Spasiba Russia, Ahlan Qatar
A
A
A
MOSKOW - Tuntas sudah tugas Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Satu bulan penuh negeri Vladimir Putin menggelar pentas sepak bola teragung dengan tanpa cela.
Federasi Sepak Bola Dunia, si empu Piala Dunia, menobatkan Rusia sebagai host terbaik sepanjang sejarah event ini. Kini, semua mata tertuju pada Qatar, tuan rumah 2022. Spasiba Russia, Terima kasih Rusia, Ahlan Qatar, Selamat Datang Qatar.
Rusia menuntaskan tugasnya setelah menggelar partai puncak, yang menobatkan Prancis sebagai raja baru dunia. Pasukan Tim Ayam Jantan mematuk Kroasia 4-2 di final, di Luzhniki Stadium, Moskow, Minggu (15/7/2018). “Terima kasih Rusia, dalam kurang lebih enam minggu telah menjadi rumah bagi kami. Rumah yang sangat indah, yang memberikan kami hasil luar biasa,” ujar nakhoda Prancis Didier Deschamps, saat berjumpa media setelah memastikan gelar juara dunia.
Presiden FIFA, mengatakan kepada Presiden Putin pada gala dinner jelang final bahwa Rusia adalah penyelenggara terbaik Piala Dunia. “Ini adalah Piala Dunia terbaik. Piala Dunia ini telah membuktikan bahwa Rusia merupakan negeri pencinta sepak bola. Terima kasih Rusia yang telah menggelar Piala Dunia terbaik dalam sejarah,” ujar Infantino.
Selain mentasbihkan Les Bleus –julukan Prancis - FIFA juga memilih Spanyol sebagai tim paling fair play. Sedangkan Pemain Terbaik menjadi milik kapten Kroasia Luka Modric, posisi kedua Eden Hazard (Belgia) dan Antoine Griezmann (Prancis).
Sedangkan golden boot direbut Harry Kane (Inggris) yang mencetak enam gol. Namun sayang bomber Tottenham Hotspur itu tidak hadir saat menyerahan trofi. Di posisi kedua ada Griezmann yang merobek gawang lawan empat kali, dan di peringkat buncit mendai milik Romelu Lukaku (Belgia).
Kiper Belgia Thibaut Courtois terpilih sebagai penjaga gawang terbaik. Sedangkan Kylian Mbappe dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik. Sebagai juara dunia Prancis berhak membawa pulang hadiah sebesar USD38 juta sedangkan runner-up mendapat USD28 juta.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan penyelenggaraan empat tahun lalu di Brasil. Saat itu Jerman menerima USD35 juta, dan Argentina sebagai juara kedua diganjar USD25 juta. Belgia yang melumat Inggris 2-0 untuk mengamankan posisi ketiga meraup USD24 juta. Sementara pasukan The Three Lions - julukan Inggris- mengantongi USD22 juta.
Untuk tim nasional yang finis di peringkat 5-8 masing-masing mendapat USD 16 juta. Posisi 9-16 menerima USD12 juta, dan peringkat 17-32 membawa pulang USD8 juta. Total hadiah yang dibagikan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) tahun ini mencapai USD400 juta, atau naik USD42 juta dibandingkan edisi 2014 silam.
Rusia dipuji lantaran minim kontroversi. Tidak ada kerusuhan antarsuporter, tak satupun pelaporan rasisme, semua berjalan lancar, tenang, dan teratur. Tak heran bila Piala penyelenggaraan Dunia Rusia 2018 disebut yang terbaik sepanjang sejarah.
Sejauh pengamatan KORAN SINDO di berbagai kota tuan rumah Piala Dunia, tidak ada pelaporan terkait tindakan merusak yang dilakukan suporter atau pun rasisme.
“Sebelumnya saya khawatir. Tapi, ternyata tidak terjadi apapun. Saya merasa aman,” ujar pendukung Nigeria Ayoub kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Komentar senada dilontarkan suporter Senegal Alioune Ndiaye awalnya khawatir bakal menerima berbagai pelakuan berbau rasisme di Rusia. Namun semua kecemasannya musnah dengan sendirinya. “Tidak sekalipun. Tidak ada lirikan mencurigakan dari warga Rusia, tidak ada nada yang merendahkan, mereka sangat welcome,” ujar Ndiaye yang memutuskan untuk tetap berada di Rusia meski Senegal telah angkat koper.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia internasional ikut angkat bicara terkait hal ini. Asosiasi-asosiasi tersebut melakukan banyak survey terkait pengalaman suporter yang datang ke berbagai kota untuk menyaksikan negaranya atau tim kesayangannya bertanding. Dan, hasilnya semuanya positif.
“Yang saya alami di Rusia sangat berbeda dengan berbagai peringatan yang saya dengar sebelum berangkat,” Ndiaye berkisah saat negaranya dikalahkan Kolombia di Samara beberapa waktu lalu.
“Sebelum saya pergi, banyak yang bilang hati-hati di sana. Tapi saya tidak mendapat perlakukan buruk.”
Sebelum penggelar Piala Dunia di 11 kota dari 14 Juni hingga 15 Juli, Rusia bersumpah hajat sepak bola terakbar ini bakal berlangsung aman, tanpa adanya rasisme mengingat ada lima perwakilan Afrika dan empat negara Asia yang berpartisipasi.
Selain negara Asia dan Afrika, perwakilan Amerika Latin juga kerap jadi sasaran rasisme. Bahkan Rusia menjamin tak akan ada kerusuhan antarsuporter. Garansi ini diberikan lantaran terjadi insiden rasisme di Liga Primer Rusia dan juga saat laga uji coba.
Pada pertandingan Liga Europa April lalu di Moskow, fans CSKA Moscow menyanyikan lagu berbau rasis kepada para pemain Arsenal yang berkulit hitam. FIFA pun turun tangan. Rusia pun diganjar hukuman, satu bulan jelang Piala Dunia dihelat.
Kini fokus beralih kepada Qatar, penyelenggara Piala Duia empat tahun ke depan. Banyak sorotan terkait negara di Timur Tengah ini. Salah satunya adalah faktor cuaca yang sangat panas bila Piala Dunia dihelat pada musim panas. FIFA pun mengganti jadwal penyelenggaraan ke musim dingin, yakni 21 November hingga 18 Desember.
Infantino optimistis Piala Dunia 2022 yang mengedepankan teknologi bakal berlangsung spektakuler. “Saya meyakini, dalam beberapa tahun ini bahwa Piala Dunia 2022 akan menjadi Piala Dunia hebat. Hari ini, saya kembali mengatakan keyakinan tersebut," kata Infantino.
Tentu saja pergeseran dari summer ke winter bakal berdampak pada berjalannya berbagai kompetisi di Eropa. “Kami sudah membahas ini, dan klub sudah mendapat kabar. Tentu saja, mereka akan beradaptasi," imbuh Infantino.
Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 melalui jajak pendapat pada Kongres FIFA pada 2 Desember 2010. Qatar menyingkirkan Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Federasi Sepak Bola Dunia, si empu Piala Dunia, menobatkan Rusia sebagai host terbaik sepanjang sejarah event ini. Kini, semua mata tertuju pada Qatar, tuan rumah 2022. Spasiba Russia, Terima kasih Rusia, Ahlan Qatar, Selamat Datang Qatar.
Rusia menuntaskan tugasnya setelah menggelar partai puncak, yang menobatkan Prancis sebagai raja baru dunia. Pasukan Tim Ayam Jantan mematuk Kroasia 4-2 di final, di Luzhniki Stadium, Moskow, Minggu (15/7/2018). “Terima kasih Rusia, dalam kurang lebih enam minggu telah menjadi rumah bagi kami. Rumah yang sangat indah, yang memberikan kami hasil luar biasa,” ujar nakhoda Prancis Didier Deschamps, saat berjumpa media setelah memastikan gelar juara dunia.
Presiden FIFA, mengatakan kepada Presiden Putin pada gala dinner jelang final bahwa Rusia adalah penyelenggara terbaik Piala Dunia. “Ini adalah Piala Dunia terbaik. Piala Dunia ini telah membuktikan bahwa Rusia merupakan negeri pencinta sepak bola. Terima kasih Rusia yang telah menggelar Piala Dunia terbaik dalam sejarah,” ujar Infantino.
Selain mentasbihkan Les Bleus –julukan Prancis - FIFA juga memilih Spanyol sebagai tim paling fair play. Sedangkan Pemain Terbaik menjadi milik kapten Kroasia Luka Modric, posisi kedua Eden Hazard (Belgia) dan Antoine Griezmann (Prancis).
Sedangkan golden boot direbut Harry Kane (Inggris) yang mencetak enam gol. Namun sayang bomber Tottenham Hotspur itu tidak hadir saat menyerahan trofi. Di posisi kedua ada Griezmann yang merobek gawang lawan empat kali, dan di peringkat buncit mendai milik Romelu Lukaku (Belgia).
Kiper Belgia Thibaut Courtois terpilih sebagai penjaga gawang terbaik. Sedangkan Kylian Mbappe dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik. Sebagai juara dunia Prancis berhak membawa pulang hadiah sebesar USD38 juta sedangkan runner-up mendapat USD28 juta.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan penyelenggaraan empat tahun lalu di Brasil. Saat itu Jerman menerima USD35 juta, dan Argentina sebagai juara kedua diganjar USD25 juta. Belgia yang melumat Inggris 2-0 untuk mengamankan posisi ketiga meraup USD24 juta. Sementara pasukan The Three Lions - julukan Inggris- mengantongi USD22 juta.
Untuk tim nasional yang finis di peringkat 5-8 masing-masing mendapat USD 16 juta. Posisi 9-16 menerima USD12 juta, dan peringkat 17-32 membawa pulang USD8 juta. Total hadiah yang dibagikan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) tahun ini mencapai USD400 juta, atau naik USD42 juta dibandingkan edisi 2014 silam.
Rusia dipuji lantaran minim kontroversi. Tidak ada kerusuhan antarsuporter, tak satupun pelaporan rasisme, semua berjalan lancar, tenang, dan teratur. Tak heran bila Piala penyelenggaraan Dunia Rusia 2018 disebut yang terbaik sepanjang sejarah.
Sejauh pengamatan KORAN SINDO di berbagai kota tuan rumah Piala Dunia, tidak ada pelaporan terkait tindakan merusak yang dilakukan suporter atau pun rasisme.
“Sebelumnya saya khawatir. Tapi, ternyata tidak terjadi apapun. Saya merasa aman,” ujar pendukung Nigeria Ayoub kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Komentar senada dilontarkan suporter Senegal Alioune Ndiaye awalnya khawatir bakal menerima berbagai pelakuan berbau rasisme di Rusia. Namun semua kecemasannya musnah dengan sendirinya. “Tidak sekalipun. Tidak ada lirikan mencurigakan dari warga Rusia, tidak ada nada yang merendahkan, mereka sangat welcome,” ujar Ndiaye yang memutuskan untuk tetap berada di Rusia meski Senegal telah angkat koper.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia internasional ikut angkat bicara terkait hal ini. Asosiasi-asosiasi tersebut melakukan banyak survey terkait pengalaman suporter yang datang ke berbagai kota untuk menyaksikan negaranya atau tim kesayangannya bertanding. Dan, hasilnya semuanya positif.
“Yang saya alami di Rusia sangat berbeda dengan berbagai peringatan yang saya dengar sebelum berangkat,” Ndiaye berkisah saat negaranya dikalahkan Kolombia di Samara beberapa waktu lalu.
“Sebelum saya pergi, banyak yang bilang hati-hati di sana. Tapi saya tidak mendapat perlakukan buruk.”
Sebelum penggelar Piala Dunia di 11 kota dari 14 Juni hingga 15 Juli, Rusia bersumpah hajat sepak bola terakbar ini bakal berlangsung aman, tanpa adanya rasisme mengingat ada lima perwakilan Afrika dan empat negara Asia yang berpartisipasi.
Selain negara Asia dan Afrika, perwakilan Amerika Latin juga kerap jadi sasaran rasisme. Bahkan Rusia menjamin tak akan ada kerusuhan antarsuporter. Garansi ini diberikan lantaran terjadi insiden rasisme di Liga Primer Rusia dan juga saat laga uji coba.
Pada pertandingan Liga Europa April lalu di Moskow, fans CSKA Moscow menyanyikan lagu berbau rasis kepada para pemain Arsenal yang berkulit hitam. FIFA pun turun tangan. Rusia pun diganjar hukuman, satu bulan jelang Piala Dunia dihelat.
Kini fokus beralih kepada Qatar, penyelenggara Piala Duia empat tahun ke depan. Banyak sorotan terkait negara di Timur Tengah ini. Salah satunya adalah faktor cuaca yang sangat panas bila Piala Dunia dihelat pada musim panas. FIFA pun mengganti jadwal penyelenggaraan ke musim dingin, yakni 21 November hingga 18 Desember.
Infantino optimistis Piala Dunia 2022 yang mengedepankan teknologi bakal berlangsung spektakuler. “Saya meyakini, dalam beberapa tahun ini bahwa Piala Dunia 2022 akan menjadi Piala Dunia hebat. Hari ini, saya kembali mengatakan keyakinan tersebut," kata Infantino.
Tentu saja pergeseran dari summer ke winter bakal berdampak pada berjalannya berbagai kompetisi di Eropa. “Kami sudah membahas ini, dan klub sudah mendapat kabar. Tentu saja, mereka akan beradaptasi," imbuh Infantino.
Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 melalui jajak pendapat pada Kongres FIFA pada 2 Desember 2010. Qatar menyingkirkan Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
(bbk)