Balada Musim Ketiga Mourinho dan Hilangnya Identitas Manchester United
A
A
A
LIVERPOOL - Karier kepelatihan Jose Mourinho bersama Manchester United berada di persimpangan jalan. Penilaian itu muncul setelah Manchester United menorehkan rapor merah usai dikalahkan Liverpool 1-3 di Stadion Anfield, Senin (17/12/2018) dini hari WIB.
Sebelum pertandingan pekan 17 Liga Inggris 2018/2019 melawan Liverpool berlangsung, Mourinho berbicara tentang perlunya agresi, intensitas, dan kesederhanaan di lini tengah. Namun ketiga hal itu hampir tidak diperhatikan Mourinho ketika ia memilih untuk mencadangkan Paul Pogba.
Akibatnya, United kehilangan kemampuan untuk mengatur ritme permainan dan memilih beralih ke pola pertahanan sambil melihat momentum untuk melakukan serangan balik. Pada akhirnya, Mourinho menyederhanakan pendekatan timnya ke titik non-eksistensi dan sistem itu justru menjadi bumerang buat Setan Merah.
Skema permainan itu memudahkan Liverpool mendikte pertahanan United. Sebanyak 36 tembakan berhasil dilepaskan pemain tuan rumah sepanjang 90 menit berlangsung. Tiga di antaranya sukses mengoyak jala David de Gea.
Ini merupakan catatan minor untuk United. Pasalnya, Setan Merah kini telah kebobolan 29 gol atau satu gol lebih banyak dari musim lalu secara keseluruhan. Balada musim ketiga Mourinho semakin buruk jika berbicara tentang poin yang diraih The Reds Devils selama 17 pertandingan di kompetisi domestik.
Sejauh ini United baru mengumpulkan 26 poin dalam 17 pertandingan di Liga Inggris. Itu merupakan poin terburuk sejak musim 1990/1991. Artinya, selama berada di bawah asuhan Mourinho, United seperti kehilangan identitas sebagai klub papan atas di Eropa.
Pertanyaan pun muncul, apakah anak asuhnya telah memberikan dukungan penuh kepada pelatih berjuluk The Spesial One? "Apakah Anda menyebut pemain tidak jujur? Saya percaya mereka jujur dan Anda percaya mereka tidak jujur. Pemain sepak bola harus memberi maksimum, setiap hari, setiap menit, klub membayarnya, para penggemar menyukai mereka 24 jam sehari. Jika para pemain tidak memberikan itu, Anda menyebut mereka tidak jujur. Tapi saya tidak akan menyebut mereka seperti itu," jelas Mourinho, pasca pertandingan dikutip dari Sky Sports.
Mourinho mengklaim bahwa anak asuhnya memiliki ketenangan untuk memegang kendali selama 15 menit terakhir. Namun, hingga pertandingan usai, tim tamu gagal menyamakan kedudukan. Kegagalan mencuri tiga poin di Anfield kian menyulitkan posisi United menembus empat besar.
"Liverpool adalah tim yang lebih baik dari kami. Kami tidak dapat membandingkan fisik dan intensitas dalam permainan. Pada saat itu, mereka mencetak gol ketiga, tetapi kami memiliki banyak peluang dalam 15 menit terakhir pertandingan," pungkas Mourinho.
Sebelum pertandingan pekan 17 Liga Inggris 2018/2019 melawan Liverpool berlangsung, Mourinho berbicara tentang perlunya agresi, intensitas, dan kesederhanaan di lini tengah. Namun ketiga hal itu hampir tidak diperhatikan Mourinho ketika ia memilih untuk mencadangkan Paul Pogba.
Akibatnya, United kehilangan kemampuan untuk mengatur ritme permainan dan memilih beralih ke pola pertahanan sambil melihat momentum untuk melakukan serangan balik. Pada akhirnya, Mourinho menyederhanakan pendekatan timnya ke titik non-eksistensi dan sistem itu justru menjadi bumerang buat Setan Merah.
Skema permainan itu memudahkan Liverpool mendikte pertahanan United. Sebanyak 36 tembakan berhasil dilepaskan pemain tuan rumah sepanjang 90 menit berlangsung. Tiga di antaranya sukses mengoyak jala David de Gea.
Ini merupakan catatan minor untuk United. Pasalnya, Setan Merah kini telah kebobolan 29 gol atau satu gol lebih banyak dari musim lalu secara keseluruhan. Balada musim ketiga Mourinho semakin buruk jika berbicara tentang poin yang diraih The Reds Devils selama 17 pertandingan di kompetisi domestik.
Sejauh ini United baru mengumpulkan 26 poin dalam 17 pertandingan di Liga Inggris. Itu merupakan poin terburuk sejak musim 1990/1991. Artinya, selama berada di bawah asuhan Mourinho, United seperti kehilangan identitas sebagai klub papan atas di Eropa.
Pertanyaan pun muncul, apakah anak asuhnya telah memberikan dukungan penuh kepada pelatih berjuluk The Spesial One? "Apakah Anda menyebut pemain tidak jujur? Saya percaya mereka jujur dan Anda percaya mereka tidak jujur. Pemain sepak bola harus memberi maksimum, setiap hari, setiap menit, klub membayarnya, para penggemar menyukai mereka 24 jam sehari. Jika para pemain tidak memberikan itu, Anda menyebut mereka tidak jujur. Tapi saya tidak akan menyebut mereka seperti itu," jelas Mourinho, pasca pertandingan dikutip dari Sky Sports.
Mourinho mengklaim bahwa anak asuhnya memiliki ketenangan untuk memegang kendali selama 15 menit terakhir. Namun, hingga pertandingan usai, tim tamu gagal menyamakan kedudukan. Kegagalan mencuri tiga poin di Anfield kian menyulitkan posisi United menembus empat besar.
"Liverpool adalah tim yang lebih baik dari kami. Kami tidak dapat membandingkan fisik dan intensitas dalam permainan. Pada saat itu, mereka mencetak gol ketiga, tetapi kami memiliki banyak peluang dalam 15 menit terakhir pertandingan," pungkas Mourinho.
(sha)