Anomali Manchester City di Liga Champions
A
A
A
MANCHESTER - Kekalahan Manchester City dari Olympique Lyon, Kamis (20/9/2018) dini hari WIB menambah catatan buruk klub tersebut di Liga Champions. City menjadi satu-satunya tim asal Inggris yang kalah dalam empat pertandingan beruntun di Liga Champions.
City menyerah 1-2 pada laga pembuka penyisihan Grup F Liga Champions 2018/2019 di Etihad Stadium. Kebobolan dua gol lebih dulu melalui Maxwell Cornet menit ke-26 dan Nabil Fekir (43), yang hanya bisa dibalas Bernardo Silva menit ke-67.
Kekalahan tersebut di luar dugaan lantaran sebelum laga dimulai, City difavoritkan bisa memenangi pertandingan tersebut. Selain tampil di depan publik sendiri, The Citizen juga memiliki komposisi pemain yang jauh lebih baik.
Pasukan Pep Guardiola juga tengah memliki perfoma apik di awal Liga Primer Inggris 2018/2019 dengan meraih empat menang dan satu imbang. Pastinya, City adalah wajah sepak bola Liga Inggris karena mereka merupakan sang juara Liga Primer Inggris 2017/2018 yang disebut-sebut sebagai liga paling ketat di Eropa.
Namun, anomali terjadi pada City di Liga Champions. Sejak menjelma sebagai salah satu tim raksasa di Inggris yang dimulai pada tahun 2010 -sejak diambil alih pengusaha Uni Emirat Arab, Khaldoon Al Mubarak, City selalu tersandung di liga paling elite di Eropa itu.
Prestasi terbaik mereka dalam delapan musim terakhir hanya sampai di babak perempat final. Terlebih lagi, City memang masih sibuk mencari jati dirinya di kompetisi ini. Mereka tak seperti Liverpool, Manchester United dan Chelsea sudah pernah mencicipi dan mengangkat trofi 'si kuping besar'.
City menjadi satu-satunya tim asal Inggris yang telah menelan empat beruntun di Liga Champions dengan catatan kalah 1-2 dari Basel di leg kedua babak perdelapan final Liga Champions 2017, 2018, Kalah dua kali ditangan Liverpool, kandang dan tandang di babak perempat final Liga Champions 2017/ 2018, dan teranyar kalah 1-2 dari Lyon di babak penyisihan grup H Liga Champions 2018/2019.
City menyerah 1-2 pada laga pembuka penyisihan Grup F Liga Champions 2018/2019 di Etihad Stadium. Kebobolan dua gol lebih dulu melalui Maxwell Cornet menit ke-26 dan Nabil Fekir (43), yang hanya bisa dibalas Bernardo Silva menit ke-67.
Kekalahan tersebut di luar dugaan lantaran sebelum laga dimulai, City difavoritkan bisa memenangi pertandingan tersebut. Selain tampil di depan publik sendiri, The Citizen juga memiliki komposisi pemain yang jauh lebih baik.
Pasukan Pep Guardiola juga tengah memliki perfoma apik di awal Liga Primer Inggris 2018/2019 dengan meraih empat menang dan satu imbang. Pastinya, City adalah wajah sepak bola Liga Inggris karena mereka merupakan sang juara Liga Primer Inggris 2017/2018 yang disebut-sebut sebagai liga paling ketat di Eropa.
Namun, anomali terjadi pada City di Liga Champions. Sejak menjelma sebagai salah satu tim raksasa di Inggris yang dimulai pada tahun 2010 -sejak diambil alih pengusaha Uni Emirat Arab, Khaldoon Al Mubarak, City selalu tersandung di liga paling elite di Eropa itu.
Prestasi terbaik mereka dalam delapan musim terakhir hanya sampai di babak perempat final. Terlebih lagi, City memang masih sibuk mencari jati dirinya di kompetisi ini. Mereka tak seperti Liverpool, Manchester United dan Chelsea sudah pernah mencicipi dan mengangkat trofi 'si kuping besar'.
City menjadi satu-satunya tim asal Inggris yang telah menelan empat beruntun di Liga Champions dengan catatan kalah 1-2 dari Basel di leg kedua babak perdelapan final Liga Champions 2017, 2018, Kalah dua kali ditangan Liverpool, kandang dan tandang di babak perempat final Liga Champions 2017/ 2018, dan teranyar kalah 1-2 dari Lyon di babak penyisihan grup H Liga Champions 2018/2019.
(sha)