Perez dan Sistem Pemilihan Langsung Presiden Madrid
A
A
A
MADRID - Demi citra, Florentino Perez rela melakukan apa saja. Dia rela memecat pelatih dengan nama besar, bergelimang gelar, jika memang dianggap berpotensi mengganggu citranya sebagai penguasa tertinggi di Real Madrid.
Sikap Perez bukan tanpa alasan. Dia adalah pria pekerja keras yang memulai semuanya dari bawah. Sebagai pribadi dia memiliki karier terbilang lengkap. Dia adalah pengusaha, politisi juga pernah menjadi birokrat di pemerintahan Spanyol. Wajar jika dia memiliki semua kemampuan untuk selalu menjadi penguasa di Santiago Bernabeu.
Julen Lopetegui adalah contoh bagaimana Perez tak pernah mau disalahkan atas keterpurukan tim. Melepas Cristiano Ronaldo dan tak mau mengeluarkan dana besar untuk membeli pemain bintang, pemecatan Lopetegui menjadi penanda bahwa kegagalan itu bukan karena dirinya gagal di bursa transfer, tapi murni faktor pelatih.
Lopetegui menjadi pelatih ke-13 yang digusur pengusaha berusia 71 tahun itu. Pada peiode pertama kepe mim pinannya 2000-2006, Perez memiliki enam pelatih. Vicente del Bosque menjadi pelatih terlama karena bekerja selama tiga tahun.
Tetapi tiga berikutnya, Madrid dilatih lima pelatih berbeda, yakni Carlos Queiroz, Jose Antonio Camacho, Mariano Garcia Remon, Vanderley Luxemburgo, dan Juan Ramon Lopez Caro. Pada periode kedua menjadi presiden mulai dari 2009-2018, dia telah bekerja sama dengan Manuel Pellegrini, Jose Mourinho, Carlo Ancellotti, Zinedine Zidane, Rafael Benitez, dan Lopetegui.
Terakhir adalah Santiago Solari. Bukan hanya kepada pelatih, Perez juga tak pernah benar-benar memiliki rasa cinta pada pemainnya. Bahkan kepada seorang Cristiano Ronaldo. Seperti ditulis Marca, Ronaldo mengaku jika Perez hanya menganggap dia sebagai rekan bisnis.
“Perez tidak pernah melihat saya dengan cara apa pun selain sebagai bagian dari hubungan bisnis,” kata Ronaldo yang sekarang berada di Juventus. Pemain asal Portugal itu menambahkan, semua yang dia sampaikan tidak pernah dari hati.
Dia merasa selama di klub, terutama dari presiden bahwa mereka tidak lagi menganggapnya sama seperti saat kali pertama datang. Perez, kata Ronaldo, memandang dia seolah-olah tidak lagi sangat penting bagi Real Madrid.
Ronaldo juga ingin menekankan bahwa kepindahannya ke Italia tidak termotivasi secara finansial dan menjelaskan mengapa alasan sepak bola meyakinkannya bahwa Juventus adalah yang terbaik.
“Jika itu semua tentang uang, saya akan pindah ke China, di mana saya akan mendapatkan lima kali lebih banyak daripada di sini atau di Real Madrid,” kata mantan pemain Manchester United itu.
Lalu dari mana sikap Perez muncul? Jawabannya karena beberapa klub di Spanyol, termasuk Real Madrid, menggunakan sistem presidensial. Karena presiden klub dipilih melalui para socis. Anggota socis berhak menentukan pilihan mereka dalam rangkaian pemilihan umum yang digelar antara 4-6 tahun sekali.
Siapa yang akan memimpin kesebelasan ditentukan pilihan para socis ini. Selama kampanye, calon presiden akan memaparkan ambisi mereka untuk klub dari semua aspek, bisnis, keuangan, dan pemain.
Iming-iming mendatangkan pemain bintang dan pelatih besar, biasanya lebih mudah memikat para pemilik suara. Selanjutnya gelar serta kompetensi atas rival terbesar juga menjadi acuan pada para socis. Kalau sudah begitu? Wajar jika Perez terlihat kejam.
Sikap Perez bukan tanpa alasan. Dia adalah pria pekerja keras yang memulai semuanya dari bawah. Sebagai pribadi dia memiliki karier terbilang lengkap. Dia adalah pengusaha, politisi juga pernah menjadi birokrat di pemerintahan Spanyol. Wajar jika dia memiliki semua kemampuan untuk selalu menjadi penguasa di Santiago Bernabeu.
Julen Lopetegui adalah contoh bagaimana Perez tak pernah mau disalahkan atas keterpurukan tim. Melepas Cristiano Ronaldo dan tak mau mengeluarkan dana besar untuk membeli pemain bintang, pemecatan Lopetegui menjadi penanda bahwa kegagalan itu bukan karena dirinya gagal di bursa transfer, tapi murni faktor pelatih.
Lopetegui menjadi pelatih ke-13 yang digusur pengusaha berusia 71 tahun itu. Pada peiode pertama kepe mim pinannya 2000-2006, Perez memiliki enam pelatih. Vicente del Bosque menjadi pelatih terlama karena bekerja selama tiga tahun.
Tetapi tiga berikutnya, Madrid dilatih lima pelatih berbeda, yakni Carlos Queiroz, Jose Antonio Camacho, Mariano Garcia Remon, Vanderley Luxemburgo, dan Juan Ramon Lopez Caro. Pada periode kedua menjadi presiden mulai dari 2009-2018, dia telah bekerja sama dengan Manuel Pellegrini, Jose Mourinho, Carlo Ancellotti, Zinedine Zidane, Rafael Benitez, dan Lopetegui.
Terakhir adalah Santiago Solari. Bukan hanya kepada pelatih, Perez juga tak pernah benar-benar memiliki rasa cinta pada pemainnya. Bahkan kepada seorang Cristiano Ronaldo. Seperti ditulis Marca, Ronaldo mengaku jika Perez hanya menganggap dia sebagai rekan bisnis.
“Perez tidak pernah melihat saya dengan cara apa pun selain sebagai bagian dari hubungan bisnis,” kata Ronaldo yang sekarang berada di Juventus. Pemain asal Portugal itu menambahkan, semua yang dia sampaikan tidak pernah dari hati.
Dia merasa selama di klub, terutama dari presiden bahwa mereka tidak lagi menganggapnya sama seperti saat kali pertama datang. Perez, kata Ronaldo, memandang dia seolah-olah tidak lagi sangat penting bagi Real Madrid.
Ronaldo juga ingin menekankan bahwa kepindahannya ke Italia tidak termotivasi secara finansial dan menjelaskan mengapa alasan sepak bola meyakinkannya bahwa Juventus adalah yang terbaik.
“Jika itu semua tentang uang, saya akan pindah ke China, di mana saya akan mendapatkan lima kali lebih banyak daripada di sini atau di Real Madrid,” kata mantan pemain Manchester United itu.
Lalu dari mana sikap Perez muncul? Jawabannya karena beberapa klub di Spanyol, termasuk Real Madrid, menggunakan sistem presidensial. Karena presiden klub dipilih melalui para socis. Anggota socis berhak menentukan pilihan mereka dalam rangkaian pemilihan umum yang digelar antara 4-6 tahun sekali.
Siapa yang akan memimpin kesebelasan ditentukan pilihan para socis ini. Selama kampanye, calon presiden akan memaparkan ambisi mereka untuk klub dari semua aspek, bisnis, keuangan, dan pemain.
Iming-iming mendatangkan pemain bintang dan pelatih besar, biasanya lebih mudah memikat para pemilik suara. Selanjutnya gelar serta kompetensi atas rival terbesar juga menjadi acuan pada para socis. Kalau sudah begitu? Wajar jika Perez terlihat kejam.
(don)