Investor dari Berbagai Negara, Liga Primer Inggris Rasa Asing
A
A
A
LONDON - Perkembangan pesat Liga Primer dalam beberapa musim terakhir memang begitu fenomenal. Ekspansi besar-besaran investor dari seluruh penjuru dunia menjadi faktor penting kesuksesan kompetisi elite tanah Inggris tersebut.
Sejumlah klub-klub top papan atas Liga Primer dimiliki orang-orang dari luar Inggris. Juara musim lalu Manchester City (Man City) misalnya, The Citizens dikuasai Sheikh Mansour (Uni Emirat Arab). Begitu juga rival sekota Manchester United (MU) yang dimiliki keluarga Glazers (Amerika Serikat).
Disusul Chelsea yang dikuasai Roman Abramovich (Rusia), Liverpool dimiliki John Henry (Amerika Serikat), dan Arsenal punya Stan Kroenke (Amerika Serikat). Bukan hanya klub-klub top, sebagian besar tim-tim papan tengah, medioker, hingga promosi Liga Primer musim ini diambil alih oleh orang asing.
Leicester City oleh keluarga Srivaddhanaprabha (Thailand), Everton dengan Farhard Moshiri (Iran), Southampton oleh Gao Jisheng (China), Watford dimiliki Gino Pozzo (Italia), Wolverhampton Wanderers punya Fosun International (China), Cardiff City oleh Vincent Tan (Malaysia), Fulham dimiliki Shahid Khan (Amerika Serikat), dan AFC Bournemouth oleh Maxim Demin (Rusia).
Bukan hanya Liga Primer, arus asing juga mewabah hingga divisi Championship. Tercatat, dari 24 tim, 13 di antaranya dimiliki orang luar Inggris. Ketertarikan taipantaipan asing bukan tanpa alasan. Sepak bola modern seperti saat ini menjanjikan perputaran uang yang menggiurkan.
Hal itu jelas membuat peluang mengeruk keuntungan semakin besar. kedatangan para investor tersebut membuat kultur di Inggris makin beragam. Dari sisi fans , kedatangan investor asing diharapkan mampu mendongkrak prestasi klub. Meski tidak mudah, beberapa klub top telah merasakan dampaknya, seperti Chelsea dan Man City.
Chelsea misalnya, sejak diakuisisi oleh Abramovich pada 2003, mereka menjadi begitu kuat. The Blues sukses meraih berbagai gelar bergengsi baik di level domestik maupun Eropa. Situasi serupa juga dirasakan Man City. The Citizens menjelma menjadi kekuatan baru pada Liga Primer dan Eropa. Euforia turut dirasakan hingga klub Championship, Aston Villa.
Diakuisisi oleh Recon Group yang dipimpin Tony Xia oleh China (45%) pada Mei 2016 dan NSWE Group (55%) milik Nassef Sawiris dari Mesir, gebrakan terus terjadi. Xia mengatakan bahwa target utama timnya adalah promosi ke Liga Primer musim depan. Dia yakin dengan sumber daya yang ada, Villa mampu mewujudkan impian tersebut.
“Kerja sama dengan Nassef membuat Aston Villa semakin kuat. Kami makin bersemangat untuk meraih hasil terbaik. Masa depan klub ini sangat menarik. Kami sudah tidak sabar menjalankan bisnis kolaborasi pada masa depan,” papar Xia, dilansir birminghammail.co.uk.
Sejumlah klub-klub top papan atas Liga Primer dimiliki orang-orang dari luar Inggris. Juara musim lalu Manchester City (Man City) misalnya, The Citizens dikuasai Sheikh Mansour (Uni Emirat Arab). Begitu juga rival sekota Manchester United (MU) yang dimiliki keluarga Glazers (Amerika Serikat).
Disusul Chelsea yang dikuasai Roman Abramovich (Rusia), Liverpool dimiliki John Henry (Amerika Serikat), dan Arsenal punya Stan Kroenke (Amerika Serikat). Bukan hanya klub-klub top, sebagian besar tim-tim papan tengah, medioker, hingga promosi Liga Primer musim ini diambil alih oleh orang asing.
Leicester City oleh keluarga Srivaddhanaprabha (Thailand), Everton dengan Farhard Moshiri (Iran), Southampton oleh Gao Jisheng (China), Watford dimiliki Gino Pozzo (Italia), Wolverhampton Wanderers punya Fosun International (China), Cardiff City oleh Vincent Tan (Malaysia), Fulham dimiliki Shahid Khan (Amerika Serikat), dan AFC Bournemouth oleh Maxim Demin (Rusia).
Bukan hanya Liga Primer, arus asing juga mewabah hingga divisi Championship. Tercatat, dari 24 tim, 13 di antaranya dimiliki orang luar Inggris. Ketertarikan taipantaipan asing bukan tanpa alasan. Sepak bola modern seperti saat ini menjanjikan perputaran uang yang menggiurkan.
Hal itu jelas membuat peluang mengeruk keuntungan semakin besar. kedatangan para investor tersebut membuat kultur di Inggris makin beragam. Dari sisi fans , kedatangan investor asing diharapkan mampu mendongkrak prestasi klub. Meski tidak mudah, beberapa klub top telah merasakan dampaknya, seperti Chelsea dan Man City.
Chelsea misalnya, sejak diakuisisi oleh Abramovich pada 2003, mereka menjadi begitu kuat. The Blues sukses meraih berbagai gelar bergengsi baik di level domestik maupun Eropa. Situasi serupa juga dirasakan Man City. The Citizens menjelma menjadi kekuatan baru pada Liga Primer dan Eropa. Euforia turut dirasakan hingga klub Championship, Aston Villa.
Diakuisisi oleh Recon Group yang dipimpin Tony Xia oleh China (45%) pada Mei 2016 dan NSWE Group (55%) milik Nassef Sawiris dari Mesir, gebrakan terus terjadi. Xia mengatakan bahwa target utama timnya adalah promosi ke Liga Primer musim depan. Dia yakin dengan sumber daya yang ada, Villa mampu mewujudkan impian tersebut.
“Kerja sama dengan Nassef membuat Aston Villa semakin kuat. Kami makin bersemangat untuk meraih hasil terbaik. Masa depan klub ini sangat menarik. Kami sudah tidak sabar menjalankan bisnis kolaborasi pada masa depan,” papar Xia, dilansir birminghammail.co.uk.
(don)