Pemotongan Gaji Bukan Prioritas di Liga Italia

Sabtu, 04 April 2020 - 12:36 WIB
Pemotongan Gaji Bukan Prioritas di Liga Italia
Pemotongan Gaji Bukan Prioritas di Liga Italia
A A A
ROMA - Di saat Kompetisi Eropa berupaya mendesak klub melakukan pemotongan gaji para pemainnya, Italia justru tidak menjadikannya prioritas. Asosiasi Pemain Italia (AIC) lebih fokus membereskan hal lain yang lebih penting, terutama kontrak pemain.

Presiden AIC Damiano Tommasi mengatakan ada lebih banyak masalah yang harus dipertimbangkan. Jika Seri A berlanjut pada atau setelah 20 Mei, itu berarti kompetisi bergulir setelah kontrak pemain berakhir pada 30 Juni. “Untuk bermain di musim panas, kita harus mengubah aturan seputar kontrak. Itu harus dilakukan secara kolektif karena kalau tidak, akan ada peraturan yang berbeda dari satu negara dengan negara yang lain,” kata Tommasi, dilansir football-italia.net.

Mantan gelandang AS Roma tersebut menuturkan rencana pemotongan gaji pemain tidak bisa diputuskan tergesa-gesa. Hal itu bisa dilakukan bila kompetisi diputuskan tidak dilanjutkan sehingga memotong gaji pemain bukanlah prioritas, melainkan kapan dan bagaimana kompetisi kembali beraksi. Jika musim berakhir, itu dapat mendiskusikan secara kolektif apa yang harus dilakukan dengan sisa empat bulan gaji.

Hal itu terasa kontras mengingat beberapa klub seperti Juventus dan Inter sepakat untuk memotong gaji para pemainnya empat bulan dan itu didiskusikan bersama Lega Seri A dan AIC. Namun, AIC mendorong klub-klub untuk melakukan pemotongan gaji satu bulan saja.

Kendati demikian, Tommasi menegaskan bahwa AIC dan Lega Seri A tetap berhati-hati pada tingkat medis. Mereka sedang memantau situasi, termasuk dengan protokol pencegahan terkait penanganan Covid-19 sebelum memutuskan menggulirkan kembali sisa kompetisi.

“Seperti yang sudah saya katakan, kita perlu 100% percaya diri dengan keselamatan pemain sebelum kembali bekerja. Jika ada gelombang kedua pandemi, kami akan menderita konsekuensi yang lebih buruk. Kami tidak ingin itu terjadi,” tandas Tommasi.

Dari Inggris, Asosiasi Pemain Profesional Inggris (PFA) belum memutuskan terkait rencana pemotongan gaji para pemain. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada klub-klub agar bisa berlaku adil terhadap pemain maupun staf nonpemain.

PFA terus menasihati para pemain untuk menerima pemotongan gaji, meskipun persentasenya belum disetujui. Angka-angka yang diperdebatkan oleh kedua belah pihak berkisar 25 hingga 50%. Tapi, PFA menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima pemotongan upah.

“Kedudukan keuangan masing-masing klub akan bervariasi. Kami mengetahui sentimen publik bahwa para pemain harus membayar gaji staf yang tidak bermain. Namun, posisi kami saat ini jika klub mampu membayar pemain dan staf mereka, mereka harus melakukannya," bunyi pernyataan resmi PFA.

Untuk beberapa olahragawan, pemotongan gaji atau penundaan turnamen olahraga mungkin tidak akan terlalu berpengaruh besar. Beberapa atlet tampaknya tetap bisa menjalani masa cuti kompetisi dengan kantong tebal. Bintang Juventus Cristiano Ronaldo (CR7) menjadi olahragawan ketiga di dunia setelah bintang golf Tiger Woods dan petinju Floyd Mayweather Jr yang mendapatkan USD1 miliar selama kariernya.

Berkat brand-nya yaitu CR7, dia secara eksklusif menghasilkan sekitar 100 juta euro hanya pada 2019. Tapi, sepanjang kariernya, mantan bintang Sporting Lisbon, Manchester United (MU), dan Real Madrid tersebut diprediksi mencapai pendapatan USD1miliar pada 2019-2020, bahkan dengan pemberlakuan pemotongan gaji tiga bulan yang dialaminya di Juve. (Alimansyah)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6041 seconds (0.1#10.140)