Rekam Jejak dan Dahaga Prestasi Persebaya di Piala Presiden 2019

Jum'at, 12 April 2019 - 22:56 WIB
Rekam Jejak dan Dahaga Prestasi Persebaya di Piala Presiden 2019
Rekam Jejak dan Dahaga Prestasi Persebaya di Piala Presiden 2019
A A A
MALANG - Takdir tampaknya belum mengizinkan Persebaya keluar sebagai pemenang di Piala Presiden 2019. Pada final kedua melawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan, tim berjuluk Bajol Ijo takluk dengan skor 0-2.

Dahaga gelar prestasi Persebaya di Piala Presiden pun berlanjut. Klub kebanggaan Kota Pahlawan itu lagi-lagi gagal mengangkat trofi juara setelah kalah agregat 2-4 dari Arema FC. Sebelumnya, dua kesebelasan bermain imbang 2-2 di final pertama, Selasa (9/4).

Trofi Piala Presiden 2019 awalnya sangat diperjuangkan Persebaya sebagai pemuas dahaga gelar prestasi di turnamen pramusim ini. Sekarang semua mimpi itu kembali terkubur. Telaknya, Persebaya harus menyaksikan musuh bebuyutannya mengangkat trofi pada pesta penutupan Piala Presiden 2019 di 'kandang singa'. Arema pun sukses mengguratkan sejarah sebagai tim pertama yang meraih trofi juara dua kali pada perhelatan Piala Presiden.

Berbicara mengenai perjalanan Persebaya menuju kejayaan untuk mendapatkan stempel sebagai juara baru di Piala Presiden 2019 tidaklah mudah. Delapan pertandingan harus dilewati dengan penuh perjuangan.

Panggung juara pun semakin dekat ketika Persebaya sukses menapaki kakinya di final. Namun takdir belum mengizinkan Persebaya mencium trofi Piala Presiden 2019. Kendati demikian, Amido Balde dkk setidaknya berhasil meninggalkan jejak prestasi di turnamen ini.

Sebagai Perbandingan, pada edisi pertama Piala Presiden 2015, Persebaya terhenti di perempat final usai dikalahkan Sriwijaya FC dengan agregat 1-3. Sementara edisi kedua 2017, Bajol Ijo tidak tampil.

Pada Piala Presiden 2018, Persebaya kembali terhenti di perempat final usai dikalahkan PSMS Medan dengan agregat 3-4. Tahun ini, keberadaan Persebaya di final sudah cukup untuk menggambarkan perjalanan impresif mereka di Piala Presiden 2019.

Satu hal yang menjadi catatan penting keberhasilan Persebaya tampil di final adalah loyalitas penggemar. Selama babak penyisihan grup hingga final Piala Presiden 2019, puluhan ribu Bonek seakan tak pernah lelah memberikan dukungan kepada tim kesayangannya tersebut. Bahkan sejumlah rekor pun tercipta saat Bonek hadir untuk menyaksikan laga Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT).

Dalam tiga pertandingan di perempat final, semifinal, final jumlah penonton yang hadir terus bertambah. Rekor pertama tercipta saat Bonek menyaksikan laga melawan PS Tira Persikabo di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, 29 Maret lalu. Saat itu pendukung Persebaya yang hadir sebanyak 42.230 penonton. Militansi puluhan ribu Bonek dan Bonita membuat Persebaya mendapatkan pemasukan Rp 2,1 miliar dari penjualan tiket.

Angka itu memecahkan rekor sebelumnya, yakni 29.120 penonton dalam laga PSS Sleman versus Persija Jakarta dalam penyisihan grup di stadion Maguwoharjo. Perhitungan jumlah penonton yang hadir dalam laga Persebaya makin melonjak. Rekor kembali pecah ketika Persebaya menjamu Madura United pada laga leg pertama semifinal di GBT, 3 April lalu.

Sebanyak 50 ribu penonton memenuhi GBT dan Bajol Ijo kembali mendapatkan keuntungan sebesar Rp2,5 miliar dari penjualan tiket. Catatan serupa juga tercipta pada laga final pertama di GBT, (9/4) lalu. Itu merupakan catatan terbanyak sepanjang Piala Presiden 2019.

Sutradara Terbaik

Tak hanya berbicara tentang jejak prestasi Persebaya saja. Maruarar Sirait juga bisa dikatakan sebagai sutradara terbaik dalam perhelatan Piala Presiden 2019. Menjabat sebagai Ketua Steering Committee (SC), politisi PDI Perjuangan ini sukses menyumpal para pengkritik yang sempat meragukan keberhasilan turnamen pramusim tahun ini.

Awalnya banyak yang meragukan keberhasilan Piala Presiden 2019 mengingat suhu politik di Indonesia sedang hangat lantaran adanya pemilihan umum Presiden, Wakil Presiden, dan Calon Legislatif yang digelar secara serentak pada 17 April mendatang. Tak sedikit yang mencibir bahwa penyelenggaraan turnamen pramusim ini terkesan dipaksakan.

Seiring waktu, pesta rakyat ini justru mendapatkan atensi positif dari penikmat sepak bola di Tanah Air. Buktinya, selama perhelatan Piala Presiden 2019 berlangsung, sembilan stadion yang menggelar pertandingan mulai dari babak penyisihan hingga final tak pernah sepi dari kunjungan suporter.

Ini bisa dijadikan sebagai parameter bahwa turnamen pramusim edisi keempat berjalan dengan baik. Bukti nyata bahwa keberhasilan Piala Presiden 2019 tak lepas dari koordinasi antar pihak.

Selain itu, yang patut diapresiasi dari Piala Presiden 2019 ini adalah kedewasaan para suporter selama menyaksikan pertandingan di stadion. Sebab, selama perhelatan berlangsung tidak ada gesekan antar suporter.

Sebagai contoh, perilaku suporter Persebaya maupun Arema selama menyaksikan laga final Piala Presiden 2019. Padahal jika berkaca pada rivalitas suporter dua kesebelasan, banyak catatan negatif tentang perseteruan mereka. Namun di final yang menggunakan format home dan away, mereka terlihat lebih dewasa dalam berperilaku, baik di dalam maupun di luar tribun.

Kesuksesan inilah yang harus mendapat apresiasi besar dari penikmat sepak bola di Tanah Air. Terlebih laga final yang memertemukan Persebaya versus Arema (Derby Jatim), merupakan kali pertama terjadi di final Piala Presiden bahwa dua tim yang berasal dari provinsi yang sama tampil di partai puncak.

Dengan transparansi dan fair play selama turnamen ini berlangsung, semoga ini menjadi titik awal kebangkitan sepak bola di Tanah Air.

Jejak Prestasi Persebaya di Piala Presiden 2019:


Peran Pelatih

Keberhasilan Persebaya tamoil di final Piala Presiden 2019 tak lepas dari peran pelatih Djadjang Nurdjaman. Djanur sapaan akrabnya tercatat sebagai ahli strategi pertama yang berhasil mengantarkan dua tim berbeda tampil di Piala Presiden. Sebelumnya, pria berkumis tebal asal Majalengka itu pernah membawa Persib Bandung keluar sebagai pemenang di turnamen pramusim pada 2015 lalu.

Top Skor

Baru kali ini tim yang berhasil keluar sebagai pemenang pada Piala Presiden gagal menempatkan satu pemainnya sebagai top skor. Justru, Persebaya yang sukses mengirimkan pemainnya merebut penghargaan tersebut melalui Manuchekhr Dzhalilov. Dia harus berbagi hadiah sebesar Rp150 juta dengan gelandang Persija Jakarta, Bruno Matos, lantaran sama-sama mengoleksi lima gol sepanjang turnamen pramusim ini berlangsung.

Sebagai perbandingan, sewaktu Persib Bandung (2015), Arema (2017), dan Persija Jakarta (2018) keluar sebagai pemenang di Piala Presiden. Ketiga tim yang memiliki basis suporter terbesar di Tanah Air itu sukses menempatkan satu pemainnya dalam menerima penghargaan sepatu emas alias top skor.

Pada 2015 misalnya. Zulham Zamrun keluar sebagai top skor usai membukukan enam gol selama edisi pertama Piala Presiden berlangsung. Pada edisi kedua, pencetak gol terbanyak diraih Cristian Gonzales dengan 11 gol. Perhitungan yang sama juga dicatat Marko Simic (11 gol) saat ia mengantarkan Persija Jakarta keluar sebagai juara Piala Presiden 2018.

Meski jumlah perhitungan gol pada Piala Presiden 2019 masih kalah dengan tiga edisi sebelumnya. Namun tim yang mengikuti turnamen pramusim ini berhasil mencatatkan gol lebih baik ketimbang edisi sebelumnya. Tahun ini, total 124 gol tercipta selama turnamen pramusim ini berlangsung.

Pemain Muda Terbaik

Irfan Jaya sukses menyabet trofi penghargaan serta uang sebesar Rp150 juta sebagai pemain muda terbaik selama perhelatan Piala Presiden 2019.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6449 seconds (0.1#10.140)