Memiliki Talenta Muda Berbakat, Masa depan Selecao Cerah

Selasa, 09 Juli 2019 - 08:21 WIB
Memiliki Talenta Muda...
Memiliki Talenta Muda Berbakat, Masa depan Selecao Cerah
A A A
RIO DE JANIERO - Masa depan Brasil terlihat begitu menjanjikan usai menjuarai Copa America 2019 dengan mengalahkan Peru 3-1 di Estadio Jornalista Mario Filho, Senin (8/7). Pondasi Tim berjuluk Selecao semakin kuat dengan kehadiran talenta-talenta muda potensial. Barisan menyerang menunjukkan kinerja paling impresif sepanjang Copa America 2019 yang berlangsung di kandang sendiri.

Mereka adalah Gabriel Jesus (22 tahun), Everton Sousa Soares (23 tahun), Arthur Enrique Ramos de Oliviera Melo (22 tahun), Richarlison (22 tahun) dan David Neres (22 tahun). Produktivitas mereka tergolong sangat baik, terutama Everton. Penyerang Gremio tersebut menjadi yang tersubur di Copa America 2019 dengan tiga gol. Dua gol dicetaknya di fase grup masing-masing ke gawang Bolivia dan Peru. Satu lagi disarangkan Everton ke gawang yang sama di final pada menit ke-15.

Dua gol Brasil lainnya disumbangkan Jesus (45+3) dan Richarlison (90 pen). Kegemilangan Jesus sedikt ternoda oleh aksi kurang sportif saat di kartu merah mendapatkan dua kartu kuning (30, 70). Saat berjalan ke luar lapangan penyerang Manchester City (Man City) tersebut berulah dengan memukul tempat Video Assistant Refferee (VAR) dan menendang botol minum yang berada di pinggir lapangan.

Manyadari kesalahan yang dilakukannya, Jesus menghaturkan permohona maaf kepada tim dan fans. Dia mengatakan semua itu dilakukannya karena frustasi dan kecewa. “Saya ingin meminta maaf. Saya seharusnya bisa menghindarinya. Saya juga harus belajar dari kesalahan dan tumbuh menjadi pemain lebih matang,” ungkap Jesus dilansir bbc.

Ketatnya persaingan lini depan membuat Neres harus bersabar. Tercatat, dia hanya tampil dua kali saat Brasil menghadapi Bolivia dan Venezuela di fase grup. Sedangkan kehadiran Arthur menjaga soliditas lini tengah tetap baik sepanjang turnamen meski sempat kehilangan Willian yang mengalami cedera.

Mencuatnya lima pemain tersebut membuktikan bahwa regenerasi di dalam tubuh Brasil berjalan dengan baik. Kesuksesan mereka menghantarkan Selecao menjuarai gelar Copa America untuk pertama kalinya dalam 12 tahun dan kesembilan sepanjang sejarah (1919, 1922, 1949, 1989, 1997, 1999, 2004, 2007. Dani Alves dkk kembali melanjutkan tren bagus menjadi juara sebagai tuan rumah setelah 1919,1922,1949 dan 1989.

Apiknya kinerja Brasil jelas membuat pelatih Adenor Leonardo Bacchi atau Tite puas. Itu merupakan gelar pertamanya sejak ditunjuk menangani selecao, Juni 2016, Tite perlahan mampu membangkitkan Brasil menjadi tim yang disegani, dimulai melaju ke perempat final Piala Dunia 2018 dan menjuarai Copa America 2019.

Pemilihan strategi dan komposisi skuad yang jitu membuat Brasil begitu tangguh. Selain memuji kinerja pasukannya, Tite menilai sebagai tuan rumah, Brasil sukses menyelenggarakan Copa America 2019. Juru taktik berusia 58 tahun tersebut bahkan menyemprot superstar Argentina, Lionel Messi yang sebelumnya menuding timnya dirugikan oleh keputusan kontroversial wasit dan menuding CONMEBOL melakukan korupsi.

Menurut Tite, Messi seharusnya menunjukkan rasa hormat karena seluruh elemen penyelenggara telah bekerja sangat keras dan memberikan yang terbaik demi menyukseskan Copa America 2019. “Dia (Messi) harus menunjukkan rasa hormat. Dia harus mengerti dan menerima ketika dikalahkan. Kami telah terpengaruh dalam banyak laga, bahkan di Piala Dunia. Messi memberikan tekanan karena kehebatannya sebagai pesepakbola. Tetapi, setiap orang memiliki masalah dan anda harus menghormati,”tegasnya

Suka cita Brasil berbanding terbaik dengan Peru. Tim berjuluk La Blanquirroja tersebut mengalami back to back dari Brasil di Copa America 2019. Sebelumnya, mereka dihajar 0-5 oleh tuan rumah di fase grup. Kendati gagal menambah gelar Copa America setelah 1939 dan 1975, pelatih Ricardo Gareca enggan larut dalam kekecewaan. Dia menilai Peru menunjukkan perkembangan signifikan sepanjang Copa America 2019.

Terlebih, ini merupakan kali pertama Peru kembali ke final setelah menjadi juara pada 1975. “Saya pikir, kami berada dalam bentuk yang baik. Terlepas dari kekalahan dari Brasil saya pikir kami berada di jalur yang benar. Yang terpenting adalah menyadari bahwa kami terus meningkat. Itu seharusnya membuat kami semakin kuat. Ketika kami memiliki lebih banyak pemain, kualitas kami akan semakin baik,” pungkasnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0999 seconds (0.1#10.140)