Evolusi Italia vs Revolusi Spanyol

Minggu, 01 Juli 2012 - 23:33 WIB
Evolusi Italia vs Revolusi...
Evolusi Italia vs Revolusi Spanyol
A A A
Partai final Piala Eropa 2012 kali ini mempertemukan dua raksasa Eropa, Italia dan Spanyol, di Stadion Olympic Kiev, Ukrania. Penulis kali ini coba menawarkan analisis berbeda terkait final Piala Eropa 2012, melihat karakter kedua tim tersebut dalam sudut pandang kultural.

Diversitas Mediterania

Ada banyak kesamaan antara penduduk Italia dan Spanyol. Kedua negara di laut Mediterania tersebut memiliki banyak kesamaan bahasa, cenderung berorientasi keluarga, menyukai makanan, gemar berpesta, dan mempunyai gairah hidup yang kental. Di balik kesamaan tersebut, ada banyak perbedaan. Masyarakat Italia cenderung lebih santai, gemar bicara, sangat ekspresif dan menyukai hal-hal lembut, seperti drama romantis dengan skenario yang telah dirancang.

Penduduk Spanyol cenderung serius, lebih teratur, serta menyukai hal-hal kontras dan dramatis, seperti kisah tragedi dengan skenario penuh kejutan. Seorang sahabat, ketika kami kuliah di University of Cambridge, pernah mengatakan “cara paling sederhana untuk membandingkan Italia dan Spanyol adalah dengan membandingkan film-film Federico Fellini dan Luis Bunuel”.

Neorealisme Gli Azzurri

Fellini (1920-1993) adalah salah seorang sutradara terbesar dalam sejarah Italia. Ia memenangkan lima piala Oscar, setelah 12 kali dinominasikan. Film Fellini memiliki skenario yang sangat kuat. Pada dekade ‘40 dan ‘50-an, Fellini mendapatkan lima nominasi Oscar sebagai penulis skenario terbaik. Fellini juga aktif mengangkat tema kemiskinan dan keputusasaan pada kelas pekerja dengan menggunakan aktor-aktor nonprofesional. Kritikus film menyebutnya sebagai gerakan neorealisme Italia.

Ciri aliran ini adalah secara konsisten melahirkan “struktur kecemasan” ke dalam plot. Permainan sepak bola Gli Azzurri, julukan Italia, juga memiliki karakter sama dengan film-film Fellini: inovasi skenario dan “struktur kecemasan”. Italia banyak menghasilkan inovasi skenario atau strategi dalam sejarah sepak bola. Pada dekade ’50- an, Nereo Rocco memperkenalkan sistem Catenaccio Italia dengan memperkenalkan pemain bebas (libero) di belakang pemain bertahan.

Dekade ‘60-an, Helenio Herrera memperkenalkan konsep empat pemain bertahan sejajar. Setelah dihancurkan oleh sistem Total Football ala Rinus Michels, Enzo Bearzot memperkenalkan konsep zona mista (campuran) di akhir dekade ‘70-an. Perpaduan zona marking dan Catenaccio klasik tersebut mengantarkan Italia meraih juara dunia 1982. “Struktur kecemasan”, atau dalam sepak bola terkait dengan sistem pressing, juga kental dalam plot permainan Italia.

Dekade ‘90-an, Fabio Capello membawa AC Milan merajai Eropa dengan skema pressing rapat. Kunci sistem ini adalah membuat jarak pemain depan dan belakang menjadi begitu pendek, sehingga kerapatan antar pemain menjadi sangat tinggi. Pada Catenaccio klasik, pressing rapat hanya di lini belakang. Pada skema Capello, dia dapat bergerak dinamis ketika menyerang ataupun bertahan. Pola ini kemudian berinovasi menjadi pressing rapat asimetri, hingga pressing ritme permainan.

Pada Piala Eropa 2012 kali ini, banyak analis menyebutkan Italia telah mengkhianati Catenaccio. Menurut penulis, pandangan ini keliru. Skema pelatih Cesare Prandelli justru adalah hasil evolusi strategi sepak bola Italia, dengan menerapkan model hibrida. Sistem Rocco digunakan dengan menempatkan Daniele de Rossi sebagai libero.

Skema Capello juga dipakai, seperti terlihat ketika fase penyisihan grup melawan Spanyol, jarak Mario Balotelli dan pemain bertahan hanya seperempat panjang lapangan. Pressing tempo diterapkan, seperti terlihat jelas ketika merusak tempo permainan mekanik Der Panzer Jerman di semifinal. Inilah evolusi neorealisme Gli Azzurri.

Surealisme Tiki-Taka

Luis Bunuel (1900–1983) adalah bapak film surealis, yang menekankan aspek kejutan, ketidakterdugaan dan penempatan objek tanpa alasan yang mudah dipahami. Adegan-adegan film Bunuel penuh ketidakterdugaan: ayam menjadi mimpi buruk, wanita berjenggot, para pria religius yang diinginkan oleh perempuan mesum, dan sebagainya. Bunuel adalah sahabat dari pelukis surealis terkenal Salvador Dali.

Karakteristik surealis tersebut juga melekat dalam permainan La Furia Roja, julukan Spanyol. Hingga lima tahun lalu, kita masih terjebak pada dua jenis model dasar skema permainan sepak bola. Pola pertama adalah gaya tim-tim dari Amerika Latin, yang biasanya mendominasi dinamika dan tingkat akurasi passing. Pola kedua adalah gaya Eropa, yang menekankan dominasi intensitas operan, kecepatan passing dan panjang rantai operan sebelum menembak.

Statistik permainan Spanyol sangat tidak lazim. Pada Piala Dunia 2010 terlihat Spanyol memiliki lima parameter superior, dari tim-tim lain, yaitu dinamika gerak (rasio jarak lari saat menyerang dan bertahan 1,35), intensitas (rata-rata 697 operan per pertandingan), akurasi operan (81%), kecepatan passing (sekitar 4,25 detik/passing), dan panjang rantai operan (32 operan per satu tembakan).

Fakta ini menunjukkan permainan La Furia Roja adalah gabungan dari dinamika dan akurasi ala Amerika Latin dengan intensitas, kecepatan dan sistem rotasi Eropa. Kejutan juga ditunjukkan oleh tim Spanyol dalam Piala Eropa 2012 ini. Pelatih Vicente del Bosque beberapa kali menempatkan Cecs Fabregas sebagai “penyerang palsu”.Tujuan skema tersebut adalah memaksa pemain lawan maju ke depan, sehingga tercipta ruang kosong yang akan dapat dimaksimalkan oleh pemain Spanyol.

Pertemuan dua tim inovatif tersebut terlalu menarik untuk dilewatkan. Ini adalah pertempuran antara evolusi Gli Azzurri melawan revolusi La Furia Roja. Selamat menikmati partai final Piala Eropa 2012.

Budiman Sudjatmiko
Anggota DPR dan pencinta sepak bola

(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1743 seconds (0.1#10.140)