Derita Atlet Skateboard Indonesia, Banyak Prestasi Minim Atensi

Rabu, 11 Maret 2020 - 12:05 WIB
Derita Atlet Skateboard Indonesia, Banyak Prestasi Minim Atensi
Derita Atlet Skateboard Indonesia, Banyak Prestasi Minim Atensi
A A A
JAKARTA - Nasib miris dialami atlet dan penggiat skateboard Indonesia. Kurangnya perhatian dan fasilitas memaksa mereka berjuang sendiri. Padahal, cabang olahraga (cabor) ini mampu menyumbang sejumlah medali saat Asian Games 2018.

Saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia memasukan skateboarding sebagai salah satu cabor dengan menurunkan enam atlet, yakni empat putra dan dua putri. Hasilnya empat medali berhasil diraih, yaitu dua perak dan dua perunggu.

Setelah itu, cabor skateboard seperti terlupakan. Kurangnya perhatian dan fasilitas menjadi persoalan yang sampai saat ini terus terjadi. Ini memaksa semua yang terlibat harus berjuang sendiri untuk mengharumkan Indonesia.

”Indonesia dari segi prestasi sebenarnya bukan hanya di Asian Games kemarin (2018). Tapi, kami dari tahun 1995 sudah kirim atlet ke luar negeri. Ikut kompetisi XGames dan beberapa kompetisi internasional,” ungkap pemerhati skateboard, Didi Arifin, kepada media.

Berdasarkan pengalamannya, Didi menilai satu-satunya kekurangan atlet Indonesia adalah belum ditopang dengan infrastruktur skateboard yang memadai. “Kita nggak punya (sarana memadai) saja masih bisa berprestasi,” ucapnya.

Lemahnya infrastruktur itu lalu merembet pada persoalan lain, yaitu kurang optimalnya pembinaan dan pelatihan para atlet. “Sayangnya juga pengurus dari olahraga ini tidak memperhatikan hal ini. Saat Asian Games baru sibuk. Sudah dekat event baru cari-cari atlet. Harusnya nggak begitu,” tegasnya.

Didi melihat skateboard sudah menjadi industri, termasuk di Indonesia. Hanya saja, sejauh ini masih terpusat di Bali yang memiliki sekitar 10 skatepark (arena bermain skateboard) yang melibatkan sejumlah sponsor terkait.

”Atlet pro dan semi pro di Indonesia banyak yang ke Bali. Timpang sekali dengan di (pulau) Jawa yang rata-rata bikin sendiri alatnya. Di Jakarta sebenarnya sudah dibuatkan di Kalijodo. Tapi, entah kenapa tidak ada perawatan berikutnya dari pemerintah,” tandas Didi.

Sementara itu, Ketua Komunitas Indonesia Skateboard (KIS) Tony Adam Cahya mengatakan rencana skateboard masuk dalam salah satu cabang di Olimpade 2020 adalah angin segar bagi atlet Indonesia. Tapi, sekaligus jadi pengingat pentingnya untuk segera menata pengurusan olahraga tersebut.

”Sarana prasarana kita termasuk pelatihan itu bisa dibilang tidak ada. Skatepark ada tapi belum mencapai standar,” jelasnya.

KIS yang membawahi 18 provinsi pengurus daerah melihat cukup banyak kenyataan sulit yang harus dihadapi cabor ini. ”Cukup berat juga, saya sebagai ketuanya. Dari olahraga jalanan yang tidak tahu birokrasi, akhirnya kami mulai banyak belajar dari sana,” ucapnya.

Padahal momentum Indonesia sebagai salah satu negara potensial dari cabang olahraga skateboard sudah terbentuk. Terutama pada Asian Games 2018 yang untuk kali pertama memertandingkan olah raga ini.

Saat itu, Olympic Council of Asia (OCA) meminta tambahan satu cabor yaitu Roller Sports (skateboard dan roller skate) pada Asian Games 2018 yang akhirnya menggenapi menjadi 40 cabor. OCA menilai cabor itu harus dipertandingkan karena rencananya juga akan ditampilkan di Olimpiade Tokyo 2020.

Selain saat Asian Games 2018, cabor skateboard juga menyumbang sejumlah medali bagi Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina, termasuk emas yang diraih Sanggoe Dharma Tanjung.
(mir)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5151 seconds (0.1#10.140)