Agar Tak Disebut Cari Sensasi, Kurniawan Klarfikasi
A
A
A
KURNIAWAN Dwi Yulianto mendadak menulis klarifikasi di akun media sosial miliknya.
Diminta menjadi asisten pelatih saat laga timnas Indonesia melawan Mauritius, Kurniawan mengatakan tidak pernah mengatakan siap menggantikan Luis Milla.
Lalu, bagaimana cerita sebenarnya? Berikut wawancara KORAN SINDO dengan mantan striker skuad Merah Putihtersebut.
Coach, kenapa Anda tiba-tiba perlu melakukan klarifikasi di akun media sosial?
Tentu semua harus diluruskan, karena memang saya tidak pernah mengatakan seperti yang ditulis media (siap gantikan Milla). Ceritanya, di sesi press conferenceada yang nanya, “Gimanakelanjutannya di timnas?” Saya katakan, tugas saya dimintai membantu ini (timnas).
Kemudian ada yang bertanya, “Kalau ditunjuk ke depannya gimana?” Saya bilang untuk kepentingan timnas, dalam bentuk apa pun tentu siap, karena ini tugas negara. Tapi, bukan siap menggantikan Milla. Sebab, untuk (menangani tim di ) Piala AFF, kepikiranjuga tidak.
Jadi, itu yang perlu diluruskan?
Betul, supaya tidak melebar ke mana-mana. Banyak yang bertanya kepada saya, bagaimana sebenarnya? Kalau orang yang mengenal dekat, tentu tahu saya dan itu tidak mungkin. Tapi, karena banyak yang bertanya, baik via telepon atau media sosial, tentu saja harus saya betulkan agar tidak ada salah paham.
Bagaimana reaksi Coach Danurwindo dan Bima Sakti saat berita tersebut keluar?
Begitu ada berita itu, yang saya telepon CoachBima dan Danur bahwa kondisinya ga bener. Mereka tahu siapa saya sehingga tidak ada masalah. Jadi, intinya tak usah dibesarbesarkan. Buat apa ngomongin beginian? Bagi saya adalah kerja nyata.
Mari berkarya. Di sini pentingnya klarifikasi. Saya khawatir dianggap cari sensasi. Padahal, saya ga heboh-heboh di media. Kerja nyata, lebih penting.
Tapi, kita tahu jika sekarang ada tren banyak pelatih muda yang sukses dan mereka berasal dari pemain. Jadi, saat ada kabar Kurniawan mau jadi pelatih, langsung banyak yang berharap jika Kurniawan bisa menjadi next Pep Guardiola atau Kiatisuk Senamuang di Thailand...
Sah-sah saja. Tapi, untuk menjadi pelatih, tak harus pemain bola. Bedanya, mantan pemain sepak bola itu beruntung, karena tahu situasi di dalam lapangan sehingga kalau serius di dunia kepelatihan, itu sangat membantu karena momen itu di lapangan.
Tergantung pribadinya, mau gakmereka belajar? Hanya, untuk jadi pelatih timnas, ada pertimbangan dari timnas atau konfederasi atau penanggung jawab. Mereka nggakasal-asalan. Kalau misalnya seorang pelatih ngotot dan tidak disetujui, tidak bisa.
Saat ditunjuk, tentu ada pertimbangan. Intinya, semua pelatih, apabila ditunjuk mengemban tugas negara, harus siap dong. Itu manusiawi dan wajar. Contoh gini, zaman Nil Maizar, di tengah dualisme ditunjuk, dia siap. Karena siap, karena timnas, meski bentuk compang-camping.
Bisa ceritakan debut di pinggir lapangan sebagai pelatih?
Nervous, seperti laga pertama timnas. Apalagi, ada ekspektasi tinggi karena bayangan suporter Asian Games. Ditambah lagi ini FIFA match daydi mana meraih kemenangan diperlukan.
Diminta menjadi asisten pelatih saat laga timnas Indonesia melawan Mauritius, Kurniawan mengatakan tidak pernah mengatakan siap menggantikan Luis Milla.
Lalu, bagaimana cerita sebenarnya? Berikut wawancara KORAN SINDO dengan mantan striker skuad Merah Putihtersebut.
Coach, kenapa Anda tiba-tiba perlu melakukan klarifikasi di akun media sosial?
Tentu semua harus diluruskan, karena memang saya tidak pernah mengatakan seperti yang ditulis media (siap gantikan Milla). Ceritanya, di sesi press conferenceada yang nanya, “Gimanakelanjutannya di timnas?” Saya katakan, tugas saya dimintai membantu ini (timnas).
Kemudian ada yang bertanya, “Kalau ditunjuk ke depannya gimana?” Saya bilang untuk kepentingan timnas, dalam bentuk apa pun tentu siap, karena ini tugas negara. Tapi, bukan siap menggantikan Milla. Sebab, untuk (menangani tim di ) Piala AFF, kepikiranjuga tidak.
Jadi, itu yang perlu diluruskan?
Betul, supaya tidak melebar ke mana-mana. Banyak yang bertanya kepada saya, bagaimana sebenarnya? Kalau orang yang mengenal dekat, tentu tahu saya dan itu tidak mungkin. Tapi, karena banyak yang bertanya, baik via telepon atau media sosial, tentu saja harus saya betulkan agar tidak ada salah paham.
Bagaimana reaksi Coach Danurwindo dan Bima Sakti saat berita tersebut keluar?
Begitu ada berita itu, yang saya telepon CoachBima dan Danur bahwa kondisinya ga bener. Mereka tahu siapa saya sehingga tidak ada masalah. Jadi, intinya tak usah dibesarbesarkan. Buat apa ngomongin beginian? Bagi saya adalah kerja nyata.
Mari berkarya. Di sini pentingnya klarifikasi. Saya khawatir dianggap cari sensasi. Padahal, saya ga heboh-heboh di media. Kerja nyata, lebih penting.
Tapi, kita tahu jika sekarang ada tren banyak pelatih muda yang sukses dan mereka berasal dari pemain. Jadi, saat ada kabar Kurniawan mau jadi pelatih, langsung banyak yang berharap jika Kurniawan bisa menjadi next Pep Guardiola atau Kiatisuk Senamuang di Thailand...
Sah-sah saja. Tapi, untuk menjadi pelatih, tak harus pemain bola. Bedanya, mantan pemain sepak bola itu beruntung, karena tahu situasi di dalam lapangan sehingga kalau serius di dunia kepelatihan, itu sangat membantu karena momen itu di lapangan.
Tergantung pribadinya, mau gakmereka belajar? Hanya, untuk jadi pelatih timnas, ada pertimbangan dari timnas atau konfederasi atau penanggung jawab. Mereka nggakasal-asalan. Kalau misalnya seorang pelatih ngotot dan tidak disetujui, tidak bisa.
Saat ditunjuk, tentu ada pertimbangan. Intinya, semua pelatih, apabila ditunjuk mengemban tugas negara, harus siap dong. Itu manusiawi dan wajar. Contoh gini, zaman Nil Maizar, di tengah dualisme ditunjuk, dia siap. Karena siap, karena timnas, meski bentuk compang-camping.
Bisa ceritakan debut di pinggir lapangan sebagai pelatih?
Nervous, seperti laga pertama timnas. Apalagi, ada ekspektasi tinggi karena bayangan suporter Asian Games. Ditambah lagi ini FIFA match daydi mana meraih kemenangan diperlukan.
(don)