Perubahan Nama Tak Surutkan ASKI Ciptakan Karateka Berkarakter
A
A
A
JAKARTA - Perguruan Amura Karate-do Indonesia kini berganti nama menjadi Akademi Seni-Bela Diri Karate Indonesia (ASKI). Perubahan nama itu sudah disahkan saat Kongres PB Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI) di Hotel Peninsula, Jakarta, Februari lalu.
Ketua Dewan Guru ASKI Ucok Marisi Zainuddin Sihotang mengatakan, pergantian nama itu dilakukan untuk lebih mengutamakan pendidikan karate, berlandaskan pada janji karate, untuk membentuk karakter karateka unggul yang memiliki kepribadian baik dimanapun berada. Kemudian, kata seni bela diri pun disertakan, sekaligus menandakan ASKI sebagai perguruan dengan pola latihan budho.
“Namun, nama Amura tetap tidak hilang, tapi naik menjadi yayasan. Nantinya, Amura akan bertanggung jawab dengan semua kegiatan dari ASKI. Jadi jika perguruan ini menyimpang tidak bisa dilakukan,” ucap Ucok di GOR Wiladatika Cibubur.
Bahkan, dalam Rakernas ASKI di Jakarta pada Kamis (4/4/2018), diputuskan bahwa HUT ASKI akan diperingati setiap tanggal 4 April. Menurutnya, meski telah berdiri sejak 25 April 1969, kondisi Amura sebelum periode 2008, bisa dibilang mati suri.
Amura sudah ada di 27 provinsi, dengan prospek kuantitas dan kualitasnya terus berkembang. Karena itu, Ucok memandang perlu ada pergantian nama supaya gesekan atau komplain tidak terjadi di kemudian hari.
Dengan begitu, standar teknik karate menjadi penting, selain juga karate olahraga yang ditujukan untuk pertandingan. Melalui perubahan ini, Ucok berharap ASKI tidak hanya terlena dengan perkembangan karate nuansa Federasi Karate Dunia (WKF) dengan kiblat teknik Eropa. Menurutnya, ASKI harus mempertahankan standar mutu karate budho yang berafiliasi pada JKA (Japan Karate Association).
“Kita ingin mengubah paradigma mereka tidak hanya bertanding, tapi membentuk karakter sang atlet. Karena kita tidak ingin seorang atlet menjadi juara tapi tidak memiliki karakter yang baik,” kata Ucok yang juga Wakil Ketua Komisi Pembinaan dan Prestasi PB Forki.
Dengan begitu, perkembangan karate di dunia makin pesat. Untuk itulah, ASKI menggelar master camp yang dihelat di GOR Taman Wiladatika, Cibubur, 5-7 April ini. Namun, Ucok menyadari bahwa jumlah peserta tidak sebanyak pada Master Camp 2017. Ketika itu, ada sekitar 180 peserta yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia. Kini, Master Camp Amura yang kelima kalinya di lakukan itu hanya ada sekitar 70an peserta.
Meski begitu, Master Camp ini diharapkan bisa memberikan motivasi dan inovasi baru bagi karateka Indonesia, khususnya dari perguruan ASKI. Pasalnya, kegiatan ini akan fokus pada pembekalan materi yang mencakup teknik dan strategi ilmu beladiri khususnya karate.
“Jumlah peserta ini kurang karena ada berbagai faktor, salah satunya harga tiket pesawat yang mahal. Kita tidak ingin membebani para peserta,” ucap Ucok. “Jadi ASKI ini karena yayasan Amura ini adalah pendidikan. Melalui karate kita melaksanakan pendidikan, jadi kita namakan Akademi,” lanjutnya.
Yang jelas, ASKI akan terus berupaya mengembangkan kualitas karakternya. Termasuk menggelar event-nya di daerah. Bahkan, pekan lalu, ASKI DKI Jakarta juga menggelar Kejuaraan Daerah yang ditujukan untuk memberikan tambahan jam terbang bagi karatekanya agar lebih berkualitas.
Ketua Dewan Guru ASKI Ucok Marisi Zainuddin Sihotang mengatakan, pergantian nama itu dilakukan untuk lebih mengutamakan pendidikan karate, berlandaskan pada janji karate, untuk membentuk karakter karateka unggul yang memiliki kepribadian baik dimanapun berada. Kemudian, kata seni bela diri pun disertakan, sekaligus menandakan ASKI sebagai perguruan dengan pola latihan budho.
“Namun, nama Amura tetap tidak hilang, tapi naik menjadi yayasan. Nantinya, Amura akan bertanggung jawab dengan semua kegiatan dari ASKI. Jadi jika perguruan ini menyimpang tidak bisa dilakukan,” ucap Ucok di GOR Wiladatika Cibubur.
Bahkan, dalam Rakernas ASKI di Jakarta pada Kamis (4/4/2018), diputuskan bahwa HUT ASKI akan diperingati setiap tanggal 4 April. Menurutnya, meski telah berdiri sejak 25 April 1969, kondisi Amura sebelum periode 2008, bisa dibilang mati suri.
Amura sudah ada di 27 provinsi, dengan prospek kuantitas dan kualitasnya terus berkembang. Karena itu, Ucok memandang perlu ada pergantian nama supaya gesekan atau komplain tidak terjadi di kemudian hari.
Dengan begitu, standar teknik karate menjadi penting, selain juga karate olahraga yang ditujukan untuk pertandingan. Melalui perubahan ini, Ucok berharap ASKI tidak hanya terlena dengan perkembangan karate nuansa Federasi Karate Dunia (WKF) dengan kiblat teknik Eropa. Menurutnya, ASKI harus mempertahankan standar mutu karate budho yang berafiliasi pada JKA (Japan Karate Association).
“Kita ingin mengubah paradigma mereka tidak hanya bertanding, tapi membentuk karakter sang atlet. Karena kita tidak ingin seorang atlet menjadi juara tapi tidak memiliki karakter yang baik,” kata Ucok yang juga Wakil Ketua Komisi Pembinaan dan Prestasi PB Forki.
Dengan begitu, perkembangan karate di dunia makin pesat. Untuk itulah, ASKI menggelar master camp yang dihelat di GOR Taman Wiladatika, Cibubur, 5-7 April ini. Namun, Ucok menyadari bahwa jumlah peserta tidak sebanyak pada Master Camp 2017. Ketika itu, ada sekitar 180 peserta yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia. Kini, Master Camp Amura yang kelima kalinya di lakukan itu hanya ada sekitar 70an peserta.
Meski begitu, Master Camp ini diharapkan bisa memberikan motivasi dan inovasi baru bagi karateka Indonesia, khususnya dari perguruan ASKI. Pasalnya, kegiatan ini akan fokus pada pembekalan materi yang mencakup teknik dan strategi ilmu beladiri khususnya karate.
“Jumlah peserta ini kurang karena ada berbagai faktor, salah satunya harga tiket pesawat yang mahal. Kita tidak ingin membebani para peserta,” ucap Ucok. “Jadi ASKI ini karena yayasan Amura ini adalah pendidikan. Melalui karate kita melaksanakan pendidikan, jadi kita namakan Akademi,” lanjutnya.
Yang jelas, ASKI akan terus berupaya mengembangkan kualitas karakternya. Termasuk menggelar event-nya di daerah. Bahkan, pekan lalu, ASKI DKI Jakarta juga menggelar Kejuaraan Daerah yang ditujukan untuk memberikan tambahan jam terbang bagi karatekanya agar lebih berkualitas.
(bbk)