Amburadulnya Kesiapan Filipina Jadi Tuan Rumah SEA Games 2019
A
A
A
MANILA - Ketika Filipina diumumkan sebagai tuan rumah SEA Games 2019, masyarakat Negeri Lumbung Padi itu menyambut positif. Pasalnya, dalam sejarah pesta olahraga Asia Tenggara mereka tercatat telah menjadi tuan rumah sebanyak empat kali.
Tapi sorak-sorai masyarakat Filipina dalam sekejap berubah menjadi hal yang sangat menyedihkan. Ini berkaitan dengan kesiapan panitia penyelenggara SEA Games 2019 (PHISGOC) dalam memberikan pelayanan dan fasilitas buat negara peserta di event dua tahunan ini.
Penilaian amburadul mulai bermunculan dari beberapa media di Asia Tenggara dan ini terjadi jelang empat hari sebelum pembukaan SEA Games 2019. Sudah banyak bukti berseliweran tentang ketidaksiapan PHISGOC dalam memberikan pelayanan dan fasilitas, baik untuk atlet, tim ofisial, maupun awak media yang meliput hajatan dua tahunan tersebut.
Salah satu hal yang mendapat sorotan tajam adalah tempat konferensi pers. Pemilik akun Instagram (mwv.mystic) ikut mengomentari ketidaksiapan Filipina sebagai tuan rumah SEA Games 2019.
Dalam Instastory, pemilik akun tersebut menulis bahwa Filipina tidak serius dan tidak siap menjadi tuan rumah pesta olahraga dua tahunan. Hal ini diperlihatkan dengan carut marutnya fasilitas dan pelayanan terhadap atlet. Mulai dari atlet yang terlantar di bandara tanpa kejelasan hingga kamar hotel yang kurang memadai.
"Kemarin, hastag twitter #seagames2019fail trending di dunia maya setelah sebuah video dan beberapa foto yang menunjukkan lokasi diadakannya konferensi pers seputar sea games tersebut. Lokasi konferensi pers yang tepatnya berada di media center dalam kawasan Rizal Memorial Stadium ini layaknya bangunan semi permanen yang tidak lagi siap. Bahkan saat konferensi akan diadakan, masih ada beberapa pekerja bangunan yang mengerjakan pekerjaannya disana. Tidak ada cat dinding atau lampu yang layak. Bahkan banyak netizen indonesia yg mengatakan lebih mirip penyuluhan KKN atau Rapat pemilihan kepala dusun lengkap dengan kursi plastik hajatan."
Itu mungkin fakta terbaru yang terungkap dari ketidaksiapan Filipina sebagai tuan rumah. Namun demikian, jauh sebelumnya Filipina sudah mengundang perhatian terkait penyelenggaraan ini.
Berikut Bukti Amburadulnya Filipina sebagai Tuan Rumah SEA Games 2019:
1. Logo
Hal pertama yang mengundang perhatian adalah logo. Logo biasanya dibuat dengan berbentuk lingkaran yang mewakili setiap negara yang berpartisipasi di SEA Games. Namun, desain logo tersebut justru memancing orang untuk memberikan komentar pedas.
Logo dan slogan "We Win As One" itu jadi candaan banyak pihak. Salah satunya yang diunggah pemilik akun Twitter hey adora / ig:eunicknobe (@Eunickorn) dan Brokehampton (@aiansalaysay)
2. Maskot
Tak hanya logo yang menuai kritikan. Maskot yang dijuluki Pami juga terkena imbasnya. Pami yang dalam kata Filipina "Pamilya" yang berarti keluarga
3. Kuali
Salah satu pembahasan yang tak kalah seru berkaitan tentang pembiayaan kaldron atau kuali besar tempat menampung api SEA Games 2019. Menurut laporan Mashable, Selasa (26/11/2019), kaldron berukuran 50 meter di NCC Athletic Stadium itu memakan biaya sekitar PHP 50 sampai 55 juta atau setara 13 hingga 15 miliar rupiah.
Tapi sorak-sorai masyarakat Filipina dalam sekejap berubah menjadi hal yang sangat menyedihkan. Ini berkaitan dengan kesiapan panitia penyelenggara SEA Games 2019 (PHISGOC) dalam memberikan pelayanan dan fasilitas buat negara peserta di event dua tahunan ini.
Penilaian amburadul mulai bermunculan dari beberapa media di Asia Tenggara dan ini terjadi jelang empat hari sebelum pembukaan SEA Games 2019. Sudah banyak bukti berseliweran tentang ketidaksiapan PHISGOC dalam memberikan pelayanan dan fasilitas, baik untuk atlet, tim ofisial, maupun awak media yang meliput hajatan dua tahunan tersebut.
Salah satu hal yang mendapat sorotan tajam adalah tempat konferensi pers. Pemilik akun Instagram (mwv.mystic) ikut mengomentari ketidaksiapan Filipina sebagai tuan rumah SEA Games 2019.
Dalam Instastory, pemilik akun tersebut menulis bahwa Filipina tidak serius dan tidak siap menjadi tuan rumah pesta olahraga dua tahunan. Hal ini diperlihatkan dengan carut marutnya fasilitas dan pelayanan terhadap atlet. Mulai dari atlet yang terlantar di bandara tanpa kejelasan hingga kamar hotel yang kurang memadai.
"Kemarin, hastag twitter #seagames2019fail trending di dunia maya setelah sebuah video dan beberapa foto yang menunjukkan lokasi diadakannya konferensi pers seputar sea games tersebut. Lokasi konferensi pers yang tepatnya berada di media center dalam kawasan Rizal Memorial Stadium ini layaknya bangunan semi permanen yang tidak lagi siap. Bahkan saat konferensi akan diadakan, masih ada beberapa pekerja bangunan yang mengerjakan pekerjaannya disana. Tidak ada cat dinding atau lampu yang layak. Bahkan banyak netizen indonesia yg mengatakan lebih mirip penyuluhan KKN atau Rapat pemilihan kepala dusun lengkap dengan kursi plastik hajatan."
Itu mungkin fakta terbaru yang terungkap dari ketidaksiapan Filipina sebagai tuan rumah. Namun demikian, jauh sebelumnya Filipina sudah mengundang perhatian terkait penyelenggaraan ini.
Berikut Bukti Amburadulnya Filipina sebagai Tuan Rumah SEA Games 2019:
1. Logo
Hal pertama yang mengundang perhatian adalah logo. Logo biasanya dibuat dengan berbentuk lingkaran yang mewakili setiap negara yang berpartisipasi di SEA Games. Namun, desain logo tersebut justru memancing orang untuk memberikan komentar pedas.
Logo dan slogan "We Win As One" itu jadi candaan banyak pihak. Salah satunya yang diunggah pemilik akun Twitter hey adora / ig:eunicknobe (@Eunickorn) dan Brokehampton (@aiansalaysay)
2. Maskot
Tak hanya logo yang menuai kritikan. Maskot yang dijuluki Pami juga terkena imbasnya. Pami yang dalam kata Filipina "Pamilya" yang berarti keluarga
3. Kuali
Salah satu pembahasan yang tak kalah seru berkaitan tentang pembiayaan kaldron atau kuali besar tempat menampung api SEA Games 2019. Menurut laporan Mashable, Selasa (26/11/2019), kaldron berukuran 50 meter di NCC Athletic Stadium itu memakan biaya sekitar PHP 50 sampai 55 juta atau setara 13 hingga 15 miliar rupiah.
(bbk)