Djohar: Tak ada KLB
A
A
A
Sindonews.com - PSSI belum memutuskan agenda kongres tahunan, 18 Maret mendatang. Selain menyatakan pembahasan masih akan digodok pada rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI selanjutnya, kongres tahunan nanti hanyalah kongres biasa.
Pernyataan itu sendiri disampaikan secara langsung oleh Ketua Umum (Ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin, setelah menjalani rapat Exco di Hotel Crown Plaza, Kamis (9/2).
Dalam rapat Exco tersebut menurut Djohar, juga dibahas masalah kompetisi, soal penetapan anggaran, persiapan kongres tahunan, dan hasil rapat kerja (raker) di Cisarua, Bogor, beberapa waktu yang lalu.
’’Persiapan kongres tahunan juga jadi agenda yang dibicarakan. Tapi, itu hanya kongres biasa, seperti raker kemarin. Sampai saat ini agendanya belum final, karena memang masih akan dibicarakan dalam rapat-rapat Exco selanjutnya," ungkap Djohar.
Isu kongres tahunan akan dijadikan Kongres Luar Biasa (KLB) oleh kelompok yang menamakan dirinya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), memang terus berembus kencang.
Namun, di sini Djohar kembali menegaskan, tidak akan ada agenda KLB. Yang ada di sana hanya kongres tahunan yang sesuai dengan perintah AFC dan FIFA.
"Hanya kongres tahunan biasa, di sana akan kami samakan persepsi dari semua anggota. Tidak perlu ada KLB, karena itu tidak ada dalam agenda. Untuk kongres pun harus ada aturan mainnya. Dan semua harus sesuai statuta PSSI dan FIFA. Kami tidak mau melanggar itu karena dalam kongres nanti ada perwakilan AFC dan FIFA yang memantau," papar Djohar.
Pria yang juga mantan pemain PSMS Medan itu juga menyatakan, jika PSSI sangat mendukung apa yang disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng soal rekonsiliasi.
"Kami dari awal sudah buka pintu terhadap usaha untu mencari solusi bersatu kembali. Semua harus kembali, karena hanya PSSI yang diakui FIFA. Jadi, tidak perlu membuat wadah di luar itu, karena memang tidak akan diakui. Kami akan terus buka usaha rekonsiliasi, karena kami ingin semua anggota kembali bahu membahu membangu sepak bola Indonesia kembali," terang pria yang juga mantan Staf Ahli Menpora tersebut.
"Kami juga sangat menyambut baik apa yang disampaikan Menpora. Jika memang harus ada satu federasi yang mengkontrol. Pengelolaan kompetisi harus ada di bawah kontrol PSSI. Jika ada yang lain, FIFA tidak akan menyetujui hal itu," sambung Djohar.
Soal permintaan Menpora jika PSSI mengakui PT Liga Indonesia sebagai penyelenggara Indonesia Super League (ISL), menurut Djohar masih akan ditelaah lagi. Djohar menyatakan, pembagian saham 99 persen untuk klub dan 1 persen untuk PSSI, dirasa belum cocok. Karena PSSI lah yang seharus mendapat pembagian terbanyak. Karena PSSI induk dari sepak bola Indonesia itu sendiri.
"Pemegang saham tersbesar itu kan PSSI, pembagian saham 99 persen masih akan dibicarakan. Karena itu juga masih wacana, namun teknis-teknisnya masih banyak hal yang bisa kami lakukan. Tapi yang pasti, ide Menpora perlu disambut. Yang penting tidak melanggar statuta, agar bisa terus mendapatkan pengakuan," tandas Djohar
Pernyataan itu sendiri disampaikan secara langsung oleh Ketua Umum (Ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin, setelah menjalani rapat Exco di Hotel Crown Plaza, Kamis (9/2).
Dalam rapat Exco tersebut menurut Djohar, juga dibahas masalah kompetisi, soal penetapan anggaran, persiapan kongres tahunan, dan hasil rapat kerja (raker) di Cisarua, Bogor, beberapa waktu yang lalu.
’’Persiapan kongres tahunan juga jadi agenda yang dibicarakan. Tapi, itu hanya kongres biasa, seperti raker kemarin. Sampai saat ini agendanya belum final, karena memang masih akan dibicarakan dalam rapat-rapat Exco selanjutnya," ungkap Djohar.
Isu kongres tahunan akan dijadikan Kongres Luar Biasa (KLB) oleh kelompok yang menamakan dirinya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), memang terus berembus kencang.
Namun, di sini Djohar kembali menegaskan, tidak akan ada agenda KLB. Yang ada di sana hanya kongres tahunan yang sesuai dengan perintah AFC dan FIFA.
"Hanya kongres tahunan biasa, di sana akan kami samakan persepsi dari semua anggota. Tidak perlu ada KLB, karena itu tidak ada dalam agenda. Untuk kongres pun harus ada aturan mainnya. Dan semua harus sesuai statuta PSSI dan FIFA. Kami tidak mau melanggar itu karena dalam kongres nanti ada perwakilan AFC dan FIFA yang memantau," papar Djohar.
Pria yang juga mantan pemain PSMS Medan itu juga menyatakan, jika PSSI sangat mendukung apa yang disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng soal rekonsiliasi.
"Kami dari awal sudah buka pintu terhadap usaha untu mencari solusi bersatu kembali. Semua harus kembali, karena hanya PSSI yang diakui FIFA. Jadi, tidak perlu membuat wadah di luar itu, karena memang tidak akan diakui. Kami akan terus buka usaha rekonsiliasi, karena kami ingin semua anggota kembali bahu membahu membangu sepak bola Indonesia kembali," terang pria yang juga mantan Staf Ahli Menpora tersebut.
"Kami juga sangat menyambut baik apa yang disampaikan Menpora. Jika memang harus ada satu federasi yang mengkontrol. Pengelolaan kompetisi harus ada di bawah kontrol PSSI. Jika ada yang lain, FIFA tidak akan menyetujui hal itu," sambung Djohar.
Soal permintaan Menpora jika PSSI mengakui PT Liga Indonesia sebagai penyelenggara Indonesia Super League (ISL), menurut Djohar masih akan ditelaah lagi. Djohar menyatakan, pembagian saham 99 persen untuk klub dan 1 persen untuk PSSI, dirasa belum cocok. Karena PSSI lah yang seharus mendapat pembagian terbanyak. Karena PSSI induk dari sepak bola Indonesia itu sendiri.
"Pemegang saham tersbesar itu kan PSSI, pembagian saham 99 persen masih akan dibicarakan. Karena itu juga masih wacana, namun teknis-teknisnya masih banyak hal yang bisa kami lakukan. Tapi yang pasti, ide Menpora perlu disambut. Yang penting tidak melanggar statuta, agar bisa terus mendapatkan pengakuan," tandas Djohar
()