Kami Membangun Kecerdasan Bermain

Rabu, 25 Juli 2018 - 14:26 WIB
Kami Membangun Kecerdasan...
Kami Membangun Kecerdasan Bermain
A A A
BAGI banyak orang, nama Javier Munoz Sanchez mungkin masih asing. Berbeda jika disebut nama Koke dan Alvaro Morata serta Atletico Madrid, mayoritas mungkin akan mengetahuinya. Nah, Munoz memiliki hubungan dengan ketiga nama di atas.

Munoz adalah pelatih yang juga ikut membentuk Koke dan Morata di Spanyol. Dia menjadi pelatih Atletico Madrid U-14 sampai U-17. Dengan reputasinya, Munoz kini dipercaya menjadi pelatih kepala di EdF (Estrellas de Futbol) La Liga Indonesia. KORAN SINDO berkesempatan melakukan wawancara.

Bagaimana Anda melihat pemain junior di Indonesia? Apakah banyak bakat yang Anda lihat?

Tidak ada bedanya. Bakat ada di mana-mana. Bakat bisa ditemukan di seluruh dunia. Tapi, bagaimana mengelola bakat tersebut sejak dini. Kami (di EdF La Liga) memahami itu dan membantu mengembangkan hal itu tentu dengan metodologi kami. Salah satunya tentang aspek pengambilan keputusan. Di sini, kami tidak memberi tahu secara langsung apa yang harus dilakukan. Metode pembelajaran adalah menemukan solusinya sendiri. Dampaknya akan berbeda bila saya berkata langsung “cari peluang dan laksanakan”, tapi keesokan harinya mereka bisa lupa. Tidak apa-apa untuk membuat kesalahan, yang penting anaknya dapat belajar dari kesalahan tersebut. Tapi, kalau anaknya menemukan solusinya sendiri, dia tidak akan lupa. Itulah cara mengajar kami, yakni dengan cara melatih pemikiran otak. Sepak bola juga membutuhkan pemikiran otak saat di lapangan.

Selama ini masalahnya pemain junior Indonesia adalah cara berpikir dan mengambil keputusan?

Saya tidak bilang itu menjadi sebuah masalah. Kami sekarang hanya membahas metodologi kami yang menekankan pentingnya pengambilan keputusan. Kami ingin mengembangkan hal tersebut. Kami tahu fisik itu penting, taktik penting, teknis penting, dan semuanya penting. Tapi, cara berpikir adalah yang terpenting. Dulu, waktu Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010, pemain yang ada di timnas Spanyol secara fisik badannya kecil. Tapi, mereka sangat cerdas. Secara fisik, pemain Indonesia mirip dengan Spanyol.

Jadi?

Seperti yang saya katakan bagaimana cara mengembangkan bakat tersebut. Hal itulah yang membuat metodologi kami bagus. Bukan seperti pelatih dengan playstation yang suka bilang “pergi ke sana, pergi ke sini kalau dapat bolanya”, itu akan menjadi gangguan. Di sesi latihan La Liga Academy, kami mengajarkan pola bermain dan memberikan bimbingan agar mereka dapat berpikir untuk dirinya sendiri. Kalau misalnya mereka membuat kesalahan, saya bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, salahnya ada di mana? Kalau misalnya ada pemain di sebelah situ dan pemain ada di sebelah sini, menurut kamu apa keputusan yang terbaik?” Mereka akan berpikir untuk mendapatkan solusinya dan semuanya akan menjadi lebih baik.

Intinya, sepak bola itu tentang pengambilan keputusan?

Iya, semuanya berdasarkan pengambilan keputusan. Ini bukan olahraga individu seperti berenang atau lari. Saat bermain sepak bola, pemain akan fokus ke bola, fokus ke rekan tim, dan fokus membuka ruang. Pemain juga harus memperhatikan cuaca, karena kalau misalnya sedang hujan dan lapanganya tidak mendukung, pemain harus waspada karena bolanya akan berhenti saat ditendang. Jadi, semuanya berdasarkan pengambilan keputusan.

Cara membangun kecerdasan pemain itu bagaimana?

Seperti apa yang saya bilang sebelumnya, caranya dengan tidak memberi tahu solusinya saat pertama kali membuat kesalahan. Saya tidak mau bilang, “Kamu harus bermain seperti ini, kamu harus di sebelah sana dan sebelah situ”. Saat saya melihat kesalahan untuk pertama kali, saya mungkin tidak akan bilang apa-apa. Saat saya melihat kesalahan untuk kedua kali, saya baru akan bertanya. Lalu, coba lagi dan terus berusaha. Kami tidak mau murid kami memiliki kebiasaan untuk diperintahkan apa yang mereka harus melakukan. Kalau saya bilang, “Kamu harus tendang ke sana dan tendang ke sini, jangan lari ke situ”, mereka akan jawab ya.” Tapi, mereka jadinya tidak akan menemukan solusinya sendiri. Kamu tidak akan lupa bila kamu menemukan solusinya sendiri. Itulah cara kami bekerja. Saya sering menanyakan murid-murid saya, “Kenapa kamu melakukan passing tapi defendernya merebut bolanya?” Mereka jadinya akan berpikir mungkin karena saya tidak menunggu. “Cobalah lain kali.”

Apakah benar IQ (intelligence quotient ) menentukan kemampuan dan kecerdasan pemain ketika di lapangan? Atau kecerdasan diperoleh dari pengalaman saja?

Pertanyaan yang bagus. Dua hari yang lalu, saya baru saja membaca artikel tentang IQ dan saya setuju. Artikel tersebut membahas jenis IQ, termasuk IQ umum yang ditentukan dengan tes umum, tapi tidak ada IQ khusus untuk musik atau IQ khusus sepak bola. Jadi, contohnya, kalau ada orang yang memiliki anak dengan IQ rendah, bukan berarti anak itu tidak berprestasi. Mungkin bakatnya bermain piano, mungkin bakatnya sepak bola, atau mungkin bakatnya melukis. IQ umum bagus untuk beberapa hal seperti matematika. Tapi, sepak bola tidak ada pola spesifik yang bisa diikuti. Kami sering menonton pertandingan sepak bola junior dan kami bisa langsung mengetahui apabila ada murid yang bakatnya berbeda dari yang lain, terlihat saat cara mengambil bola dan menunggu. Biasanya pertandingan U-18, anak-anaknya langsung berlari menuju bola sehingga kelihatan kalau ada pemain yang berbeda.

Jadi, kecerdasan ditentukan berdasarkan pengalaman?

Iya. Saya ingat saat saya masih muda, setiap pekan kami menonton sepak bola dan membahasnya di sekolah, seperti “wahh kamu melihat pertunjukan Messi tidak?”, terus kami coba meniru (Messi) di sekolah. Jadi, tiruan adalah cara yang bagus untuk belajar bagi anak muda.

Apakah pemain Indonesia memiliki prospek untuk menjadi pemain yang bagus?

Kenapa tidak? Tentu saja. Kita tetap harus berusaha, harus belajar dan menggunakan metodologi yang tepat dan mengembangkan bakat. Saya juga baru membaca artikel, tapi saya lupa namanya, bahwa setiap hari di seluruh dunia, 100 anak seperti Messi lahir. Akan tetapi, berapa banyak dari mereka yang memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakatnya dan berkesempatan untuk bermain sepak bola secara profesional? Hal pertama yang penting adalah pemahaman tentang sepak bola. Kami memberikan semua orang kesempatan untuk bergabung dengan akademi ini.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1479 seconds (0.1#10.140)