Protes nomor renang indah direspons
A
A
A
Sindonews.com - Protes beberapa Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) yang meminta dibatalkannya keputusan pengurangan nomor di renang indah direspons cepat.
Pengurus Besar (PB) PRSI telah meminta panitia besar PON XVIII/2012 untuk kembali mempertandingkan tujuh nomor di cabang ini.
Wakil Ketua Umum III Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Marzuki Wadeng mengatakan, protes kembali disuarakan beberapa perwakilan KONI saat pertemuan bersama di Riau beberapa waktu lalu.
Dari hasil pertemuan tersebut, pihak PB PRSI akhirnya melunak dan telah mengusulkan ke KONI Pusat untuk penambahan nomor.
’’Ini kesalahan penetapan dari PB sendiri, sebelumnya saat PON 2008 di Kaltim ada tujuh nomor yang dipertandingkan, akan tetapi, saat pengusulan PON tahun ini hanya tiga nomor saja, sehingga beberapa daerah tentu protes,” jelasnya.
Andi Marzuki menilai keputusan pihak PB sebelumnya memang sangat keliru. Pasalnya, semua nomor yang dicoret tersebut merupakan nomor yang juga dipertandingkan di ajang internasional.
Sedangkan, menurutnya, PON sendiri merupakan wadah untuk menyeleksi secara tidak langsung atlet tim nasional.
’’Semua nomor yang mereka coret dipertandingkan di SEA Games dan Asian Games, sehingga ini tentu kerugian bagi tim Indonesia jika tak memiliki cukup atlet di nomor tersebut,” katanya saat ditemui di kantor KONI Sulsel, kemarin.
Sulsel sendiri, lanjut Andi Marzuki, merupakan salah satu daerah yang akan dirugikan jika nomor tersebut tak dipertandingkan. Cabang olahraga itu merupakan penyumbang empat emas pada PON Kaltim lalu.
’’Memang kami dari KONI Sulsel yang cukup ngotot, karena tentu ini kerugian bagi daerah kita. Untuk beberapa daerah lain memang tak mempermasalahkan,” katanya.
Pengurangan tersebut, jelas Andi Marzuki, juga tak akan menambah beban yang berarti bagi tuan rumah dan panitia PON. Dia mengatakan, meskipun hanya mempertandingkan tiga nomor, waktu pelaksanaan akan tetap sama.
’’Tujuh atau tiga nomor tetap menggunakan jumlah juri, waktu dan tempat yang sama, yang menjadi bertambah hanya medali saja dan itu tidaklah memberatkan menurut kami,” paparnya.
Ketua Bidang Pembinaan Pengembangan KONI Sulsel Ad’din mensinyalir adanya permainan tuan rumah dalam pengurangan tersebut. Menurutnya, jika suatu cabang olahraga dinilai tak potensial membuahkan medali bagi tuan rumah, terkesan ada keinginan untuk tak memperbanyak nomor pertandingan.
’’Ini juga yang mesti dibenahi. Seharusnya penetapan nomor pertandingan dilakukan sebelum penentuan tuan rumah PON. Sehingga tuan rumah tak lagi bisa berkelit dengan alasan fasilitas dan akomodasi untuk mengurangi nomor pertandingan. Mau tidak mau dia harus menerima nomor yang telah ditentukan sebelumnya,” sarannya.
Pengurus Besar (PB) PRSI telah meminta panitia besar PON XVIII/2012 untuk kembali mempertandingkan tujuh nomor di cabang ini.
Wakil Ketua Umum III Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Marzuki Wadeng mengatakan, protes kembali disuarakan beberapa perwakilan KONI saat pertemuan bersama di Riau beberapa waktu lalu.
Dari hasil pertemuan tersebut, pihak PB PRSI akhirnya melunak dan telah mengusulkan ke KONI Pusat untuk penambahan nomor.
’’Ini kesalahan penetapan dari PB sendiri, sebelumnya saat PON 2008 di Kaltim ada tujuh nomor yang dipertandingkan, akan tetapi, saat pengusulan PON tahun ini hanya tiga nomor saja, sehingga beberapa daerah tentu protes,” jelasnya.
Andi Marzuki menilai keputusan pihak PB sebelumnya memang sangat keliru. Pasalnya, semua nomor yang dicoret tersebut merupakan nomor yang juga dipertandingkan di ajang internasional.
Sedangkan, menurutnya, PON sendiri merupakan wadah untuk menyeleksi secara tidak langsung atlet tim nasional.
’’Semua nomor yang mereka coret dipertandingkan di SEA Games dan Asian Games, sehingga ini tentu kerugian bagi tim Indonesia jika tak memiliki cukup atlet di nomor tersebut,” katanya saat ditemui di kantor KONI Sulsel, kemarin.
Sulsel sendiri, lanjut Andi Marzuki, merupakan salah satu daerah yang akan dirugikan jika nomor tersebut tak dipertandingkan. Cabang olahraga itu merupakan penyumbang empat emas pada PON Kaltim lalu.
’’Memang kami dari KONI Sulsel yang cukup ngotot, karena tentu ini kerugian bagi daerah kita. Untuk beberapa daerah lain memang tak mempermasalahkan,” katanya.
Pengurangan tersebut, jelas Andi Marzuki, juga tak akan menambah beban yang berarti bagi tuan rumah dan panitia PON. Dia mengatakan, meskipun hanya mempertandingkan tiga nomor, waktu pelaksanaan akan tetap sama.
’’Tujuh atau tiga nomor tetap menggunakan jumlah juri, waktu dan tempat yang sama, yang menjadi bertambah hanya medali saja dan itu tidaklah memberatkan menurut kami,” paparnya.
Ketua Bidang Pembinaan Pengembangan KONI Sulsel Ad’din mensinyalir adanya permainan tuan rumah dalam pengurangan tersebut. Menurutnya, jika suatu cabang olahraga dinilai tak potensial membuahkan medali bagi tuan rumah, terkesan ada keinginan untuk tak memperbanyak nomor pertandingan.
’’Ini juga yang mesti dibenahi. Seharusnya penetapan nomor pertandingan dilakukan sebelum penentuan tuan rumah PON. Sehingga tuan rumah tak lagi bisa berkelit dengan alasan fasilitas dan akomodasi untuk mengurangi nomor pertandingan. Mau tidak mau dia harus menerima nomor yang telah ditentukan sebelumnya,” sarannya.
()