Faktor Mental, Ganda Putri Gagal di Ajang Indonesia Masters
A
A
A
JAKARTA - Faktor mental dinilai menjadi masalah utama pebulutangkis nomor ganda putri Indonesia sehingga kerap gagal mempersembahkan prestasi. Pada ajang Indonesia Masters 2019 lalu, srikandi Merah Putih tidak mampu melewati babak semifinal.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu menjadi satu-satunya pasangan ganda putri Indonesia yang melaju hingga semifinal pada ajang tersebut. Sayang, mereka dihentikan wakil Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi lewat pertarungan ketat tiga set. Wakil Merah Putih lainnya, rata-rata rontok pada babak kedua.
Matsutomo/Takahashi pada akhirnya keluar sebagai juara Indonesia Masters 2019 setelah di partai final mengalahkan wakil Korea Kim So Yeong/Kong Hee Yong (Korea), dengan skor 21-19, 21-15. Kemenangan ini sekaligus mengukuhkan dominasi Jepang di sektor ganda putrid.
“Saat ini di tim putri yang masih menjadi kendala utama adalah kekuatan mental dan penekanan tujuan mereka itu apa sih ada di pelatnas? Sebagai pelatih, saya tidak henti-hentinya mengingatkan mereka soal ini, karena ini adalah salah satu faktor kekurangan dari ganda putri,” jelas Kepala Pelatih Ganda Putri Eng Hian dilansir laman PBSI.
Setelah tampil di ajang tersebut, PBSI memilih langsung menggelar team building untuk pemain ganda putri di Sukabumi, Jawa Barat, yang berakhir kemarin. Agenda ini sebelumnya absen digelar pada 2018 lalu lantaran padatnya jadwal turnamen.
“Tujuannya pertama untuk refreshing, dan ada diskusi soal target, mengenai apa yang mau dicapai di 2019. Kalau games memang sengaja untuk memperkuat teamwork, untuk melatih komunikasi sama partner, dan bagaimana bekerja sama,” ujarnya.
Dalam gathering kali ini, Eng juga berharap anggota tim semakin dekat satu sama lain. Termasuk ia dan Chafidz Yusuf (Asisten Kepala Pelatih PBSI), yang juga mendekatkan diri kepada para pemain.
“Tugas saya bagaimana bisa mendekatkan ke anak-anak, karena mereka perempuan, mungkin banyak sungkannya ke saya. Memang di ganda putri yang isinya perempuan semua, lebih banyak faktor non teknisnya,” ujar Eng.
Tak jarang ia harus terjun langsung untuk membantu para atlet dalam menyelesaikan masalah pribadi yang berpengaruh dengan konsentrasi dan penampilan mereka di lapangan.
“Saya harapkan bisa sampai begitu dan memang sudah banyak juga. Kalau mereka sudah nyaman, tugas saya untuk bantu menyelesaikan, kalau anak-anak sudah beri lampu hijau untuk saya bicara misalnya dengan orangtuanya, dengan senang hati, yang penting bagaimana mereka bisa menyelesaikan masalah dan nyaman lagi supaya bisa perform lagi,” beber Eng
Greysia Polii/Apriyani Rahayu menjadi satu-satunya pasangan ganda putri Indonesia yang melaju hingga semifinal pada ajang tersebut. Sayang, mereka dihentikan wakil Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi lewat pertarungan ketat tiga set. Wakil Merah Putih lainnya, rata-rata rontok pada babak kedua.
Matsutomo/Takahashi pada akhirnya keluar sebagai juara Indonesia Masters 2019 setelah di partai final mengalahkan wakil Korea Kim So Yeong/Kong Hee Yong (Korea), dengan skor 21-19, 21-15. Kemenangan ini sekaligus mengukuhkan dominasi Jepang di sektor ganda putrid.
“Saat ini di tim putri yang masih menjadi kendala utama adalah kekuatan mental dan penekanan tujuan mereka itu apa sih ada di pelatnas? Sebagai pelatih, saya tidak henti-hentinya mengingatkan mereka soal ini, karena ini adalah salah satu faktor kekurangan dari ganda putri,” jelas Kepala Pelatih Ganda Putri Eng Hian dilansir laman PBSI.
Setelah tampil di ajang tersebut, PBSI memilih langsung menggelar team building untuk pemain ganda putri di Sukabumi, Jawa Barat, yang berakhir kemarin. Agenda ini sebelumnya absen digelar pada 2018 lalu lantaran padatnya jadwal turnamen.
“Tujuannya pertama untuk refreshing, dan ada diskusi soal target, mengenai apa yang mau dicapai di 2019. Kalau games memang sengaja untuk memperkuat teamwork, untuk melatih komunikasi sama partner, dan bagaimana bekerja sama,” ujarnya.
Dalam gathering kali ini, Eng juga berharap anggota tim semakin dekat satu sama lain. Termasuk ia dan Chafidz Yusuf (Asisten Kepala Pelatih PBSI), yang juga mendekatkan diri kepada para pemain.
“Tugas saya bagaimana bisa mendekatkan ke anak-anak, karena mereka perempuan, mungkin banyak sungkannya ke saya. Memang di ganda putri yang isinya perempuan semua, lebih banyak faktor non teknisnya,” ujar Eng.
Tak jarang ia harus terjun langsung untuk membantu para atlet dalam menyelesaikan masalah pribadi yang berpengaruh dengan konsentrasi dan penampilan mereka di lapangan.
“Saya harapkan bisa sampai begitu dan memang sudah banyak juga. Kalau mereka sudah nyaman, tugas saya untuk bantu menyelesaikan, kalau anak-anak sudah beri lampu hijau untuk saya bicara misalnya dengan orangtuanya, dengan senang hati, yang penting bagaimana mereka bisa menyelesaikan masalah dan nyaman lagi supaya bisa perform lagi,” beber Eng
(don)