Federasi Sepak Bola Italia Berharap Seri A Bisa Dilanjutkan 3 Mei
A
A
A
ROMA - Federasi-Federasi Eropa tengah menempuh berbagai cara untuk menyelesaikan kompetisi yang terhenti sementara waktu akibat pandemi Covid-19. Keseriusan itu diperlihatkan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Mereka memastikan akan menyelesaikan kompetisi musim 2019/2020 demi membangun harapan di tengah pandemi corona.
Seri A adalah Kompetisi Eropa pertama yang ditangguhkan akibat pandemi Covid-19, yang kemudian diikuti lima kompetisi besar lainnya di Eropa, Liga Champions, Liga Europa, dan bahkan Piala Eropa 2020. Namun, situasi sulit rupanya tidak pernah melunturkan optimisme Italia.
Presiden FIGC Gabriele Gravina mengonfirmasi harapannya bahwa Seri A bisa dilanjutkan pada 3 Mei mendatang. Gravina mengatakan pihaknya akan berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikan kompetisi tanpa mengesampingkan keikutsertaan klub-klub Seri A di Kompetisi Eropa seperti Liga Champions, Liga Europa, dan Coppa Italia di mana pemenangnya berhak melaju ke Kompetisi Eropa dan kualifikasi Piala Eropa.
Seperti diketahui, 26 pertandingan sisa Seri A sudah dimainkan, selain dari beberapa tim seperti Inter Milan dan Atalanta baru bermain 25 pertandingan. Bukan hanya Seri A, Liga Champions dan Liga Europa serta Coppa Italia juga tidak kalah penting. Hanya leg pertama semifinal Inter versus Napoli dan Milan melawan Juventus yang baru dimainkan.
Opsi yang berbeda bakal disiapkan terutama jika krisis akibat Covid-19 berlangsung lebih lama. “Kami sudah mulai meletakkan kalender yang bisa dimulai pada 3 Mei hingga 30 Juni. Mungkin, ini juga bisa berarti menghabiskan beberapa hari di bulan Juli sehingga kami bertanya kepada pihak berwenang di negara kami, bersama dengan UEFA dan FIFA. Kami akan mempertimbangkan dengan jelas dan matang,” ungkap Gravina, dilansir football-italia.net.
Gravina mengatakan keyakinan melanjutkan kompetisi pada 3 Mei hingga selesai harus dipelihara. Lagi pula, ada juga pertimbangan keuangan defisit 700 juta euro jika Seri A tidak diselesaikan. Namun, yang terpenting, Gravina menegaskan melalui olahraga, FIGC ingin memberikan kesan positif, khususnya kepada rakyat Italia yang saat ini terkena wabah Covid-19 agar tetap bersemangat hingga keadaan kembali kondusif.
“Saya bahkan tidak pernah mempertimbangkan mengakhiri musim di sini. Karena, itu akan menghilangkan harapan fans dan mengirim pesan negatif. Saya memperhatikan dinamika olahraga, ekonomi, dan sosial disertai dengan rasa optimisme. Olahraga dan sepak bola khususnya mewakili secercah harapan bahwa kita dapat kembali hidup normal,” tandas Gravina.
Semangat yang sama ditunjukkan otoritas Primera Liga. Presiden Javier Tebas menuturkan bahwa Primera Liga diharapkan bisa kembali bergulir di bulan Mei. Rencana tersebut sedang dipersiapkan secara seksama.
Mengenai kemungkinan pertandingan digelar tertutup, Tebas menuturkan hal itu tergantung pada otoritas kesehatan di setiap negara. “Rencananya adalah untuk dapat melanjutkan semua Kompetisi Eropa, termasuk Primera Liga pada pertengahan Mei. Ini akan tergantung pada bagaimana pandemi Covid-19 berkembang. Bisa saja sebelumnya, tapi itu adalah tanggal yang kami pikirkan untuk bisa melanjutkan,” ujar Tebas.
Primera Liga sedang bertarung dengan Covid-19. Saat klub-klub melaporkan adanya kasus Covid-19, Real Valladolid justru menolak dilakukan tes. David Espinar, Direktur Kabinet Kepresidenan Valladolid, mengatakan sejauh ini seluruh anggota skuad dan staf berada dalam kondisi baik sehingga tidak perlu dilakukan tes Covid-19.
“Tidak ada pemain yang menunjukkan gejala dan kami pikir ada tim atau kelompok yang akan mendapat manfaat dari tes jauh lebih banyak. Mereka yang membutuhkan harus diprioritaskan” kata Espinar.
Langkah Valladolid mendapatkan dukungan dari Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol Luis Rubiales. Dia menyebut Primera Liga tidak bertanggung jawab dan sama sekali tidak patriotik karena menguji pemain lantaran Covid-19.
Rubiales mengatakan, tes harus digunakan kepada orang lain yang jelas lebih berisiko sehingga para pemain yang tidak mengalami gejala parah tidak perlu menjalani tes. “Tampaknya tidak bertanggung jawab dan tidak pada tempatnya. Negara memiliki pasien dan mengetahui bahwa nyawa banyak orang dipertaruhkan. Tapi, tes sedang digunakan di Primera Liga ketika ada orang yang membutuhkan. Jika Anda memiliki gejala yang parah, itu adalah orang yang membutuhkan tes. Seorang pemain sepak bola tidak membutuhkannya,” tandas Rubiales. (Alimansyah)
Seri A adalah Kompetisi Eropa pertama yang ditangguhkan akibat pandemi Covid-19, yang kemudian diikuti lima kompetisi besar lainnya di Eropa, Liga Champions, Liga Europa, dan bahkan Piala Eropa 2020. Namun, situasi sulit rupanya tidak pernah melunturkan optimisme Italia.
Presiden FIGC Gabriele Gravina mengonfirmasi harapannya bahwa Seri A bisa dilanjutkan pada 3 Mei mendatang. Gravina mengatakan pihaknya akan berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikan kompetisi tanpa mengesampingkan keikutsertaan klub-klub Seri A di Kompetisi Eropa seperti Liga Champions, Liga Europa, dan Coppa Italia di mana pemenangnya berhak melaju ke Kompetisi Eropa dan kualifikasi Piala Eropa.
Seperti diketahui, 26 pertandingan sisa Seri A sudah dimainkan, selain dari beberapa tim seperti Inter Milan dan Atalanta baru bermain 25 pertandingan. Bukan hanya Seri A, Liga Champions dan Liga Europa serta Coppa Italia juga tidak kalah penting. Hanya leg pertama semifinal Inter versus Napoli dan Milan melawan Juventus yang baru dimainkan.
Opsi yang berbeda bakal disiapkan terutama jika krisis akibat Covid-19 berlangsung lebih lama. “Kami sudah mulai meletakkan kalender yang bisa dimulai pada 3 Mei hingga 30 Juni. Mungkin, ini juga bisa berarti menghabiskan beberapa hari di bulan Juli sehingga kami bertanya kepada pihak berwenang di negara kami, bersama dengan UEFA dan FIFA. Kami akan mempertimbangkan dengan jelas dan matang,” ungkap Gravina, dilansir football-italia.net.
Gravina mengatakan keyakinan melanjutkan kompetisi pada 3 Mei hingga selesai harus dipelihara. Lagi pula, ada juga pertimbangan keuangan defisit 700 juta euro jika Seri A tidak diselesaikan. Namun, yang terpenting, Gravina menegaskan melalui olahraga, FIGC ingin memberikan kesan positif, khususnya kepada rakyat Italia yang saat ini terkena wabah Covid-19 agar tetap bersemangat hingga keadaan kembali kondusif.
“Saya bahkan tidak pernah mempertimbangkan mengakhiri musim di sini. Karena, itu akan menghilangkan harapan fans dan mengirim pesan negatif. Saya memperhatikan dinamika olahraga, ekonomi, dan sosial disertai dengan rasa optimisme. Olahraga dan sepak bola khususnya mewakili secercah harapan bahwa kita dapat kembali hidup normal,” tandas Gravina.
Semangat yang sama ditunjukkan otoritas Primera Liga. Presiden Javier Tebas menuturkan bahwa Primera Liga diharapkan bisa kembali bergulir di bulan Mei. Rencana tersebut sedang dipersiapkan secara seksama.
Mengenai kemungkinan pertandingan digelar tertutup, Tebas menuturkan hal itu tergantung pada otoritas kesehatan di setiap negara. “Rencananya adalah untuk dapat melanjutkan semua Kompetisi Eropa, termasuk Primera Liga pada pertengahan Mei. Ini akan tergantung pada bagaimana pandemi Covid-19 berkembang. Bisa saja sebelumnya, tapi itu adalah tanggal yang kami pikirkan untuk bisa melanjutkan,” ujar Tebas.
Primera Liga sedang bertarung dengan Covid-19. Saat klub-klub melaporkan adanya kasus Covid-19, Real Valladolid justru menolak dilakukan tes. David Espinar, Direktur Kabinet Kepresidenan Valladolid, mengatakan sejauh ini seluruh anggota skuad dan staf berada dalam kondisi baik sehingga tidak perlu dilakukan tes Covid-19.
“Tidak ada pemain yang menunjukkan gejala dan kami pikir ada tim atau kelompok yang akan mendapat manfaat dari tes jauh lebih banyak. Mereka yang membutuhkan harus diprioritaskan” kata Espinar.
Langkah Valladolid mendapatkan dukungan dari Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol Luis Rubiales. Dia menyebut Primera Liga tidak bertanggung jawab dan sama sekali tidak patriotik karena menguji pemain lantaran Covid-19.
Rubiales mengatakan, tes harus digunakan kepada orang lain yang jelas lebih berisiko sehingga para pemain yang tidak mengalami gejala parah tidak perlu menjalani tes. “Tampaknya tidak bertanggung jawab dan tidak pada tempatnya. Negara memiliki pasien dan mengetahui bahwa nyawa banyak orang dipertaruhkan. Tapi, tes sedang digunakan di Primera Liga ketika ada orang yang membutuhkan. Jika Anda memiliki gejala yang parah, itu adalah orang yang membutuhkan tes. Seorang pemain sepak bola tidak membutuhkannya,” tandas Rubiales. (Alimansyah)
(ysw)