seoptimistis ini?
Kami memiliki peluang bagus untuk memenangkan Piala Dunia. Mood kami bagus, semua pemain bersemangat, dan itu suatu hal yang sangat berharga. Para pendukung yang datang ke stadion ataupun yang di Inggris juga menjadi pelecut semangat yang amat besar. Saya yakin dengan tim ini, kami semua yakin.
Skuad Inggris banyak dihuni pemain muda yang brilian. Ini sangat bagus karena kami optimistis sepak bola memiliki masa depan. Tapi, Kroasia adalah tim yang amat tangguh.
Ya, mereka luar biasa. Kami menyaksikan semua pertandingan mereka, dan saya yakin mereka juga mempelajari kami. Banyak yang menyebut Luka Modric setiap berbicara soal Kroasia. Modrid memang luar biasa, kami harus fokus 100% untuk meladeni pemain seperti dia.
Tapi, Kroasia lebih dari itu. Mereka memiliki banyak sekali pemain hebat di semua lini. Kami menghadapi satu tim, satu tim yang berbahaya. Mereka sampai ke semifinal bukan tanpa usaha dan kerja keras.
Kroasia lebih siap menghadapi laga ini karena mereka sudah dua kali melakoni adu penalti di babak 16 besar (melawan Denmark) dan di perempat final (kontra Rusia). Apakah Inggris meningkatkan latihan set piece?
Persiapan besar dilakukan Inggris. Sebetulnya kami selalu melakukan latihan set piece dan juga penalti, tapi karena kami belum pernah melaju ke babak berikutnya dengan melalui adu penalti maka itu tak terlihat. Saya rasa setiap tim di Piala Dunia selalu melakukan latihan ini, dan terus meningkatkan persiapan ketika di babak gugur.
Banyak yang menilai lolosnya Inggris ke semifinal cukup mengejutkan. Apalagi terakhir Inggris merasakan semifinal sudah lama sekali pada Piala Dunia 1990 dan Piala Erop 1996. (Dalam lima Piala Dunia terakhir, langkah terjauh The Three Lions adalah perempat final yakni pada 2002 di Korea Selatan – Jepang dan 2006 di Jerman. Sedangkan pada 2014 di Brasil, Inggris tak mampu maju ke babak gugur).
Kami berbicara dengan beberapa pemain yang yang berlaga 22 tahun lalu (Piala Eropa 1996). Hanya untuk merasakan feel-nya. Ada ulang tahun kemarin (9 Juli). Apa kado terbaik?
Ke final. Tapi, kami harus konsentrasi dulu melawan Kroasia. Waktu masih menjadi pemain muda saya bermimpi ingin tampil di Piala Dunia, dan itu terwujud. Lalu, dengan tim yang amat percaya diri, bermain dengan high intensity, semua bersemangat saya bermimpi kembali untuk memenangkan Piala Dunia.
(bbk)