Investasi dan Obsesi Juventus demi Trofi Liga Champions
A
A
A
TURIN - Liga Champions masih menjadi obsesi tertinggi yang ingin didapatkan Juventus. Berulang kali gagal, tim berjuluk La Vecchia Signora tersebut bertekad menyudahi rasa penasarannya pada musim 2019/2010.
Investasi yang dilakukan Juve beberapa musim terakhir sebenarnya tidak main-main. Musim lalu menginvestasikan 261,5 juta euro dalam satu jendela transfer musim panas demi memboyong Cristiano Ronaldo, Joao Cancelo, Douglas Costa, dan Leonardo Bonucci, tapi gelar Liga Champ ions urung didapatkan.
Mereka terhenti di babak perempat final. Akibatnya, perombakan tidak terelakkan. Massimiliano Allegri yang mempersembahkan scudetto Serie A kedelapan berturut-turut, musim lalu digantikan oleh Maurizio Sarri. Dia dibebankan target yang sama, yakni membawa pulang trofi si kuping besar pertama kalinya sejak 1996.
Sarri pun dibekali dana segar untuk berbelanja. Sejauh ini eks pelatih SSC Napoli dan Chelsea itu telah menghabiskan 141 juta euro. Matthijs de Ligt tiba dari Ajax dengan imbalan 75 juta euro ditambah 10,5 juta euro dalam variabel.
Christian Romero 26 juta euro (Genoa), Luca Pellegrini 22 juta euro (AS Roma), dan Merih Demiral 18 juta euro (Sassuolo). Selain itu, Juve berhasil merekrut gelandang berkualitas, seperti Adrien Rabiot (Paris Saint Germain) dan Aaron Ramsey (Arsenal) secara cuma-cuma.
Bila digabung dalam lima musim terakhir, Juve telah berinvestasi sebanyak 913,5 juta euro dalam transfer, sementara mereka telah berhasil menurunkan pemain dengan imbalan total 619 juta euro. Sayangnya, gelontoran uang sebanyak itu belum cukup menghantarkan Juve untuk juara Liga Champions.
Dalam lima musim terakhir, prestasi terbaik La Vecchia Signora adalah mencapai final (2014/2015, 2016/2017), perempat final (2017/2018, 2018/ 2019), dan 16 besar (2015/2016). Statistik tersebut jelas harus memantik semangat Sarri menyudahi penantian panjang klub pada musim 2019/2020.
Membangun kekuatan tim yang solid menjadi prioritas. Maklum, De Ligt yang diklaim sebagai bek paling potensial Eropa saat ini justru melakukan gol bunuh diri saat Juve bermain 1-1 melawan Inter Milan di laga International Champions Cup (ICC), Rabu (24/7).
Kendati demikian, Sarri enggan menyalahkan individu. Dia mengatakan, Juve memang bermain di bawah level terbaiknya kontra Inter. Sarri menilai apa yang terjadi di lapangan merupakan tanggung jawab seluruh anggota tim.
"De Ligt bermain selama periode terburuk kami dalam laga melawan Inter, tetapi dia tidak memiliki tanggung jawab dalam hal itu. Seluruh anggota tim memiliki tanggung jawab sama," kata Sarri dilansir football-italia.
Obsesi besar Juve terhadap Liga Champions membuat pengeluaran mereka lebih besar bila dibandingkan para rivalnya di Seri A. Inter misalnya, tim berjuluk I Nerazzurri itu baru mengeluarkan sekitar 73 juta euro untuk memboyong Matteo Politano dari Sassuolo (20 juta euro), Eddy Salcedo dari Genoa (8 juta euro), Gabriel Brazao dari Parma (6,5 juta euro), Valentino Lazaro dari Hertha BSC (22 juta euro), Lucien Agoume dari Sochaux (4,5 juta euro), dan Andrei Radu dari Genoa (12 juta euro).
Sedangkan Diego Godin didapatkan gratis dari Atletico. Pelatih Antonio Conte menilai bergabungnya para pemain tersebut menambah kekuatan Inter. Conte bahkan menganggap timnya menunjukkan perkembangan signifikan.
Sementara klub sekota Inter, AC Milan justru lebih kecil. Sejauh ini tim berjuluk I Rossoneri tersebut baru mengeluarkan 48 juta euro untuk membeli Franck Kessie (20 juta euro), Theo Hernandez (20 juta euro), dan Rade Krunic (8 juta euro).
Pelatih Marco Giampaolo menjalankan tugas pertamanya bersama Milan saat dikalahkan Bayern Muenchen 0-1, Rabu (24/7). Walaupun kalah, Giampaolo tetap memuji semangat juang anak asuhannya.
Dia menjadikan ajang ICC sebagai kesempatan mengenal Milan lebih jauh. Pada ajang ini, Giampaolo yang menggantikan posisi Gennaro Gattuso tersebut berusaha membangun kekuatan timnya.
Investasi yang dilakukan Juve beberapa musim terakhir sebenarnya tidak main-main. Musim lalu menginvestasikan 261,5 juta euro dalam satu jendela transfer musim panas demi memboyong Cristiano Ronaldo, Joao Cancelo, Douglas Costa, dan Leonardo Bonucci, tapi gelar Liga Champ ions urung didapatkan.
Mereka terhenti di babak perempat final. Akibatnya, perombakan tidak terelakkan. Massimiliano Allegri yang mempersembahkan scudetto Serie A kedelapan berturut-turut, musim lalu digantikan oleh Maurizio Sarri. Dia dibebankan target yang sama, yakni membawa pulang trofi si kuping besar pertama kalinya sejak 1996.
Sarri pun dibekali dana segar untuk berbelanja. Sejauh ini eks pelatih SSC Napoli dan Chelsea itu telah menghabiskan 141 juta euro. Matthijs de Ligt tiba dari Ajax dengan imbalan 75 juta euro ditambah 10,5 juta euro dalam variabel.
Christian Romero 26 juta euro (Genoa), Luca Pellegrini 22 juta euro (AS Roma), dan Merih Demiral 18 juta euro (Sassuolo). Selain itu, Juve berhasil merekrut gelandang berkualitas, seperti Adrien Rabiot (Paris Saint Germain) dan Aaron Ramsey (Arsenal) secara cuma-cuma.
Bila digabung dalam lima musim terakhir, Juve telah berinvestasi sebanyak 913,5 juta euro dalam transfer, sementara mereka telah berhasil menurunkan pemain dengan imbalan total 619 juta euro. Sayangnya, gelontoran uang sebanyak itu belum cukup menghantarkan Juve untuk juara Liga Champions.
Dalam lima musim terakhir, prestasi terbaik La Vecchia Signora adalah mencapai final (2014/2015, 2016/2017), perempat final (2017/2018, 2018/ 2019), dan 16 besar (2015/2016). Statistik tersebut jelas harus memantik semangat Sarri menyudahi penantian panjang klub pada musim 2019/2020.
Membangun kekuatan tim yang solid menjadi prioritas. Maklum, De Ligt yang diklaim sebagai bek paling potensial Eropa saat ini justru melakukan gol bunuh diri saat Juve bermain 1-1 melawan Inter Milan di laga International Champions Cup (ICC), Rabu (24/7).
Kendati demikian, Sarri enggan menyalahkan individu. Dia mengatakan, Juve memang bermain di bawah level terbaiknya kontra Inter. Sarri menilai apa yang terjadi di lapangan merupakan tanggung jawab seluruh anggota tim.
"De Ligt bermain selama periode terburuk kami dalam laga melawan Inter, tetapi dia tidak memiliki tanggung jawab dalam hal itu. Seluruh anggota tim memiliki tanggung jawab sama," kata Sarri dilansir football-italia.
Obsesi besar Juve terhadap Liga Champions membuat pengeluaran mereka lebih besar bila dibandingkan para rivalnya di Seri A. Inter misalnya, tim berjuluk I Nerazzurri itu baru mengeluarkan sekitar 73 juta euro untuk memboyong Matteo Politano dari Sassuolo (20 juta euro), Eddy Salcedo dari Genoa (8 juta euro), Gabriel Brazao dari Parma (6,5 juta euro), Valentino Lazaro dari Hertha BSC (22 juta euro), Lucien Agoume dari Sochaux (4,5 juta euro), dan Andrei Radu dari Genoa (12 juta euro).
Sedangkan Diego Godin didapatkan gratis dari Atletico. Pelatih Antonio Conte menilai bergabungnya para pemain tersebut menambah kekuatan Inter. Conte bahkan menganggap timnya menunjukkan perkembangan signifikan.
Sementara klub sekota Inter, AC Milan justru lebih kecil. Sejauh ini tim berjuluk I Rossoneri tersebut baru mengeluarkan 48 juta euro untuk membeli Franck Kessie (20 juta euro), Theo Hernandez (20 juta euro), dan Rade Krunic (8 juta euro).
Pelatih Marco Giampaolo menjalankan tugas pertamanya bersama Milan saat dikalahkan Bayern Muenchen 0-1, Rabu (24/7). Walaupun kalah, Giampaolo tetap memuji semangat juang anak asuhannya.
Dia menjadikan ajang ICC sebagai kesempatan mengenal Milan lebih jauh. Pada ajang ini, Giampaolo yang menggantikan posisi Gennaro Gattuso tersebut berusaha membangun kekuatan timnya.
(sha)