Mario Gomez Ngeluh Soal Sanksi Komdis

Rabu, 08 Agustus 2018 - 10:36 WIB
Mario Gomez Ngeluh Soal...
Mario Gomez Ngeluh Soal Sanksi Komdis
A A A
BANDUNG - Pelatih Persib Bandung Mario Gomez mengeluhkan mudahnya Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan sanksi pada para pemainnya. Tercatat lima pemain Maung Bandung harus terkena hukuman larangan bermain.

Pemain senior Supardi Nasir menjadi salah satu pemain yang harus terkena sanksi larangan empat lagi. Itu belum termasuk skuat impor asal Korsel, In-Kyun Oh yang 'diharamkan' main dua pertandingan.

Penggawa Pangeran Biru lainnya yang terkena sanksi adalah Bojan Malisic dan Hariono masing-masing juga dilarang main dua kali. Terakhir, Ezechiel Ndouassel juga dilarang bermain dua kali. Selain itu, mereka juga dijatuhi denda berupa uang.

Ia heran dengan kondisi itu. Sebab, pemain Persib begitu mudah mendapatkan sanksi. Komdis pun begitu responsif saat pemain Persib dinilai melakukan sesuatu di luar batasan normal.

Tapi hal berbeda justru dialami tim lain. Komdis cenderung lambat untuk memutuskan sanksi bagi pemain tim lain. Untuk Ivan Carlos misalnya, ia baru disanksi larangan bermain enam kali akibat meludahi kiper Bali United. Sanksi diberikan setelah Ivan Carlos tidak lagi menjadi pemain Persija Jakarta.

Sedangkan bagi Persib, sanksi cenderung diberikan dalam waktu yang mepet jelang pertandingan. Contohnya adalah saat In-Kyun dan Ezechiel disanksi.

Gomez pun membandingkan pemberian sanksi dari federasi di negaranya dengan di Indonesia. Di Argentina, sanksi diberikan setelah Komdis memanggil pemain atau pihak klub untuk mendengarkan keterangan atau memberikan pembelaan.

Hal itu tidak terjadi di Indonesia. Sehingga, para pemainnya langsung dihukum tanpa diberikan kesempatan untuk membela diri.

"Kita harus disiplin. Di negara saya, federasi sebelum memutuskan sanksi harus memanggil dulu pemain, orang yang bersangkutan (komdis) baru memutuskan hukuman," ujar Gomez, Selasa (7/8/2018).

Situasi serupa idealnya juga diberlakukan di Indonesia. Sehingga, tidak ada hukuman sepihak yang justru akan merugikan klub atau pemain yang bersangkutan.

Perubahan itu akan bermanfaat untuk perkembangan sepakbola nasional. Sebab, dari situ bisa diketahui alasan sang pemain melakukan tindakan tertentu yang berujung sanksi.

Sehingga, federasi bisa mengambil pelajaran untuk menjadikan kompetisi berjalan lebih baik. Jika kondisi seperti itu bertahan, ia menilai tidak akan ada perubahan dalam sepakbola Indonesia. "Kita semua harus berkembang. Kita tidak bisa berkembang kalau seperti ini, tidak mungkin," ucap Gomez.

Ia juga menyoroti soal sejumlah wasit yang dinilai tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurutnya harus ada sanksi tegas bagi sang pengadil lapangan jika bekerja tidak maksimal. "Di negara saya, kalau wasit jelek, dihukum," tegas Gomez.

Gomez juga menyoroti soal lapangan yang ada di Indonesia. Sebab, ia belum menemukan adanya tim yang memiliki lapangan bagus untuk pembinaan pemain muda, baik di level junior klub maupun SSB.

Padahal, pemain muda harus digembleng dengan baik di tempat dengan fasilitas berkualitas. Adanya tempat latihan yang bagus akan bermanfaat untuk masa depan sepakbola Indonesia.

"Posisi Indonesia (di peringkat FIFA) sangat di bawah. Kalau tidak berubah semuanya, kita akan begini terus," tuturnya.

Menurut Gomez, talenta pesepakbola Indonesia, terutama pemain muda, sangat berpotensi tinggi. Tapi, potensi mereka harus diimbangi dengan pembinaan dan fasilitas yang baik.

"Untuk sebuah alasan (kemajuan), lapangan itu penting, kita harus berubah, kalau tidak, tidak akan berkembang," ujar Gomez.

Asisten pelatih Fernando Soler menambahkan, untuk memperbaiki kualitas sepakbola Indonesia, maka federasi harus melakukan banyak pembenahan, mulai dari pembinaan hingga level kompetisi dan tim nasional.

"Dari atas harus profesional. Federasi harus serius. Orang federasi harus profesional untuk sepakbola Indonesia," tandas Soler.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9031 seconds (0.1#10.140)