Vijaya Fitriyasa Siap Kelola PSSI Lebih Transparan dan Profesional
A
A
A
JAKARTA - Vijaya Fitriyasa menilai PSSI harus dikelola secara transparan dan profesional. Keyakinan itu membuatnya siap bersaing di bursa calon ketua umum PSSI.
Dikenal sebagai pengusaha di bidang minyak dan gas, Vijaya bukan orang baru di dunia sepak bola. Pria kelahiran Jakarta 15 Oktober 1974 merupakan pemilik klub yang tercatat sebagai anggota Asprov PSSI DKI Jakarta yakni Jakarta United Football Club.
Dia juga mengakuisisi 70% saham perusahaan Persis Solo, yakni PT Persis Solo Saestu (PSS). Bersentuhan dengan dunia sepak bola membuat Vijaya berkeinginan mengubah wajah sepak bola Indonesia menjadi lebih baik.
Dalam wawancara bersama SINDOnews, Jumat (11/10/2019) pria yang menjabat chairman PT. Bintang Samudra Timur merinci program-progam yang tengah diusungnya sebagai calon Ketua Umum PSSI. Dari fenomena mafia sepak bola hingga peran media massa dalam mengawal Tim Nasional tak luput dari diskusi.
Berikut petikan wawancara SINDOnews bersama Vijaya Fitriyasa:
Apa visi dan misi Anda maju sebagai calon Ketum PSSI?
Visi saya adalah mengembalikan kepercayaan publik kepada PSSI. Kita sama-sama tahu bahwa akhir-akhir ini citra PSSI tidak begitu baik. Pertama prestasi timnas kita jeblok. Dulu kita masih bisa juara di ASEAN, sekarang kita sama negara seperti Malaysia dan Filipina kalah. Kedua, ranking FIFA kita jeblok, sekarang kita ranking 167, sama negara Palestina aja kalah. Palestina setiap hari perang, dibom sama Israel, Palestina peringkatnya 100 besar. Bisa dibayangkan betapa jauhnya prestasi sepak bola kita dengan negara konflik.
Baru-baru ini ramai isu mafia bola, mafia skor, dan terbukti beberapa pengurus PSSI baik di pusat maupun di daerah ditangkap, ini membuat citra PSSI semakin buruk. Belum lagi yang sebelumnya terjadi konflik dan dibekukan FIFA, sehingga dampaknya kepercayaan publik terhadap PSSI di bawah titik nadir. Makanya Visi saya mengembalikan kepercayaan publik. Supaya masyarakat dukung, dunia usaha mendukung, dengan sendirinya masalah keuangan PSSI bisa teratasi dengan adanya dukungan dari sponsor.
Bagaimana program konkret jika Anda terpilih?
Sebelum bicara program, saya mau bicara goal dulu. Apasih goal yang mau saya capai? Pertama saya mau memperbaiki ranking FIFA. Kenapa penting? Kalau ranking FIFA bagus, akan memudahkan pemain nasional kita main di liga-liga Eropa. Sekarang ini pemain nasional kita banyak yang skill bagus, juniornya, kurang bisa diterima di Eropa karena ranking FIFA kita rendah. Pertanyaanya, bagaimana cara untuk menaikan ranking FIFA kita, itu memang harus ada program kerja memang. Nah, program kerja kita, pertama memperbaiki kondisi timnas. Caranya kaderisasi timnas yang diperbaiki, sebenernya timnas junior udah lumayan, tapi kenapa pas masuk senior kok melempem? Karena tidak ada kesinambungan program kaderisasi pemain muda menjadi pemain senior. Harusnya yang udah dilatih di yunior, terus kontinyu ke senior. Kalau materi timnas udah diperbaiki, baru kita cari pelatih bagus. Percuma kita cari pelatih bagus dan mahal, sekelas Mourinho sekalipun, kalau materi pemain kurang, pasti gak akan bisa berprestasi.
Prestasi Timnas Indonesia merosot. Apa kelemahan Timnas menurut Anda?
Kalau kita lihat tiga penampilan terakhir, lawan Malaysia, Vietnam, UEA tadi malam, itu kita selalu kebobolan di babak kedua. Itu artinya stamina harus diperbaiki. Jadi selain skill, taktik, stamina juga penting diperbaiki. Supaya mereka sanggup main 90 menit.
Bagaimana Anda melihat kebijakan PSSI dalam naturalisasi pemain?
Pemain naturalisasi ini kita udah salah kaprah. Harusnya naturalisasi adalah pemain berdarah Indonesia, punya nenek moyang orang Indonesia, tapi main di liga bagus, seperti di Eropa. Tapi harus pemain muda berprestasi. Belanda kan punya hubungan historis, harusnya itu yang kita ambil. Bukan pemain pensiun, gak produktif kita naturalisasi. Kayak sekarang ini. Prestasi mereka udah lewat, jadi pemain naturalisasi kita sekarang mainnya nunggu.
Apakah Timnas Indonesia perlu pelatih asing?
Yang utama kita benahin materi pemain dulu. Kualitas pemain harus diperbaiki dari segi skill dan stamina. Baru setelah itu kita cari pelatih fisik untuk meningkatkan stamina. Pelatih asing diperlukan untuk meningkatkan taktik bermain, kalau materi pemain gak bagus, sehebat apa pun pelatihnya, (pemain, red) gak bisa menjalankan taktik yang diberikan pelatih. Tetep kita perlu cari pelatih yang bagus.
Ada calon lain yang menyandang jabatan publik, bagaimana pendapat Anda?
Semua pihak punya hak ikut pencalonan. Saya tidak bisa mempertanyakan pak La Nyalla, pak Iwan Bule, selama mereka bisa mengatur waktu dengan baik, antara tugas kenegaraan sebagai Ketua DPD dan pak Iwan Bule sebagai Sestama Lemhanas, bisa mengatur dengan baik sebagai ketua PSSI, saya tidak ada masalah. Tapi kasi kesempatan lah ke anak muda.
Jika terpilih, bagaimana Anda merangkul PSSI Pers?
Peranan media kan saat ini strategis, karena bisa membentuk opini positif dan negatif. Media juga bisa jadu sarana menggalang dukungan publik. Salah satu program saya adalah membangun ekosistem sepak bola nasional. Jadi ekosistem sepak bola nasional ada yang namanya PSSI sebagai regulator, Asprov di level provinsi, ada pemain, ada wasit, ada suporter, ada media yang memberitakan. Masing-masing peran harus diberdayakan. Namanya ekosistem tidak bisa saling menghilangkan, atau salah satu lebih kuat, harus ada keseimbangan. Kalau saya terpilih sebagai Ketua PSSI, komunikasi antara PSSI dan media bisa lebih baik. Kemudian PSSI akan lebih transparan kepada media terkait pengelolaan manajemen dan keuangan PSSI. Misalnya setiap tahun keuangan PSSI diaudit, dan setiap tahun dirilis ke publik melalui media massa. Sehingga masyarakat bisa tahu. PSSI terima uang setiap tahun berapa sih? Pengeluarannya berapa? Bener gak PSSI punya utang? Banyak publik gak tau. Yang terjadi saling curiga, akhirnya beredar rumor. Saya ingin membangun PSSI sebagai GCG, Good Corporate Governance.
Dikenal sebagai pengusaha di bidang minyak dan gas, Vijaya bukan orang baru di dunia sepak bola. Pria kelahiran Jakarta 15 Oktober 1974 merupakan pemilik klub yang tercatat sebagai anggota Asprov PSSI DKI Jakarta yakni Jakarta United Football Club.
Dia juga mengakuisisi 70% saham perusahaan Persis Solo, yakni PT Persis Solo Saestu (PSS). Bersentuhan dengan dunia sepak bola membuat Vijaya berkeinginan mengubah wajah sepak bola Indonesia menjadi lebih baik.
Dalam wawancara bersama SINDOnews, Jumat (11/10/2019) pria yang menjabat chairman PT. Bintang Samudra Timur merinci program-progam yang tengah diusungnya sebagai calon Ketua Umum PSSI. Dari fenomena mafia sepak bola hingga peran media massa dalam mengawal Tim Nasional tak luput dari diskusi.
Berikut petikan wawancara SINDOnews bersama Vijaya Fitriyasa:
Apa visi dan misi Anda maju sebagai calon Ketum PSSI?
Visi saya adalah mengembalikan kepercayaan publik kepada PSSI. Kita sama-sama tahu bahwa akhir-akhir ini citra PSSI tidak begitu baik. Pertama prestasi timnas kita jeblok. Dulu kita masih bisa juara di ASEAN, sekarang kita sama negara seperti Malaysia dan Filipina kalah. Kedua, ranking FIFA kita jeblok, sekarang kita ranking 167, sama negara Palestina aja kalah. Palestina setiap hari perang, dibom sama Israel, Palestina peringkatnya 100 besar. Bisa dibayangkan betapa jauhnya prestasi sepak bola kita dengan negara konflik.
Baru-baru ini ramai isu mafia bola, mafia skor, dan terbukti beberapa pengurus PSSI baik di pusat maupun di daerah ditangkap, ini membuat citra PSSI semakin buruk. Belum lagi yang sebelumnya terjadi konflik dan dibekukan FIFA, sehingga dampaknya kepercayaan publik terhadap PSSI di bawah titik nadir. Makanya Visi saya mengembalikan kepercayaan publik. Supaya masyarakat dukung, dunia usaha mendukung, dengan sendirinya masalah keuangan PSSI bisa teratasi dengan adanya dukungan dari sponsor.
Bagaimana program konkret jika Anda terpilih?
Sebelum bicara program, saya mau bicara goal dulu. Apasih goal yang mau saya capai? Pertama saya mau memperbaiki ranking FIFA. Kenapa penting? Kalau ranking FIFA bagus, akan memudahkan pemain nasional kita main di liga-liga Eropa. Sekarang ini pemain nasional kita banyak yang skill bagus, juniornya, kurang bisa diterima di Eropa karena ranking FIFA kita rendah. Pertanyaanya, bagaimana cara untuk menaikan ranking FIFA kita, itu memang harus ada program kerja memang. Nah, program kerja kita, pertama memperbaiki kondisi timnas. Caranya kaderisasi timnas yang diperbaiki, sebenernya timnas junior udah lumayan, tapi kenapa pas masuk senior kok melempem? Karena tidak ada kesinambungan program kaderisasi pemain muda menjadi pemain senior. Harusnya yang udah dilatih di yunior, terus kontinyu ke senior. Kalau materi timnas udah diperbaiki, baru kita cari pelatih bagus. Percuma kita cari pelatih bagus dan mahal, sekelas Mourinho sekalipun, kalau materi pemain kurang, pasti gak akan bisa berprestasi.
Prestasi Timnas Indonesia merosot. Apa kelemahan Timnas menurut Anda?
Kalau kita lihat tiga penampilan terakhir, lawan Malaysia, Vietnam, UEA tadi malam, itu kita selalu kebobolan di babak kedua. Itu artinya stamina harus diperbaiki. Jadi selain skill, taktik, stamina juga penting diperbaiki. Supaya mereka sanggup main 90 menit.
Bagaimana Anda melihat kebijakan PSSI dalam naturalisasi pemain?
Pemain naturalisasi ini kita udah salah kaprah. Harusnya naturalisasi adalah pemain berdarah Indonesia, punya nenek moyang orang Indonesia, tapi main di liga bagus, seperti di Eropa. Tapi harus pemain muda berprestasi. Belanda kan punya hubungan historis, harusnya itu yang kita ambil. Bukan pemain pensiun, gak produktif kita naturalisasi. Kayak sekarang ini. Prestasi mereka udah lewat, jadi pemain naturalisasi kita sekarang mainnya nunggu.
Apakah Timnas Indonesia perlu pelatih asing?
Yang utama kita benahin materi pemain dulu. Kualitas pemain harus diperbaiki dari segi skill dan stamina. Baru setelah itu kita cari pelatih fisik untuk meningkatkan stamina. Pelatih asing diperlukan untuk meningkatkan taktik bermain, kalau materi pemain gak bagus, sehebat apa pun pelatihnya, (pemain, red) gak bisa menjalankan taktik yang diberikan pelatih. Tetep kita perlu cari pelatih yang bagus.
Ada calon lain yang menyandang jabatan publik, bagaimana pendapat Anda?
Semua pihak punya hak ikut pencalonan. Saya tidak bisa mempertanyakan pak La Nyalla, pak Iwan Bule, selama mereka bisa mengatur waktu dengan baik, antara tugas kenegaraan sebagai Ketua DPD dan pak Iwan Bule sebagai Sestama Lemhanas, bisa mengatur dengan baik sebagai ketua PSSI, saya tidak ada masalah. Tapi kasi kesempatan lah ke anak muda.
Jika terpilih, bagaimana Anda merangkul PSSI Pers?
Peranan media kan saat ini strategis, karena bisa membentuk opini positif dan negatif. Media juga bisa jadu sarana menggalang dukungan publik. Salah satu program saya adalah membangun ekosistem sepak bola nasional. Jadi ekosistem sepak bola nasional ada yang namanya PSSI sebagai regulator, Asprov di level provinsi, ada pemain, ada wasit, ada suporter, ada media yang memberitakan. Masing-masing peran harus diberdayakan. Namanya ekosistem tidak bisa saling menghilangkan, atau salah satu lebih kuat, harus ada keseimbangan. Kalau saya terpilih sebagai Ketua PSSI, komunikasi antara PSSI dan media bisa lebih baik. Kemudian PSSI akan lebih transparan kepada media terkait pengelolaan manajemen dan keuangan PSSI. Misalnya setiap tahun keuangan PSSI diaudit, dan setiap tahun dirilis ke publik melalui media massa. Sehingga masyarakat bisa tahu. PSSI terima uang setiap tahun berapa sih? Pengeluarannya berapa? Bener gak PSSI punya utang? Banyak publik gak tau. Yang terjadi saling curiga, akhirnya beredar rumor. Saya ingin membangun PSSI sebagai GCG, Good Corporate Governance.
(sha)