Lawan Tak Sportif, Pelatih Ingatkan Praveen/Melati Berani Protes
A
A
A
NANNING - Duet ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mendapat sorotan dari tim pelatih Piala Sudirman Indonesia. Praveen/Melati dinilai terlalu polos dan tidak berani protes terhadap lawan yang bermain tidak fair di Piala Sudirman 2019.
Pelatih Kepala Ganda Campuran Indonesia, Richard Mainaky, tidak mempermasalahkan kekalahan Praveen/Melati saat menghadapi ganda Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock di partai kelima Grup 1B Piala Sudirman 2019. Richard merasa bahwa pada pertandingan ini, Praveen/Melati tidak kalah secara teknik permainan, namun kalah dalam mengatasi strategi nonteknis yang diterapkan lawan.Kekalahan itu membuat Indonesia hanya menang 4-1 atas Inggris di pembuka Grup 1B.
Menurut dia, jika melihat catatan rekor pertemuan sebelumnya, kedudukan memang imbang 2-2. Duo Adcock menang dalam dua pertemuan pertama di Malaysia Open 2018 dan Thailand Open 2018 dengan skor 21-18, 18-21, 21-18 dan 14-21, 21-17, 21-18. Namun pada dua pertemuan terakhir di Japan Open 2018 dan Fuzhou China Open 2018, Praveen/Melati menang straight game dengan skor 23-21, 21-18 dan 21-6, 21-16.
"Kalau lihat rekor pertemuan kan imbang, memang dari awal tidak bisa diperkirakan siapa yang menang. Di game pertama Praveen/Melati unggul tapi mereka tidak bisa mengatasi masalah nonteknis yang datang dari lawan," jelas Richard kepada Badmintonindonesia.org.
Beberapa kali pasangan Inggris meminta servis diulang dengan alasan belum siap menerima servis dan mereka sudah mengisyaratkan dengan mengangkat tangan. Richard juga menilai Duo Adcock sering mengulur waktu dengan meminta break dan mengganggu konsentrasi saat pasangan Indonesia hendak servis.
"Saya merasa pasangan Inggris bermain dengan taktik dan strategi yang kurang sportif dan merugikan kami. Mungkin Praveen/Melati yang terlalu polos atau bagaimana, mereka tidak pernah protes kepada wasit. Praveen mau servis di-breakterus, banyak cara-cara yang tidak fair, seharusnya ini menjadi perhatian wasit juga," beber Richard.
"Kekalahan ini memang tidak bisa jadi alasan, tapi tetap saja saya bilang bahwa pasangan Inggris pakai strategi yang tidak fair dan saya dengar ini terjadi juga dengan pemain lain di tim kami. Susy (Susanti, manajer tim Indonesia) juga tadi sudah sampaikan bahwa Praveen/Melati jangan terlalu polos, kalau merasa lawan tidak sportif ya harus protes ke wasit," jelas Richard.
Terlepas dari hal nonteknis ini, Richard juga mengatakan bahwa Praveen/Melati sempat lengah saat sudah memimpin perolehan skor di game pertama. Di game kedua pun Praveen/Melati unggul jauh 14-10.
"Soal ketidaksiapan antisipasi servis lawan, itu memang terjadi di game pertama. Praveen/Melati sudah coba atasi di game kedua, sudah mereka tungguin flick service lawan. Tapi lagi-lagi di poin kritis, lawan menerapkan taktik yang tidak fair menurut saya, dan ini merugikan kami," pungkas Richard.
Pelatih Kepala Ganda Campuran Indonesia, Richard Mainaky, tidak mempermasalahkan kekalahan Praveen/Melati saat menghadapi ganda Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock di partai kelima Grup 1B Piala Sudirman 2019. Richard merasa bahwa pada pertandingan ini, Praveen/Melati tidak kalah secara teknik permainan, namun kalah dalam mengatasi strategi nonteknis yang diterapkan lawan.Kekalahan itu membuat Indonesia hanya menang 4-1 atas Inggris di pembuka Grup 1B.
Menurut dia, jika melihat catatan rekor pertemuan sebelumnya, kedudukan memang imbang 2-2. Duo Adcock menang dalam dua pertemuan pertama di Malaysia Open 2018 dan Thailand Open 2018 dengan skor 21-18, 18-21, 21-18 dan 14-21, 21-17, 21-18. Namun pada dua pertemuan terakhir di Japan Open 2018 dan Fuzhou China Open 2018, Praveen/Melati menang straight game dengan skor 23-21, 21-18 dan 21-6, 21-16.
"Kalau lihat rekor pertemuan kan imbang, memang dari awal tidak bisa diperkirakan siapa yang menang. Di game pertama Praveen/Melati unggul tapi mereka tidak bisa mengatasi masalah nonteknis yang datang dari lawan," jelas Richard kepada Badmintonindonesia.org.
Beberapa kali pasangan Inggris meminta servis diulang dengan alasan belum siap menerima servis dan mereka sudah mengisyaratkan dengan mengangkat tangan. Richard juga menilai Duo Adcock sering mengulur waktu dengan meminta break dan mengganggu konsentrasi saat pasangan Indonesia hendak servis.
"Saya merasa pasangan Inggris bermain dengan taktik dan strategi yang kurang sportif dan merugikan kami. Mungkin Praveen/Melati yang terlalu polos atau bagaimana, mereka tidak pernah protes kepada wasit. Praveen mau servis di-breakterus, banyak cara-cara yang tidak fair, seharusnya ini menjadi perhatian wasit juga," beber Richard.
"Kekalahan ini memang tidak bisa jadi alasan, tapi tetap saja saya bilang bahwa pasangan Inggris pakai strategi yang tidak fair dan saya dengar ini terjadi juga dengan pemain lain di tim kami. Susy (Susanti, manajer tim Indonesia) juga tadi sudah sampaikan bahwa Praveen/Melati jangan terlalu polos, kalau merasa lawan tidak sportif ya harus protes ke wasit," jelas Richard.
Terlepas dari hal nonteknis ini, Richard juga mengatakan bahwa Praveen/Melati sempat lengah saat sudah memimpin perolehan skor di game pertama. Di game kedua pun Praveen/Melati unggul jauh 14-10.
"Soal ketidaksiapan antisipasi servis lawan, itu memang terjadi di game pertama. Praveen/Melati sudah coba atasi di game kedua, sudah mereka tungguin flick service lawan. Tapi lagi-lagi di poin kritis, lawan menerapkan taktik yang tidak fair menurut saya, dan ini merugikan kami," pungkas Richard.
(aww)