Man City Berjuang Hentikan Kutukan Juara Bertahan Liga Primer
A
A
A
MANCHESTER - Manchester City (Man City) sedikit lagi mematahkan kutukan juara bertahan Liga Primer. The Citizens hanya perlu memenangi tiga pertandingan tersisa untuk menjaga singgasananya. Man City enggan membiarkan Liverpool menguasai klasemen sementara Liga Primer terlalu lama.
Tim asuhan Pep Guardiola itu berhasil naik lagi ke posisi pertama secara meyakinkan, yakni memenangi Derby Manchester, Kamis (25/4). Sergio Aguero dkk berpesta di Old Trafford setelah sukses menjebol gawang Manchester United (MU) dua gol tanpa balas lewat Bernardo Silva (54) dan Leroy Sane (66). Alhasil, mereka kini memimpin satu poin dari Liverpool.
“Saya tidak merasa Liverpool akan kehilangan banyak poin. Tapi, sekarang gelar juara sudah dalam jangkauan kami. Tiga laga lagi. Kami berhasil memenangi 11 pertandingan terakhir. Apa yang telah dilakukan para pemain sejauh ini benar-benar luar biasa. Tapi, kami masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan,” ucap Guardiola dilansir skysport.
Keberhasilan mengalahkan Setan Merah sangat berarti bagi Man City. Mereka kini bisa berharap bisa menghindari nasib sial sejumlah klub yang pernah merajai Inggris. Sebab selama hampir satu dekade, tidak pernah ada lagi yang mampu menjuarai Liga Primer dua kali beruntun. MU menjadi tim terakhir yang mampu mempertahankan mahkota juara, yaitu menguasai edisi 2007/2008 dan 2008/2009.
Setelah itu, terus terjadi pergantian juara setiap musimnya. Man City bahkan pernah dua kali merasakan kutukan ini. Man City pernah menjuarai Liga Primer 2011/2012, tapi pada edisi berikutnya hanya jadi runner-up dan harus menyerahkan takhta pada MU. Mereka berkuasa lagi pada musim 2013/2014, namun kisah serupa terulang lagi pada periode selanjutnya, yakni hanya finis di urutan kedua.
“Jika kemenangan ini terjadi pada November, Desember, atau Januari, kami bisa merayakannya lebih lama, menikmatinya lebih lama. Mungkin kami bisa merayakannya untuk sesaat. Tapi, tidak lama lagi semuanya berakhir. Jadi, Anda harus kembali fokus,” ucap Guardiola.
Ucapan Guardiola memang benar. Man City harus terus fokus ke lapangan karena sekarang sudah memasuki masa krusial. Jika sekali saja terpeleset, trofi Liga Primer bukan tidak mungkin akan terbang ke Anfield markas Liverpool. Konsentrasi perlu dijaga karena Man City pernah beberapa kali kehilangan poin dari tiga laga terakhirnya selama lima musim belakangan.
Musim lalu mereka pernah bermain 0-0 kontra Huddersfield Town di Etihad Stadium. Musim 2015/2016 lebih parah, karena gagal memenangi tiga partai pamungkasnya. Saat itu Man City dikalahkan Southampton (2-4), lalu ditahan Arsenal (2-2) dan Swansea City (1-1). Artinya, meski tiga lawan tersisanya musim ini bisa dianggap lebih lemah, bukan berarti kemenangan sudah di tangan.
Selanjutnya Man City harus meladeni Burnley di Turf Moor, Minggu (28/4), karena pada kunjungan sebelumnya berbagi hasil 1-1. Setelah itu, menjamu Leicester City, Selasa (7/5), yang mana pada pertemuan sebelumnya menyerah 1-2. Terakhir Man City menghadapi Brighton & Hove Albion di The American Express Community Stadium, Minggu (12/5).
Walau tim papan bawah, tuan rumah tidak bisa dianggap remeh karena sedang berusaha keluar dari zona degradasi. Sementara bagi MU, ini menjadi tiga kekalahan beruntun di semua kompetisi. Ironisnya, The Reds Devils kembali gagal mencetak gol. Sebelumnya, tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer dipermalukan Everton 0-4 di Liga Primer dan Barcelona 3-0 di Liga Champions. Itu berarti gawang MU sudah kebobolan hingga sembilan kali.
Kekalahan ini juga membuat kans MU masuk empat besar kian menipis. Soalnya Paul Pogba dkk masih stagnan di posisi enam dengan 64 poin atau tertinggal tiga poin dari Chelsea. Kabar baiknya, Arsenal yang juga menjadi rival dikalahkan Wolverhampton Wanderers 3-1.
“Ada perbedaan kualitas. Itu sebabnya, mereka (Man City) ada di puncak dan kami tetap seperti ini. Tapi, pada laga ini Anda tidak bisa mengatakan semuanya tidak berjalan baik. Anda masih bisa melihat niat dan fokus para pemain. Kami hanya perlu berusaha lebih keras lagi,” kata Solskjaer.
Tim asuhan Pep Guardiola itu berhasil naik lagi ke posisi pertama secara meyakinkan, yakni memenangi Derby Manchester, Kamis (25/4). Sergio Aguero dkk berpesta di Old Trafford setelah sukses menjebol gawang Manchester United (MU) dua gol tanpa balas lewat Bernardo Silva (54) dan Leroy Sane (66). Alhasil, mereka kini memimpin satu poin dari Liverpool.
“Saya tidak merasa Liverpool akan kehilangan banyak poin. Tapi, sekarang gelar juara sudah dalam jangkauan kami. Tiga laga lagi. Kami berhasil memenangi 11 pertandingan terakhir. Apa yang telah dilakukan para pemain sejauh ini benar-benar luar biasa. Tapi, kami masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan,” ucap Guardiola dilansir skysport.
Keberhasilan mengalahkan Setan Merah sangat berarti bagi Man City. Mereka kini bisa berharap bisa menghindari nasib sial sejumlah klub yang pernah merajai Inggris. Sebab selama hampir satu dekade, tidak pernah ada lagi yang mampu menjuarai Liga Primer dua kali beruntun. MU menjadi tim terakhir yang mampu mempertahankan mahkota juara, yaitu menguasai edisi 2007/2008 dan 2008/2009.
Setelah itu, terus terjadi pergantian juara setiap musimnya. Man City bahkan pernah dua kali merasakan kutukan ini. Man City pernah menjuarai Liga Primer 2011/2012, tapi pada edisi berikutnya hanya jadi runner-up dan harus menyerahkan takhta pada MU. Mereka berkuasa lagi pada musim 2013/2014, namun kisah serupa terulang lagi pada periode selanjutnya, yakni hanya finis di urutan kedua.
“Jika kemenangan ini terjadi pada November, Desember, atau Januari, kami bisa merayakannya lebih lama, menikmatinya lebih lama. Mungkin kami bisa merayakannya untuk sesaat. Tapi, tidak lama lagi semuanya berakhir. Jadi, Anda harus kembali fokus,” ucap Guardiola.
Ucapan Guardiola memang benar. Man City harus terus fokus ke lapangan karena sekarang sudah memasuki masa krusial. Jika sekali saja terpeleset, trofi Liga Primer bukan tidak mungkin akan terbang ke Anfield markas Liverpool. Konsentrasi perlu dijaga karena Man City pernah beberapa kali kehilangan poin dari tiga laga terakhirnya selama lima musim belakangan.
Musim lalu mereka pernah bermain 0-0 kontra Huddersfield Town di Etihad Stadium. Musim 2015/2016 lebih parah, karena gagal memenangi tiga partai pamungkasnya. Saat itu Man City dikalahkan Southampton (2-4), lalu ditahan Arsenal (2-2) dan Swansea City (1-1). Artinya, meski tiga lawan tersisanya musim ini bisa dianggap lebih lemah, bukan berarti kemenangan sudah di tangan.
Selanjutnya Man City harus meladeni Burnley di Turf Moor, Minggu (28/4), karena pada kunjungan sebelumnya berbagi hasil 1-1. Setelah itu, menjamu Leicester City, Selasa (7/5), yang mana pada pertemuan sebelumnya menyerah 1-2. Terakhir Man City menghadapi Brighton & Hove Albion di The American Express Community Stadium, Minggu (12/5).
Walau tim papan bawah, tuan rumah tidak bisa dianggap remeh karena sedang berusaha keluar dari zona degradasi. Sementara bagi MU, ini menjadi tiga kekalahan beruntun di semua kompetisi. Ironisnya, The Reds Devils kembali gagal mencetak gol. Sebelumnya, tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer dipermalukan Everton 0-4 di Liga Primer dan Barcelona 3-0 di Liga Champions. Itu berarti gawang MU sudah kebobolan hingga sembilan kali.
Kekalahan ini juga membuat kans MU masuk empat besar kian menipis. Soalnya Paul Pogba dkk masih stagnan di posisi enam dengan 64 poin atau tertinggal tiga poin dari Chelsea. Kabar baiknya, Arsenal yang juga menjadi rival dikalahkan Wolverhampton Wanderers 3-1.
“Ada perbedaan kualitas. Itu sebabnya, mereka (Man City) ada di puncak dan kami tetap seperti ini. Tapi, pada laga ini Anda tidak bisa mengatakan semuanya tidak berjalan baik. Anda masih bisa melihat niat dan fokus para pemain. Kami hanya perlu berusaha lebih keras lagi,” kata Solskjaer.
(don)