Fans Prancis dan Inggris bisa akur
A
A
A
Sindonews.com - Selain Jerman versus Portugal di Lviv Arena dini hari tadi, laga besar pada matchday pertama Piala Eropa 2012 di Ukraina akan terjadi pada Senin (11/6) saat Prancis bertemu Inggris di Donetsk.
Sejak Sabtu (9/6), suporter Les Bleus maupun The Three Lions mulai meninggalkan Kiev dan Kharkiv untuk menuju ke Donetsk menggunakan kereta atau bus antarkota. Namun, kehadiran fans dari kedua kubu, yang berdasarkan tradisi memiliki atribut ”musuh”, itu ternyata belum mampu membuat suasana panas. Dari pengamatan HATTRICK, suporter kedua kubu terlihat damai, tenang, dan justru saling menyapa, bahkan ketika harus berada satu gerbong, baik di metro maupun kereta api antarkota.
Kecemasan terjadinya bentrok suporter ternyata sama sekali tidak terbukti. Fans kedua kubu justru akur dan terlihat saling membantu. ”Kami datang untuk mendukung Prancis, bukan mencari masalah dengan sesama pendukung tim lain, khususnya Inggris. Di tempat ini, kami sama-sama pendatang. Apalagi, Ukraina negara yang sulit. Jadi, sesama orang asing, kami harus saling membantu, bukan?” kata Jean Pierre, suporter Prancis, kepada HATTRICK di stasiun kereta Kiev, saat menunggu kereta cepat menuju Donetsk.
Menariknya, komentar tidak berbeda jauh juga diutarakan sejumlah pendukung Inggris yang beberapa hari lalu ditemui HATTRICK ketika tiba di Boryspil International Airport Kiev. Mereka beranggapan, mendukung tim dengan bentrok di luar lapangan melawan fans negara lain telah lama ditinggalkan Inggris.
”Kami memang suporter fanatik.Tapi, kami bukan orang fanatik. Apalagi gila. Kami tidak akan melakukan tindakan kriminal hanya karena melihat suporter tim lain. Kami juga tidak akan rusuh, meski Inggris kalah. Sebab, ini tentang olahraga. Kalah-menang itu biasa dan manusiawi,” ujar Robert Campbell, suporter Inggris yang mengaku sebagai pendukung setia Newcastle United.
Bisa jadi, akurnya suporter Prancis- Inggris sejauh ini didasarkan pada faktor adanya kepentingan yang sama.Ya, kedua suporter atau juga pendukung-pendukung tim lain yang bermain di Ukraina memiliki masalah serupa berupa bahasa. Karena merasakan kesulitan yang sama itulah mereka memilih ”bekerja sama” agar tidak tersesat atau hilang di Ukraina. Apalagi, sejauh ini belum ada laporan adanya suporter asing yang melakukan tindak kekerasan kepada suporter lain.
”Sepengetahuan saya dan cerita teman-teman memang ada banyak suporter dari berbagai negara yang telah datang ke Ukraina. Sejauh ini memang belum ada yang aneh-aneh. Mungkin saja karena pertandingan belum bergulir seluruhnya. Namun, tentu saja saya berharap tidak akan ada kerusuhan suporter,” ucap Anton Lysenko, volunteer yang membantu HATTRICK saat merapat di Stasiun Kereta Kharkiv. ●
Sejak Sabtu (9/6), suporter Les Bleus maupun The Three Lions mulai meninggalkan Kiev dan Kharkiv untuk menuju ke Donetsk menggunakan kereta atau bus antarkota. Namun, kehadiran fans dari kedua kubu, yang berdasarkan tradisi memiliki atribut ”musuh”, itu ternyata belum mampu membuat suasana panas. Dari pengamatan HATTRICK, suporter kedua kubu terlihat damai, tenang, dan justru saling menyapa, bahkan ketika harus berada satu gerbong, baik di metro maupun kereta api antarkota.
Kecemasan terjadinya bentrok suporter ternyata sama sekali tidak terbukti. Fans kedua kubu justru akur dan terlihat saling membantu. ”Kami datang untuk mendukung Prancis, bukan mencari masalah dengan sesama pendukung tim lain, khususnya Inggris. Di tempat ini, kami sama-sama pendatang. Apalagi, Ukraina negara yang sulit. Jadi, sesama orang asing, kami harus saling membantu, bukan?” kata Jean Pierre, suporter Prancis, kepada HATTRICK di stasiun kereta Kiev, saat menunggu kereta cepat menuju Donetsk.
Menariknya, komentar tidak berbeda jauh juga diutarakan sejumlah pendukung Inggris yang beberapa hari lalu ditemui HATTRICK ketika tiba di Boryspil International Airport Kiev. Mereka beranggapan, mendukung tim dengan bentrok di luar lapangan melawan fans negara lain telah lama ditinggalkan Inggris.
”Kami memang suporter fanatik.Tapi, kami bukan orang fanatik. Apalagi gila. Kami tidak akan melakukan tindakan kriminal hanya karena melihat suporter tim lain. Kami juga tidak akan rusuh, meski Inggris kalah. Sebab, ini tentang olahraga. Kalah-menang itu biasa dan manusiawi,” ujar Robert Campbell, suporter Inggris yang mengaku sebagai pendukung setia Newcastle United.
Bisa jadi, akurnya suporter Prancis- Inggris sejauh ini didasarkan pada faktor adanya kepentingan yang sama.Ya, kedua suporter atau juga pendukung-pendukung tim lain yang bermain di Ukraina memiliki masalah serupa berupa bahasa. Karena merasakan kesulitan yang sama itulah mereka memilih ”bekerja sama” agar tidak tersesat atau hilang di Ukraina. Apalagi, sejauh ini belum ada laporan adanya suporter asing yang melakukan tindak kekerasan kepada suporter lain.
”Sepengetahuan saya dan cerita teman-teman memang ada banyak suporter dari berbagai negara yang telah datang ke Ukraina. Sejauh ini memang belum ada yang aneh-aneh. Mungkin saja karena pertandingan belum bergulir seluruhnya. Namun, tentu saja saya berharap tidak akan ada kerusuhan suporter,” ucap Anton Lysenko, volunteer yang membantu HATTRICK saat merapat di Stasiun Kereta Kharkiv. ●
(aww)