Jelang Lebaran, pemain semakin resah
A
A
A
Sindonews.com - Hingga kini para pemain di klub-klub Indonesian Premier League (IPL) masih cemas menunggu pencairan gaji dari Konsorsium LPI. Mereka semakin resah membayangkan sebulan lagi Hari Raya Idul Fitri yang berarti para pemain membutuhkan uang ekstra untuk berlebaran.
Pemain tentu membutuhkan biaya untuk pulang kampung atau ke rubah kerabat di Hari Raya Idul Fitri. Wajar saja jika hampir semua pemain berharap gaji mereka sudah dibayarkan sebelum lebaran nanti. Sejumlah pemain tak bisa membayangkan jika berlebaran tanpa uang di tangan.
“Setiap muslim pasti membutuhkan biaya untuk berlebaran, walau sekadar untuk pulang ke rumah orang tua. Saya sangat khawatir dan tak bisa membayangkan jika sampai lebaran nanti gaji kami belum terbayarkan,” ungkap Firman Basuki, gelandang milik Persema Malang.
Situasi memang serba tidak mengenakkan bagi pemain, karena tidak ada kepastian kapan gaji tersebut dibayar. Jangankan kepastian pembayaran, urusan nanti dibayar atau tidak saja mereka tidak tahu. Firman sendiri mengaku was-was jika nantinya gaji tidak terbayar.
Sebab, dikatakannya, pernah ada pengalaman klub yang hingga kompetisi selesai tidak membayar hak pemain. Ketika dibayarkan, nominalnya sudah dipotong. “Pokoknya semua pikiran gak enak ada di kepala kami sekarang. Semoga yang menahan gaji kami sadar bahwa mereka menanggung hidup orang banyak,” cetusnya.
Pemain lain yang mempunyai harapan sama adalah Muhammad Kamri. Winger senior di tim Laskar Ken Arok ini sangat berharap doa pemain serta upaya manajemen menagih pembayaran gaji ke Konsorsium LPI bisa terealisasi. Kamri bahkan tak berpikir berapa jumlah yang cair nanti.
“Saya tidak berpikir jumlahnya, yang penting hasil kerja kami diberikan. Syukur-syukur kalau sebelum lebaran sudah beres semuanya. Kami tahu semua klub mengalami kesulitan. Namun pemain telah melakukan kewajiban dan layak mendapatkan hak,” tutur pemain mungil ini.
Harapan ini tak hanya berlaku di Malang. Pemain Divisi Utama seperti Persik Kediri juga tengah menunggu pembayaran gaji. Bahkan klub yang baru saja menjuarai Piala Indonesia Persibo Bojonegoro pun belum melunasi pembayaran tiga bulan gaji pemainnya.
Persikmania, supporter Persik, malah rela melakukan demo di rumah manajewr Persik Sunardi dan mendesak pelunasan gaji pemain. “Kasihan kami-kami ini kalau sampai lebaran belum ada uang. Saya sendiri sedih melihat kondisi pemain, walau saya sendiri juga belum menerima gaji,” kata pelatih kiper Persik Kediri Andi Syukrian.
Menurutnya kondisi pemain tidak sama. Ada pemain yang secara finansial mapan karena punya usaha lain di luar kegiatan sebagai pemain bola. Tapi, fakta di Persik, paling banyak adalah pemain yang benar-benar menggantungkan hidupnya dari menendang si kulit bundar.
“Yang sudah mempunyai usaha biasanya pemain senior. Di Persik hampir tidak ada yang mempunyai bisnis sampingan untuk menghidupi keluarganya. Rata-rata pemain di sini masih muda, jadi mereka menggantungkan hidupnya murni dari sepakbola,” cerita Syukrian, yang pernah menjaga gawang Arema Malang di awal 90-an.
Dengan kondisi seperti itu, otomatis tidak ada pilihan bagi pemain saat tidak menerima gaji. Tak heran jika solusi praktis pun diambil, yakni menggadaikan barang berharga atau sementara meminjam teman atau kerabat.
Pemain tentu membutuhkan biaya untuk pulang kampung atau ke rubah kerabat di Hari Raya Idul Fitri. Wajar saja jika hampir semua pemain berharap gaji mereka sudah dibayarkan sebelum lebaran nanti. Sejumlah pemain tak bisa membayangkan jika berlebaran tanpa uang di tangan.
“Setiap muslim pasti membutuhkan biaya untuk berlebaran, walau sekadar untuk pulang ke rumah orang tua. Saya sangat khawatir dan tak bisa membayangkan jika sampai lebaran nanti gaji kami belum terbayarkan,” ungkap Firman Basuki, gelandang milik Persema Malang.
Situasi memang serba tidak mengenakkan bagi pemain, karena tidak ada kepastian kapan gaji tersebut dibayar. Jangankan kepastian pembayaran, urusan nanti dibayar atau tidak saja mereka tidak tahu. Firman sendiri mengaku was-was jika nantinya gaji tidak terbayar.
Sebab, dikatakannya, pernah ada pengalaman klub yang hingga kompetisi selesai tidak membayar hak pemain. Ketika dibayarkan, nominalnya sudah dipotong. “Pokoknya semua pikiran gak enak ada di kepala kami sekarang. Semoga yang menahan gaji kami sadar bahwa mereka menanggung hidup orang banyak,” cetusnya.
Pemain lain yang mempunyai harapan sama adalah Muhammad Kamri. Winger senior di tim Laskar Ken Arok ini sangat berharap doa pemain serta upaya manajemen menagih pembayaran gaji ke Konsorsium LPI bisa terealisasi. Kamri bahkan tak berpikir berapa jumlah yang cair nanti.
“Saya tidak berpikir jumlahnya, yang penting hasil kerja kami diberikan. Syukur-syukur kalau sebelum lebaran sudah beres semuanya. Kami tahu semua klub mengalami kesulitan. Namun pemain telah melakukan kewajiban dan layak mendapatkan hak,” tutur pemain mungil ini.
Harapan ini tak hanya berlaku di Malang. Pemain Divisi Utama seperti Persik Kediri juga tengah menunggu pembayaran gaji. Bahkan klub yang baru saja menjuarai Piala Indonesia Persibo Bojonegoro pun belum melunasi pembayaran tiga bulan gaji pemainnya.
Persikmania, supporter Persik, malah rela melakukan demo di rumah manajewr Persik Sunardi dan mendesak pelunasan gaji pemain. “Kasihan kami-kami ini kalau sampai lebaran belum ada uang. Saya sendiri sedih melihat kondisi pemain, walau saya sendiri juga belum menerima gaji,” kata pelatih kiper Persik Kediri Andi Syukrian.
Menurutnya kondisi pemain tidak sama. Ada pemain yang secara finansial mapan karena punya usaha lain di luar kegiatan sebagai pemain bola. Tapi, fakta di Persik, paling banyak adalah pemain yang benar-benar menggantungkan hidupnya dari menendang si kulit bundar.
“Yang sudah mempunyai usaha biasanya pemain senior. Di Persik hampir tidak ada yang mempunyai bisnis sampingan untuk menghidupi keluarganya. Rata-rata pemain di sini masih muda, jadi mereka menggantungkan hidupnya murni dari sepakbola,” cerita Syukrian, yang pernah menjaga gawang Arema Malang di awal 90-an.
Dengan kondisi seperti itu, otomatis tidak ada pilihan bagi pemain saat tidak menerima gaji. Tak heran jika solusi praktis pun diambil, yakni menggadaikan barang berharga atau sementara meminjam teman atau kerabat.
(wbs)