Berharap Kibarkan Merah Putih di Asian Games

Kamis, 16 Agustus 2018 - 11:38 WIB
Berharap Kibarkan Merah...
Berharap Kibarkan Merah Putih di Asian Games
A A A
NAMA Aries Susanti Rahayu akhir-akhir ini banyak diperbincangkan. Gadis kelahiran Grobogan, 21 Maret 1995, ini mampu menorehkan prestasi yang membanggakan.

Bungsu dari tiga bersaudara ini mampu menyabet gelar juara dunia di ajang International Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup 2018 kategori speed climbing wanita di Chongqing, China, (6/7). Berdasarkan website resmi International Federation of Sport Climbing (IFSC), Aries berada di posisi ketujuh dari daftar atlet wanita panjat tebing seluruh dunia kategori speed.

Siapa sangka jalur hidup yang ditempuh saat ini berkat jasa gurunya sewaktu SMP. Aries lahir di Desa Taruman, Klambu, Grobogokan. Dia anak ketiga dari tiga bersaudara. Sekarang, dia berstatus mahasiswi jurusan manajemen dan bisnis Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) di Semarang.

“Saya mulai mengenal panjat tebing sejak tahun 2003 akhir. Kemudian baru pada 2008, saya mulai mengikuti berbagai perlombaan dan kejuaraan,” kata Aries, kepada wartawan.
Sebelum panjat tebing, dia lebih dulu menggeluti cabang atletik. Tapi, gurunya di SMP menganggap jika dia mampu dan lebih pas di panjat tebing. Sejak saat itu dia mulai menggeluti panjat tebing.

Di cabang ini prestasinya ternyata terus meningkat. Event nasional dan internasional diikuti. “Seingat saya, pertama kali ikut kejuaraan nasional pada tahun 2008 di Yogyakarta. Pada event itu, saya di posisi kedua di kategorispeed ,” katanya.

Di ajang internasional, dia bertarung pada Asian Continental Championship 2017 Tehran, Iran. Jika dihitung, dia sudah tampil di Kejuaraan Internasional World Cup Series lima kali. Asian Championship sekali. Di Asian Championship, tim Indonesia mendapat satu emas untuk speed beregu dan satu emas di speed perorangan.

Di World Cup Series 2017 di Wujiang, China, dia mendapat posisi keempat. Selang sepekan kemudian, juga di World Cup Series di Xiamen, China, menempati posisi runner-up dan itu pertama kalinya meraih medali di World Cup Series.

Kemudian yang ketiga pada 2018 pada ajang World Series di Moskow, Rusia, dia berada di posisi keempat. Di ajang World Cup Series di Chongqing, China, dia berhasil juara dan Word Cup Series terakhir di Tai’an, China, Mei lalu, dia meraih posisi ketiga.

“Semua kejuaraan sangat berkesan, apalagi jika bisa mengibarkan bendera Merah Putih untuk Indonesia,” tandasnya. Meski sudah terkenal, dia mengaku masih sama seperti dulu. Ada media atau nggak, dia tak berubah.

Apalagi, kehidupan di pelatnas sangat keras. Latihannya keras dan mental digojlok pelatih. Dia juga tidak boleh minta izin keluar dengan keperluan yang tak begitu penting. Meski begitu, dia tetap latihan sepenuh hati.

Latihan, tetap dinikmati dalam keadaan apa pun. Keadaan latihan yang begitu berat dengan kondisi fisik lemas tetap diikuti dengan semangat. Apalagi, dia memiliki keinginan besar di Asian Games. Dia berharap panjat tebing bukan hanya dirinya, namun seluruh tim atlet bisa mengibarkan bendera Merah Putih.

“Target saya sama dengan yang lainnya. Tampilkan yang terbaik pada saat Asian Games,” katanya. Harapan lain, dia ingin memiliki pekerjaan tetap. “Saya ingin menjadi pelatih buat adik- adik saya, setidaknya bisa merasakan level dunia tidak hanya di nasional, tapi juga internasional,” ujarnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3994 seconds (0.1#10.140)