Pemain tanggapi sinis investigasi PSSI
A
A
A
Sindonews.com - Rencana PSSI untuk menginvestigasi para pemain tim nasional (timnas) ditanggapi sinis oleh para penggawa. Para pemain merasa sudah mengeluarkan segala kemampuan terbaik saat dilumat Bahrain, 10-0 dalam laga pemungkas kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia Grup E (29/2).
Tragedi memalukan saat dihajar Bahrain memang mencatatkan sejarah kekalahan terburuk bagi timnas Merah Putih. Sebanyak 10 gol yang bersarang ke gawang Andy Muhamad Guntur mematahkan kekalahan terbesar yang sempat dialami timnas Indonesia saat dipermalukan Denmark, 0-9, pada 3 September 1974 di Kopenhagen.
Rancana PSSI untuk menginvestigasi pemain timnas Merah Putih memang diembuskan oleh penanggung jawab timnas Indonesia Bernhard Limbong, Selasa (6/3), di Kantor PSSI, Jakarta. Limbong menyatakan, jika PSSI akan menghukum pemain yang ketahuan mengkhianati pertandingan timnas Merah Putih.
"Saya menjemput pemain untuk menginvestigasi apakah ada yabg mengkhianati bangsa ini. Hasilnya akan diketahui bersama tim investigasi AFC atau FIFA. Yang jelas siapa mereka yang mengkhianati bangsa akan ditindak dan dihukum dengan sangat berat," ancam Limbong.
Pria yang juga bertindak sebagai ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun menuturkan, laga melawan Bahrain akan menyeret banyak pihak jika benar-benar terbukti ada kecurangan. Terutama menginvestigasi wasit Andre Al Hadad, yang memberikan kartu merah kepada Samsidar dan empat penalti kepada timnas Indonesia.
"Waktu itu saya kontak ke FIFA atau AFC agar segera diivestigasi, mulai dari penunjukan wasit. Kenapa harus ditunjuk Alhadad dari lebanon, karena track record dia sudah sangat jelek," kata Limbong.
Rencana investigasi yang akan dilakukan PSSI, ditanggapi sinis oleh salah satu penggawa timnas yang bermain lawan Al-Ahmar, julukan timnas Bahrain. Jangkar lini pertahanan Semen Padang ini menyatakan kekecewaannya, jika para pemain yang bermain lawan Bahrain benar-benar diinvestigasi.
"Jika ditanya perasaan, pastinya saya sangat kecewa kalau memang pemain dijadikan kambing hitam dengan kekalahan tersebut. Saya dan teman juga gak mau alami kekalahan apalagi telak seperti di Bahrain," tutur Abdulrahman.
Pria yang juga penggawa timnas U-23 saat meraih medali perak pada SEA Games 2011 itu, menuturkan jika sudah berusaha sekuat tenaga memberikan yang terbaik. Tapi apa daya, kekalahan tersebut di luar prediksi pemain, pelatih dan seluruh pencinta sepak bola yang ada di Tanah Air.
"Silakan saja kalau memang mau investigasi. Tapi apa yang mau diinvestigasi. Kami harus bagaimana lagi, semua pemain sudah maksimal, tapi semuanya tidak bisa menolong kami dari kekalahan. Itu semua sudah kehendak yang di Atas," papar pemain kelahiran Makassar 23 tahun lalu tersebut.
Namun, jika investigasi benar-benar dijalankan, Abdulrahman ingin semua yang berkaitan dengan partai tersebut juga turut diperiksa. Termasuk timnas Bahrain dan juga wasit Andre El Haddad. Menurut mantan pemain Persita Tangerang tersebut, semua pihak harus bertanggung jawab atas masalah ini tidak hanya pemain.
"Jangan investigasi kami saja para pemain. Kami pemain hanya tahunya bermain di lapangan saja. Tapi investigasi semuanya, baik Bahrain maupun wasitnya," tandas Abdulrahman
Tragedi memalukan saat dihajar Bahrain memang mencatatkan sejarah kekalahan terburuk bagi timnas Merah Putih. Sebanyak 10 gol yang bersarang ke gawang Andy Muhamad Guntur mematahkan kekalahan terbesar yang sempat dialami timnas Indonesia saat dipermalukan Denmark, 0-9, pada 3 September 1974 di Kopenhagen.
Rancana PSSI untuk menginvestigasi pemain timnas Merah Putih memang diembuskan oleh penanggung jawab timnas Indonesia Bernhard Limbong, Selasa (6/3), di Kantor PSSI, Jakarta. Limbong menyatakan, jika PSSI akan menghukum pemain yang ketahuan mengkhianati pertandingan timnas Merah Putih.
"Saya menjemput pemain untuk menginvestigasi apakah ada yabg mengkhianati bangsa ini. Hasilnya akan diketahui bersama tim investigasi AFC atau FIFA. Yang jelas siapa mereka yang mengkhianati bangsa akan ditindak dan dihukum dengan sangat berat," ancam Limbong.
Pria yang juga bertindak sebagai ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun menuturkan, laga melawan Bahrain akan menyeret banyak pihak jika benar-benar terbukti ada kecurangan. Terutama menginvestigasi wasit Andre Al Hadad, yang memberikan kartu merah kepada Samsidar dan empat penalti kepada timnas Indonesia.
"Waktu itu saya kontak ke FIFA atau AFC agar segera diivestigasi, mulai dari penunjukan wasit. Kenapa harus ditunjuk Alhadad dari lebanon, karena track record dia sudah sangat jelek," kata Limbong.
Rencana investigasi yang akan dilakukan PSSI, ditanggapi sinis oleh salah satu penggawa timnas yang bermain lawan Al-Ahmar, julukan timnas Bahrain. Jangkar lini pertahanan Semen Padang ini menyatakan kekecewaannya, jika para pemain yang bermain lawan Bahrain benar-benar diinvestigasi.
"Jika ditanya perasaan, pastinya saya sangat kecewa kalau memang pemain dijadikan kambing hitam dengan kekalahan tersebut. Saya dan teman juga gak mau alami kekalahan apalagi telak seperti di Bahrain," tutur Abdulrahman.
Pria yang juga penggawa timnas U-23 saat meraih medali perak pada SEA Games 2011 itu, menuturkan jika sudah berusaha sekuat tenaga memberikan yang terbaik. Tapi apa daya, kekalahan tersebut di luar prediksi pemain, pelatih dan seluruh pencinta sepak bola yang ada di Tanah Air.
"Silakan saja kalau memang mau investigasi. Tapi apa yang mau diinvestigasi. Kami harus bagaimana lagi, semua pemain sudah maksimal, tapi semuanya tidak bisa menolong kami dari kekalahan. Itu semua sudah kehendak yang di Atas," papar pemain kelahiran Makassar 23 tahun lalu tersebut.
Namun, jika investigasi benar-benar dijalankan, Abdulrahman ingin semua yang berkaitan dengan partai tersebut juga turut diperiksa. Termasuk timnas Bahrain dan juga wasit Andre El Haddad. Menurut mantan pemain Persita Tangerang tersebut, semua pihak harus bertanggung jawab atas masalah ini tidak hanya pemain.
"Jangan investigasi kami saja para pemain. Kami pemain hanya tahunya bermain di lapangan saja. Tapi investigasi semuanya, baik Bahrain maupun wasitnya," tandas Abdulrahman
()