Jojo Minta Maaf Gagal Sumbang Poin, Gregoria Kurang Sabar
A
A
A
NANNING - Sektor tunggal gagal menyumbangkan angka saat Indonesia mengalahkan Taiwan 3-2 di babak perempat final Piala Sudirman 2019. Yang mengejutkan adalah kekalahan Jonatan Christie di tunggal putra.
Jojo yang diharapkan bisa menyumbangkan angka untuk Indonesia harus takluk dari Chou Tien Chen. Kekalahan Jojo pun cukup mudah 11-21, 13-21. Padahal, dari head to head,Jojo unggul atas Chou dalam lima pertemuan sebelumnya.
"Pertama-tama saya mohon maaf pada tim, saya belum bisa menyumbang poin. Jujur, saya bermain di bawah tekanan, saya tidak bisa keluar dari tekanan. Lawan bermain menekan terus, dia tidak memberi ruang buat saya untuk fight back. Di game kedua awal dia beberapa kali 'hilang', tapi dia langsung balik lagi seperti game pertama, menekan dan bikin saya lari-lari," kata Jonatan soal pertandingan seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org
Jonatan mengakui jika tidak tampil permainan terbaiknya. Dia sulit mengembangkan permainan dan tertinggal jauh dari Chou yang kini berperingkat empat dunia.
"Saat shuttlecock masih baru, lajunya cepat, tapi waktu dua-tiga pukulan, jadi melambat. Saya rasa itu strategi dia, beberapa kali dia ganti bola, saya juga kecolongan di sini. Saya kurang puas dan kecewa dengan permainan saya, apa yang sudah direncanakan, tidak bisa jalan sama sekali," tuturnya.
Jonatan juga mengatakan tak mau berpatokan pada lima kemenangan yang atas Chou sebelumnya. Menurutnya, siapa yang siap di lapangan, dia yang akan memenangkan pertandingan. Jonatan menilai, Chou kali ini lebih siap dari segi pertahanan maupun serangan.
"Saya nggak mikirin head to head, siapa yang siap yang akan menang. Chou bermain sangat siap dari defense, dari serangannya, bola ditempatkan di pojok-pojok lapangan terus. Dengan kondisi bola seperti ini, saya sudah berusaha juga untuk membuat dia lari-lari, tapi dia tidak merasa tertekan," ungkap Jonatan.
"Pertemuan terakhir kami di Asian Games 2018, sudah cukup lama. Kondisi stadion berbeda dengan di sini, Istora tidak sebesar ini, kondisi lapangan pun ada menang-kalah angin, jadi main di teknik dan strategi. Tapi kalau di sini lebih ke power dan kecepatan, itu yang saya rasa tidak bisa saya atasi," sambungnya.
Kekalahan juga dialami Gregoria Mariska Tunjung yang belum mampu menghadang Tai Tzu Ying di tunggal putri. Grego harus menyerah dua game 16-21, 14-21.
Gregoria sempat mengimbangi permainan Tai di awal game. Di game kedua, Gregoria memimpin pada interval 11-10. Beberapa kesalahan sendiri di depan net membuat Gregoria membuang kesempatan. Pertahanan Gregoria pun seringkali dibobol oleh pemain rangking satu dunia tersebut.
"Saya kurang puas sama pertandingan tadi, sama penampilan saya. Saya bisa dibilang stabil di poin-poin awal saja, sampai poin 11, saya bisa mengikuti pola main dia dan curi kesempatan untuk mematikan lawan. Tapi di poin 11 ke atas, kecepatan saya berkurang, seperti nggak bisa fokus terus-terusan, dua-tiga poin terus hilang," kata Gregoria setelah pertandingan.
"Tai pemain yang sabar, pukulannya bagus. Dia tipe pemain yang tidak langsung mematikan lawan tapi merusak posisi lawan. Mungkin saya kurang sabar waktu dia mengatur permainan, saya kurang bisa melewati," ujarnya.
"Melawan pemain nomor satu dunia, justru dari saya jadi motivasi, saya masih jauh di bawah dia. Tadi sih saya mikirnya mau ambil satu game dari dia. Dia punya pukulan atas yang halus, Tai juga punya variasi pukulan depan," ujar Gregoria.
Jojo yang diharapkan bisa menyumbangkan angka untuk Indonesia harus takluk dari Chou Tien Chen. Kekalahan Jojo pun cukup mudah 11-21, 13-21. Padahal, dari head to head,Jojo unggul atas Chou dalam lima pertemuan sebelumnya.
"Pertama-tama saya mohon maaf pada tim, saya belum bisa menyumbang poin. Jujur, saya bermain di bawah tekanan, saya tidak bisa keluar dari tekanan. Lawan bermain menekan terus, dia tidak memberi ruang buat saya untuk fight back. Di game kedua awal dia beberapa kali 'hilang', tapi dia langsung balik lagi seperti game pertama, menekan dan bikin saya lari-lari," kata Jonatan soal pertandingan seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org
Jonatan mengakui jika tidak tampil permainan terbaiknya. Dia sulit mengembangkan permainan dan tertinggal jauh dari Chou yang kini berperingkat empat dunia.
"Saat shuttlecock masih baru, lajunya cepat, tapi waktu dua-tiga pukulan, jadi melambat. Saya rasa itu strategi dia, beberapa kali dia ganti bola, saya juga kecolongan di sini. Saya kurang puas dan kecewa dengan permainan saya, apa yang sudah direncanakan, tidak bisa jalan sama sekali," tuturnya.
Jonatan juga mengatakan tak mau berpatokan pada lima kemenangan yang atas Chou sebelumnya. Menurutnya, siapa yang siap di lapangan, dia yang akan memenangkan pertandingan. Jonatan menilai, Chou kali ini lebih siap dari segi pertahanan maupun serangan.
"Saya nggak mikirin head to head, siapa yang siap yang akan menang. Chou bermain sangat siap dari defense, dari serangannya, bola ditempatkan di pojok-pojok lapangan terus. Dengan kondisi bola seperti ini, saya sudah berusaha juga untuk membuat dia lari-lari, tapi dia tidak merasa tertekan," ungkap Jonatan.
"Pertemuan terakhir kami di Asian Games 2018, sudah cukup lama. Kondisi stadion berbeda dengan di sini, Istora tidak sebesar ini, kondisi lapangan pun ada menang-kalah angin, jadi main di teknik dan strategi. Tapi kalau di sini lebih ke power dan kecepatan, itu yang saya rasa tidak bisa saya atasi," sambungnya.
Kekalahan juga dialami Gregoria Mariska Tunjung yang belum mampu menghadang Tai Tzu Ying di tunggal putri. Grego harus menyerah dua game 16-21, 14-21.
Gregoria sempat mengimbangi permainan Tai di awal game. Di game kedua, Gregoria memimpin pada interval 11-10. Beberapa kesalahan sendiri di depan net membuat Gregoria membuang kesempatan. Pertahanan Gregoria pun seringkali dibobol oleh pemain rangking satu dunia tersebut.
"Saya kurang puas sama pertandingan tadi, sama penampilan saya. Saya bisa dibilang stabil di poin-poin awal saja, sampai poin 11, saya bisa mengikuti pola main dia dan curi kesempatan untuk mematikan lawan. Tapi di poin 11 ke atas, kecepatan saya berkurang, seperti nggak bisa fokus terus-terusan, dua-tiga poin terus hilang," kata Gregoria setelah pertandingan.
"Tai pemain yang sabar, pukulannya bagus. Dia tipe pemain yang tidak langsung mematikan lawan tapi merusak posisi lawan. Mungkin saya kurang sabar waktu dia mengatur permainan, saya kurang bisa melewati," ujarnya.
"Melawan pemain nomor satu dunia, justru dari saya jadi motivasi, saya masih jauh di bawah dia. Tadi sih saya mikirnya mau ambil satu game dari dia. Dia punya pukulan atas yang halus, Tai juga punya variasi pukulan depan," ujar Gregoria.
(aww)