Persebaya krisis finansial, gaji pemain dicicil
A
A
A
Semangat tempur skuad Persebaya jelang bentrok PSLS Lhoksumawe di Stadion Tunas Bangsa, Selasa (8/5), terancam meredup.Pasalnya,manajemen tim belum melunasi gaji pemain.
Erol Iba dkk harus puas menerima gaji 20%. Kondisi keuangan Persebaya ternyata tidak jauh berbeda dengan tim Indonesian Premier League (IPL) lain. Buktinya, Persebaya juga belum bisa membayar gaji pemain pada April kemarin. Akibat keterlambatan pembayaran gaji,sejumlah pemain sempat dikabarkan tidak mau berangkat ke Aceh.
Namun,setelah dilakukan pembicaraan cukup alot di Mes Persebaya,Jalan Karangayam, Sabtu (5/5/) siang, akhirnya pemain sepakat berangkat dengan menerima gaji hanya 20%. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup,semua elemen tim,mulai pemain, pelatih, hingga ofisial berkumpul untuk membicarakan masalah gaji April yang belum terbayar.
Pertemuan itu dipimpin langsung Direktur Utama PT Pengelola Persebaya Dityo Pramono didampingi Manajer Persebaya Saleh Hanifah.Beberapa wartawan yang mencoba mengikuti jalannya pertemuan dari dekat diminta turun ke lantai bawah.Pertemuan sendiri digelar di lantai dua.Namun, sayup-sayup terdengar banyak pemain yang melakukan interupsi ketika manajemen memaparkan kondisi keuangan Persebaya.
Setelah berlangsung lebih dari satu jam, pertemuan akhirnya berakhir.Sayangnya, meski sudah ditunggu berjam-jam,Dityo enggan berkomentar dengan melemparkan keterangan kepada Media Officer Persebaya Ram Surahman. ”Saya tidak mau berkomentar. Lewat satu pintu saja,keterangan resmi dari media officer,” ujarnya.
Terpisah, Ram Surahman mengakui jika kondisi keuangan Persebaya juga mengalami masalah seperti tim IPL lain,karena memang dikelola konsorsium. Akibatnya, untuk sementara manajemen hanya bisa membayar gaji pemain sebesar 20%.
”Sebetulnya kondisi pemain Persebaya sama. Tapi karena nama besar Persebaya dan sejarahnya, para pemain tetap komitmen untuk Persebaya. Jadi,mereka tidak mau mengeluh ke luar,” ujarnya.
Ram mengatakan, dalam pertemuan itu disepakati manajemen hanya mengeluarkan dana sebesar 20% dari total dana pengeluaran untuk biaya gaji tim,mulai pelatih, pemain, hingga ofisial .
Sementara total gaji tim setiap bulan menghabiskan dana sebesar Rp1 miliar. Artinya,jika hanya sanggup membayar 20% untuk April, maka manajemen baru mengeluarkan uang sebesar Rp 200 juta. ”Nantinya 20% dari nilai total gaji tim diserahkan di salah satu pelatih,”ujarnya.
Setiap pemain, pelatih, ataupun ofisial bisa jadi akan menerima cicilan gaji berbeda- beda. Sebab, mekanisme diatur sendiri oleh pemain atau pelatih. ”Kondisinya, ada yang sangat mendesak butuh, ada yang belum butuh. Nanti didistribusikan ke yang lebih membutuhkan,” ungkap Ram.
Sementara itu, sisa kekurangan gaji April, manajemen Persebaya menjanjikan akan dilunasi akhir Mei ini. ”Para pemain berharap loyalitas mereka kepada tim diapresiasi. Mereka juga ingin kepastian agar hak-hak terpenuhi oleh PT Pengelola Persebaya,”ujarnya.
Namun, Ram membantah kabar pemain mengancam mogok tanding jika tidak ada kejelasan pembayaran. Kabar Persebaya mengalami krisis keuangan sebenarnya sudah terendus beberapa pekan lalu. Namun, baru terungkap setelah ada pertemuan manajemen dengan pemain, sehari jelang kebarangkatan pemain ke Aceh.
Krisis keuangan juga imbas dari kegagalan Persebaya menggelar pertandingan homelawan PSMS, beberapa waktu lalu.Sebab, jika pertandingan itu tidak batal, pemasukan tiket yang minimal mencapai Rp 500 juta bisa dijadikan modal biaya away atau membayar sebagian gaji pemain.
Erol Iba dkk harus puas menerima gaji 20%. Kondisi keuangan Persebaya ternyata tidak jauh berbeda dengan tim Indonesian Premier League (IPL) lain. Buktinya, Persebaya juga belum bisa membayar gaji pemain pada April kemarin. Akibat keterlambatan pembayaran gaji,sejumlah pemain sempat dikabarkan tidak mau berangkat ke Aceh.
Namun,setelah dilakukan pembicaraan cukup alot di Mes Persebaya,Jalan Karangayam, Sabtu (5/5/) siang, akhirnya pemain sepakat berangkat dengan menerima gaji hanya 20%. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup,semua elemen tim,mulai pemain, pelatih, hingga ofisial berkumpul untuk membicarakan masalah gaji April yang belum terbayar.
Pertemuan itu dipimpin langsung Direktur Utama PT Pengelola Persebaya Dityo Pramono didampingi Manajer Persebaya Saleh Hanifah.Beberapa wartawan yang mencoba mengikuti jalannya pertemuan dari dekat diminta turun ke lantai bawah.Pertemuan sendiri digelar di lantai dua.Namun, sayup-sayup terdengar banyak pemain yang melakukan interupsi ketika manajemen memaparkan kondisi keuangan Persebaya.
Setelah berlangsung lebih dari satu jam, pertemuan akhirnya berakhir.Sayangnya, meski sudah ditunggu berjam-jam,Dityo enggan berkomentar dengan melemparkan keterangan kepada Media Officer Persebaya Ram Surahman. ”Saya tidak mau berkomentar. Lewat satu pintu saja,keterangan resmi dari media officer,” ujarnya.
Terpisah, Ram Surahman mengakui jika kondisi keuangan Persebaya juga mengalami masalah seperti tim IPL lain,karena memang dikelola konsorsium. Akibatnya, untuk sementara manajemen hanya bisa membayar gaji pemain sebesar 20%.
”Sebetulnya kondisi pemain Persebaya sama. Tapi karena nama besar Persebaya dan sejarahnya, para pemain tetap komitmen untuk Persebaya. Jadi,mereka tidak mau mengeluh ke luar,” ujarnya.
Ram mengatakan, dalam pertemuan itu disepakati manajemen hanya mengeluarkan dana sebesar 20% dari total dana pengeluaran untuk biaya gaji tim,mulai pelatih, pemain, hingga ofisial .
Sementara total gaji tim setiap bulan menghabiskan dana sebesar Rp1 miliar. Artinya,jika hanya sanggup membayar 20% untuk April, maka manajemen baru mengeluarkan uang sebesar Rp 200 juta. ”Nantinya 20% dari nilai total gaji tim diserahkan di salah satu pelatih,”ujarnya.
Setiap pemain, pelatih, ataupun ofisial bisa jadi akan menerima cicilan gaji berbeda- beda. Sebab, mekanisme diatur sendiri oleh pemain atau pelatih. ”Kondisinya, ada yang sangat mendesak butuh, ada yang belum butuh. Nanti didistribusikan ke yang lebih membutuhkan,” ungkap Ram.
Sementara itu, sisa kekurangan gaji April, manajemen Persebaya menjanjikan akan dilunasi akhir Mei ini. ”Para pemain berharap loyalitas mereka kepada tim diapresiasi. Mereka juga ingin kepastian agar hak-hak terpenuhi oleh PT Pengelola Persebaya,”ujarnya.
Namun, Ram membantah kabar pemain mengancam mogok tanding jika tidak ada kejelasan pembayaran. Kabar Persebaya mengalami krisis keuangan sebenarnya sudah terendus beberapa pekan lalu. Namun, baru terungkap setelah ada pertemuan manajemen dengan pemain, sehari jelang kebarangkatan pemain ke Aceh.
Krisis keuangan juga imbas dari kegagalan Persebaya menggelar pertandingan homelawan PSMS, beberapa waktu lalu.Sebab, jika pertandingan itu tidak batal, pemasukan tiket yang minimal mencapai Rp 500 juta bisa dijadikan modal biaya away atau membayar sebagian gaji pemain.
()